Sapaan Assalam-alaikum di Restoran Muslim Tiongkok di Jakarta


Seorang pengunjung mengucapkan Assalam-alaikum begitu masuk ke restoran Muslim Tiongkok di , Jakarta Pusat. Sementara beberapa pelayannya dengan mengenakan pakaian khas Muslim, berjilbab memberi salam balik kepada pengunjung. Suasana Muslim kentara, begitu pengunjung masuk ke dalam  Resto, rumah makan dengan sajian Muslim Tiongkok. Suasana ‘asli’ Tiongkok semakin kentara. Beberapa pengunjung ngobrol dalam bahasa mandarin. Nama pemiliknya, Sulaiman dijadikan nama resto tersebut. Sulaiman, pengusaha resto khas Muslim China mengaku sudah dua setengah tahun menetap dan berbisnis resto di Jakarta. Awalnya, Sulaiman beserta istri dan adik iparnya, Wudi sempat buka resto yang sama di  Jakarta Pusat. Tetapi karena kontraknya sudah selesai, dan pertimbangan kenyamanan lokasi, Sulaiman pindah tempat. “Di seluruh Indonesia, hanya kami sendiri yang buka resto Muslim China,” ujar Sulaiman.
Sulaiman dan istri serta Wudi berasal dari Xi’an provinsi Shaanxi Tiongkok. Sebagian besar penduduk di Xi’an memeluk agama Islam. Sehingga hampir di setiap sudut jalan, terdapat bangunan masjid. Xi’an juga sudah dikenal luas oleh masyarakat, bahkan pejabat Indonesia. Sehingga tidak heran, beberapa mantan presiden, yaitu Alm. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Soekarnoputri sudah pernah mengunjungi salah satu masjid Xi’an. “Setelah ibu Mega dan Gus Dur mengunjungi masjid, mereka makan di resto kami di Xi’an. Sehingga kami yakin, Xi’an sudah dikenal masyarakat Indonesia. Kami berpikir untuk buka restoran yang sama di Jakarta. Usaha restoran Muslim bersama keluarga kami, sudah berjalan sekitar 17 tahun.”
Selain pengalaman berharga dari kunjungan mantan dua presiden Republik Indonesia, Sulaiman juga mengaku terpesona dengan keindahan Indonesia. Sejarah perkembangan agama Islam di Indonesia seiring, sejalan dengan sejarah di Tiongkok. Sehingga tidak berlebihan, kalau Sulaiman merasa betah berusaha resto di Jakarta. Apalagi kondisi di Tiongkok, khususnya Xi’an dan provinsi Xinjiang, dengan 24 juta penduduknya memeluk agama Islam. Kekhasan dan tradisi Muslim Tiongkok yaitu membawa makanan dan minuman sendiri. Kemanapun mereka merantau, mereka selalu membawa makanan dan minuman sendiri. Sehingga banyak sekali makanan khas Tiongkok yang tersebar di luar negeri. “Gus Dur dan ibu Mega mengunjungi masjid yang usianya 1.300 tahun. Kami sangat bangga ketika ibu Megawati datang, mengunjungi resto kami. Tepatnya, tanggal 28 April 2010. Sebelum buka di Jakarta, restoran Muslim sudah lebih dulu buka di provinsi Zhuhai China (berbatasan dengan Makau). Keluarga Sulaiman mengelola dua restoran di Zhuhai. Situasi di Zhuhai, selain akhir pecan, setiap pagi, ribuan orang antri di keimigrasian. Sehingga setiap pagi, antrian manusia terlihat menyusuri pagar perbatasan Zhuhai-Makau. “Pagi hari, sebelum berangkat, mereka makan di tempat kami. Sekembali dari tempat pekerjaan mereka di Makau, mereka

Wudi (paling kiri), Sulaiman dan pelayan restoran Muslim Tiongkok

makan malam di tempat kami.”

Sehingga tidak berapa lama kemudian, Sulaiman bertekad buka restoran yang sama di Jakarta. Hasilnya, ternyata di luar dugaan. Pengunjung selalu antri, bahkan menunggu depan meja yang masih terisi. Selain orang Tiongkok, atau orang Tionghoa Indonesia, yang berkunjung makan di restoran juga berasal dari negara-negara Muslim di Timur Tengah. Banyak duta-duta besar dan stafnya datang berkunjung makan siang, makan malam bersama di restoran tersebut. “Karena tempat yang dulu  kurang luas, kami tidak memperpanjang kontrak yang sudah berjalan dua tahun. . Kami pindah, tepatnya tanggal 1 Januari 2014. Lalu kami renovasi dan dekor dengan beberapa hiasan khas Muslim. Renovasi selama dua bulan, dan tanggal 1 Maret, alhamdullilah kami bisa buka kembali di tempat yang baru.”
Awalnya, Sulaiman sempat khawatir kalau pelanggan setianya kabur. Karena setelah resto yang di Jl. Wahid Hasyim tutup, banyak pelanggan yang telepon. Mereka menanyakan dimana tempat yang baru. Sekarang, setelah dua minggu buka (per tanggal 15 Maret),alhamdullilah restoran kami mulai dipadati lagi.”
Sulaiman akan terus mempromosikan restorannya. Ia melihat, media konvensional seperti cetak, televisi masih efektif untuk sarana promosi. Tetapi strategi promosi dari mulut ke mulut juga tetap berjalan. Karena jejaringan expatriate (orang asing) Tiongkok yang beraktivitas di Jakarta semakin lama semakin bertambah. Sehingga jejaringan orang Tiongkok bisa menyebar-luaskan restoran di tempat yang baru. “Kadang kami masih sebar brosur. Terutama setiap Jumat siang, banyak umat Muslim yang makan di tempat kami, usai Sholat. Bahkan beberapa staf kantor kepresidenan, kebetulan lokasinya dekat dengan restoran kami, sudah pernah makan di sini. Seorang jenderal Kopassus (pasukan elit TNI Angkatan Darat) juga pernah makan di tempat kami.”
Sulaiman optimis dengan usaha restorannya di Indonesia. Rencananya, restoran cabang akan tetap diprioritaskan berlokasi di Jakarta. Hal ini mengingat keterbatasan jumlah juru masak termasuk pesan bumbu dari Xi’an. Sulaiman masih harus melatih stafnya, terutama untuk masak-memasak. “Kalau ada keberuntungan, kami mau buka cabang di Surabaya, Yogyakarta dan Medan. Tapi kondisi sekarang, saya, istri saya dan Wudi tidak bisa keluar kemana-mana. Perlahan-lahan, kami ajari karyawan cara masak dengan menu khas. Kalau mereka sudah bisa, kami akan buka cabang.”
Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *