Proyek pembangunan dermaga apung bisa efisien dengan pemanfaatan produksi dalam negeri


Proyek pembangunan dermaga apung bisa efisien dengan pemanfaatan produksi dalam negeri

 dilaporkan: Setiawan Liu

Jakarta, 5 Agustus 2021/Indonesia Media – Produsen sarana kelautan dan perikanan swasta nasional Indonesia menilai inefisiensi proyek pembangunan dermaga apung sebagai media konektivitas antar pulau dan wilayah pada lima lokasi strategis yang terpencar-pencar di Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), Riau, Sulawesi Selatan dan Jawa Timur.  “Masalahnya (pengajuan Kementerian Kelautan dan Perikanan) tidak efisien, biaya pengiriman barang dan logistic menjadi mahal. Karena pembangunan dermaga, kami harus mengirim alat-alat berat untuk memancang,” produsen tersebut mengatakan kepada Redaksi.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berencana meningkatkan aksesibilitas dan ekonomi di pulau-pulau kecil dengan terus berupaya menyediakan fasilitas yang diperlukan. Salah satunya, yakni rencana pembangunan dermaga apung di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil/terluar. Pembangunan dermaga apung merupakan jawaban atas kebutuhan prasarana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil/terluar. “Dirjen di KKP sempat minta saya untuk bangun dermaga tetapi dengan harga yang sangat murah. Kami tidak keberatan, tapi kami perlu menyampaikan apa permasalahan di lapangan. KKP harus membangun dermaga-dermaga tersebut dengan tidak berpencar di beberapa pulau di Indonesia. Kalau lokasi berdekatan, misalkan tiga proyek dermaga di Papua, biaya bisa sangat murah,” katanya.

Sementara itu, KKP melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Ditjen PRL) segera membangun dermaga apung sebagai media konektivitas antar pulau atau wilayah di lima lokasi strategis Indonesia. Lokasi-lokasi tersebut diantaranya Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Tojo Una-Una, Kota Bima, Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Indragiri Hilir.

Plt. Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Hendra Yusran Siry menjelaskan untuk meningkatkan aksesibilitas dan ekonomi di pulau-pulau kecil, KKP terus berupaya menyediakan fasilitas yang diperlukan dengan membangun dermaga apung di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil/terluar.

“Pembangunan dermaga apung merupakan jawaban atas kebutuhan prasarana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil/terluar. Tujuannya untuk meningkatkan aksesibilitas dan perekonomian masyarakat di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Selain itu, hal ini juga dimaksudkan untuk mendorong pemberdayaan, meningkatkan partisipasi dan kapasitas masyarakat dalam mengelola pesisir dan pulau-pulau kecil,” jelas Hendra.

Dermaga apung yang merupakan tempat tambat labuhnya kapal yang mengapung di atas air, memiliki 3 komponen utama yaitu struktur dermaga/darat yang menjorok ke laut, penghubung antara struktur dan platform, dan landasan dermaga apung yang berbahan high-density polyethylene/ low-density polyethylene (HDPE/LDPE). Saat ini moda transportasi yang dimiliki masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil/terluar untuk beraktivitas adalah perahu/sampan kayu kecil dengan rata-rata di bawah 5 GT. “Dengan tinggi draft hanya sekitar 0,9 meter dan panjang rata-rata sekitar < 12 meter, penggunaan bangunan dermaga dengan konstruksi beton atau konstruksi kayu dipandang kurang tepat karena masyarakat akan kesulitan dan terkendala ketika melakukan bongkar dan muat barang serta naik turun penumpang,” terang Hendra. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *