Presiden Sebut Dua Faktor Sebabkan Anjloknya Rupiah dan IHSG


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan kembali bahwa tahun 2013 adalah tahun yang tidak mudah bagi perekonomian di Indonesia. Bahkan sebenarnya bagi ekonomi di kawasan Asia dan banyak lagi negara-negara di dunia.

Tahun depan pun, tahun 2014 ekonomi Indonesia juga akan masih menghadapi tantangan-tantangan yang tidak bisa diabaikan. Beratnya ekonomi itu, diantaranya seperti yang dihadapi hari-hari terakhir ini misalnya ada pelemahan nilai tukar rupiah yang cukup signifikan, dan menurunnya harga saham.

Menurut SBY, melemahnya nilai tukar rupiah dan turunnya harga saham di IHSG terjadi karena dua faktor. Pertama yang sifatnya global dan regional, yaitu ditetapkannya kebijakan moneter di Amerika Serikat. Kebijakan tersebut berpengaruh kepada situasi keuangan di banyak negara, negara berkembang, termasuk Indonesia.

“Itu yang sifatnya dari luar. Faktor Eksternal,” jelas Presiden dalam Konferensi Persnya di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (21/8/2013).

Sedangkan yang dari dalam, sisi internal, imbuhnya, memang Indonesia juga menghadapi masalah, yakni ekspor yang menurun karena memang ekonomi dunia sedang mengalami perlambatan pertumbuhan atau resesi. Sementara sisi lain, impor barang masih tetap tinggi, sehingga neraca perdagangan menjadi tidak baik. Demikian pula dengan neraca pembayaran juga tidak baik.

Hal seperti ini juga dilihat oleh pasar dalam negeri, maupun pasar luar negeri, antara lain ada kekhawatiran pasar kalau-kalau pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun secara tajam. Selain itu, Pasar juga mengkhawatirkan defisit neraca pembayaran dan neraca perdagangan seperti ini tidak ada solusi. Apalagi bertambah memburuk juga tidak baik bagi ekonomi Indonesia.

“Inilah yang menyebabkan hari-hari terakhir ini terjadi penurunan yang tajam terhadap nilai tukar rupiah. Meskipun di kawasan Asia ini tengah ada yang lebih baik dari Indonesia dan ada yang lebih buruk dari Indonesia,” ucapnya.

“Namun bagi kita tidak perlu membandingkan bagaimanapun ini harus ktia atasi agar nilai tukar rupiah tidak lebih buruk dan tidak lebih mengganggu perekonomian nasional kita secara keseluruhan. Ini yang saya anggap isu penting, masalah utama yang harus kita carikan solusinya,” tutur dia.

Karena itu, diharapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak sampai mengalami perlambatan, yang tajam. Apalagi jatuh.

“Terus terang, kita dulu menetapkan pertumbuhan 6,3%. Itu tertuang dalam APBN-Perubahan tahun 2013, belum ada kebijakan yang ada di AS yang berpengaruh kepada dunia dan sejumlah perkembangan baru di bidang perekonomian,” jelas dia.

Oleh karena itu, SBY katakan untuk mencapai 6,3% itu berat untuk Indonesia. Namun, semua elemen masyarakat baik pemerintah dan elemen lainnya harus bekerja sangat keras guna mencapai target.

“Saya mengajak semua pihak, pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha, semua untuk bekerja sekuat tenga andaikata ada penurunan ekonomi kita, penurunannya tidak sangat tajam,” pesannya.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *