Realisasi Trade Fair Indonesia – China Perlu Proses


Realisasi Trade Fair Indonesia – China Perlu Proses

dilaporkan: Setiawan Liu

Jakarta, 12 Desember 2022/Indonesia Media – Badan Kebijakan Perdagangan (BKPerdag) Kementerian Perdagangan (Kemendag) melihat economic & trade fair Indonesia – Jinhua/Tiongkok bukan sesuatu yang instan, tetapi butuh proses mulai dari berkenalan, komunikasi, bahkan masuk pada satu komunitas sampai pada realisasi kerjasama dan investasi. Transaksi perdagangan tergantung inovasi, visi dan misi pelaku usaha, termasuk business model yang diterapkan. “Selain, (pelaku usaha) harus memiliki networking yang adequate, melihat peluang dan prospek pasar. Trade Fair ini positif untuk accommodate pelaku usaha, tapi sampai sejauh mana bisa deal, perlu proses,” Analis Kebijakan BKPerdag Kemendag Immanuel Lingga mengatakan kepada Redaksi.

Kalau Jinhua memiliki potensi produk pertanian, pengolahan hasil hutan, sebetulnya ada kemiripan dengan yang di Indonesia. Tapi pelaku usaha harus melihat bagaimana proses manufacture, nilai tambahnya yang terbatas. Dari keterbatasan, perlu ada R&D (research and development) untuk desain produk, lalu pemasaran. “Prosesnya, desain juga sesuai dengan preferensi pasar global. Sementara, nilai tambah terhadap produk bisa dinikmati,” kata Immanuel Lingga.

Pada trade fair yang berlangsung diselenggarakan oleh Harmoni Investment Service, Jakarta Indonesia, salah satunya menyebutkan prospek kerjasama perdagangan dan investasi untuk produk kosmetik. Kearifan local pada produk kosmetik di Indonesia juga sebaiknya dibarengi dengan pemanfaatan bahan-bahan baku yang tersedia. Apalagi, ada beberapa bahan baku di Indonesia yang belum dimanfaatkan dan diolah secara maksimal. Sementara potensi di Jinhua, merupakan daerah aglomerasi (sentralisasi kegiatan ekonomi dan industri di kawasan perkotaan) yang sudah mapan, yang khusus meningkatkan nilai tambah produk kosmetik. “Ini kombinasi yang baik (Indonesia – Jinhua), kombinasi kearifan local, bahan baku local, kosmetik tradisional direspons dengan teknologi Tiongkok. Ini kombinasi yang mendorong pertumbuhan, kerjasama perdagangan yang lebih erat lagi,” kata Immanuel Lingga

Di tempat yang sama, Asosiasi Mainan Indonesia (AMI) berharap trade fair dengan semangat mutual benefit Indonesia – China, terutama untuk pemasaran produk mainan di kawasan Asia Tenggara seperti Filipina dan Malaysia. Nilai ekspor produk mainan dari Tiongkok untuk Filipina dan Malaysia relative besar. “Sementara kita (Indonesia, Filipina, Malaysia) sama-sama negara anggota ASEAN (Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara). Ada baiknya, Indonesia juga bisa ekspor ke Filipina,” Jacky Mega dari AMI mengatakan kepada Redaksi.

PT Mattel Indonesia (PTMI) akan menggenjot produksi boneka hingga 3 juta per minggu setelah meresmikan molding center baru di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Tapi produsen Indonesia belum bisa sampai high-end product (pasar Amerika, Eropah). Konsumen mainan Indonesia dan Filipina memiliki kesamaan selera dan preferensi. Kelas konsumen untuk produk mainan di kedua negara juga menengah ke bawah. Kategori produk mainan yang bisa masuk pasar Indonesia dan Filipina, (ukuran) besar dan harga murah seperti mobil-mobilan. “Kalau mainan berukuran besar dan murah pasti laku. Kalau boneka berukuran kecil, unik dan menarik bisa laku juga untuk pasar Indonesia, tapi packaging (kemasan kardus) harus besar,” kata Jacky. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *