Rencana Investasi PLN Mencapai Rp 40 T


Rencana Program Investasi tahun 2014 PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mencapai sekitar Rp 40 triliun, dimana segmen terbesar untuk bisnis pembangkitan. Sisanya, investasi diarahkan pada segment transmisi dan distribusi. “(Segmen) pembangkitan mencapai 50 persen dari keseluruhan investasi PLN tahun ini,” Kadiv. Keuangan Korporat PLN Rawan Insani mengatakan kepada Redaksi.
Segmen pembangkitan mengendalikan 83 persen dari kapasitas terpasang pembangkit, sekitar 38.502 MW termasuk sewa. Peningkatan mencapai sekitar 5,2 persen (vs 36,612 MW pada 2012). Pengoperasian pembangkitan PLN setara dengan kepemilikan 5.599 generasi. Selain itu, segmen pembangkitan meliputi pembeli utama listrik dariIndependent Power Producers (IPP). Tahun 2012, PLN mengalami kekurangan dana sekitar Rp 100 triliun. Tapi pada saat itu, Rawan mengasumsikan situasi pertumbuhan masih rendah. Sehingga PLN merasa perlu menyusun RUPTL (rencana usaha penyediaan tenaga listrik). Sehingga kondisi keuangan PLN setiap tahun melakukan penyesuaian. “Kita menyesuaikan schedule, kapan (pelanggan) butuh listrik. Karena listrik menyesuaikan kebutuhan pelanggan. Kalau pertumbuhan ekonomi turun, tidak mungkin (pelanggan) butuh listrik. Pada belakangan ini, kami menyesuaikan.”
Segmen transmisi selama ini, PLN sebagai penyedia tunggal. PLN juga sebagai penyedia transmisi tunggal listrik di Indonesia. Kepemilikan sarana dan prasana transmisi PLN antara lain 39.395 KMs jalur transmisi dengan peningkatan 3,4 persen (vs 38.096 KMs pada 2012). Trasmisi juga mencakup 81.345 MVA trafo transmisi kapasitas dengan peningkatan 5,5 persen (vs 77,073 MVA pada 2012). Segmen distribusi, PLN juga sebagai penyedia jaringan utama listrik ke konsumen akhir di Indonesia. PLN juga memiliki 796.944 KMs dari jalur distribusi dan 43.184 MVA trafo, berkapasitas distribusi dengan peningkatan 7,7 persen dan 6,2 persen (Vs 741,957 KMs dan 40.654 MVA pada 2012). “Semuanya (segmen distribusi) melayani 54 juta pelanggan.
Pinjaman PLN per 31 Desember 2013 mencapai sekitar Rp 239 triliun. Tipe pinjaman antara lain dari pemerintah, SLA (Subsidiary Loan Agreement), kewajiban leasing,pinjaman bank FTP (fast track program) baik kategori ‘terkait’ dan ‘tidak terkait’. Sementara pinjaman berdasarkan jangka waktu terdiri dari non current yang mencapai 93 persen, dan sisanya current sekitar tujuh persen. Total pinjaman berdasarkan mata uang, foreign currency 74 persen dan sisanya, sekitar 26 persen dalam bentuk Rupiah. Standard akuntansinya, kurs pada awal 2013 (keuangan PLN) sampai akhir Desember (tgl 31/12) sama, PLN meraup keuntungan. Tetapi kondisinya bisa rugi, kalau US Dolar menguat pada akhir tahun. Misalkan PLN utang 10 juta USD pada awal tahun 2013. Lalu PLN bayar per 31 Desember. PLN mengalami rugi kurs (USD menguat terhadap Rp). Kalau PLN tidak mengalami kerugian kurs, pembayarannya dengan hitungan 100 juta USD x 10.000 = 1 triliun Rupiah. Tapi kalau rugi kurs, misalkan 1 USD = Rp 12.000, berarti PLN harus bayar (per 31 Desember) sekitar Rp 12 triliun. “Cash PLN pada akhir tahun sekitar Rp 25 triliun. Kewajiban akuntansi, memotret bagaimana perusahaan beroperasi dalam satu tahun. Kalau rugi kurs, karena pencatatan (akuntansi) saja.  Tetapi setelah PLN bayar hutang, aset masuk, sehingga (cash) PN menjadi 50-an triliun rupiah. Seperti tahun 2013, utang kita sekitar Rp 7 triliun dari bank-bank lokal. Sementara utang dalam bentuk Euro sekitar 110 juta. Obligasi lokal sekitar Rp 2,7 triliun.”
Sementara itu, Direktur Niaga, Management Resiko & Kepatuhan PLN Harry Jaya mengatakan bahwa PLN sudah melayani lebih dari 54 juta pelanggan. PLN menyalurkan listrik yang dipasok dari pembangkit dengan kapasitas terpasang 46.000 mw termasuk IPP. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi di tanah air, permintaan energi listrik dalam tahun mendatang akan tetap tinggi. “Dalam rentang tahun 2013 hingga 2022, pertumbuhan permintaan listrik rata-rata 8.29 persen per tahun,” Harry mengatakan kepada Redaksi.
 
 
kondisi ini tentunya menuntut pemerintah melalui PLN untuk menyediakan pasokan listrik yang cukup, andal dan pelayanan yang baik. Hal ini paralel dengan tingkat pencapaian rasio elektrifikasi 100 persen dan mendorong pertumbuhan ekonomi indonesia yang berkelanjutan. Dukungan pemerintah untuk lebih memposisikan PLNsebagai perusahaan yang sustain dalam menjalankan usahanya agar tetap bertumbuh kembang. sesuai kebijakan saat ini bahwa sebagian pelanggan listrik di indonesia masih menikmati listrik di bawah harga keekonomian. Pemerintah masih harus memberikan subsidi kepada masyarakat melalui PLN. Subsidi dari tahun ke tahun terus meningkat. kedepan dengan masih tingginya kebutuhan investasi yang sejalan dengan growth(pertumbuhan). “Kenaikan harga bahan bakar dan risiko lainnya subsidi tersebut bisa bertambah besar.”
Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *