Pengusaha di London, Inggris, mengambil inisiatif menutup bar dan restoran sebelum libur Natal dan Tahun Baru. Hal itu dilakukan seiring dengan penyebaran omicron, varian baru covid-19.
Para pemilik restoran beralasan penutupan itu dilakukan lantaran banyak calon pengunjung yang membatalkan reservasi mereka untuk Natal. Selain itu, mereka mengklaim mempunyai kewajiban moral menjaga kesehatan stafnya.
Ferhat Dirik, salah satu pemilik restoran Mangal 2 di London timur, mengatakan memutuskan untuk tutup restoran sepekan lebih awal dari yang direncanakan setelah kehilangan banyak reservasi dan meningkatnya ketidakpastian.
“Itu memengaruhi moral staf, dan itu memengaruhi kami juga untuk memproyeksikan pendapatan,” kata Dirik kepada CNN Business, Jumat (17/12).
Setelah hampir dua tahun dilanda pandemi covid-19, penutupan bar dan restoran merupakan ancaman baru bagi perekonomian. Sebab, acap kali kasus melonjak, warga pun menghindari aktivitas di luar rumah.
Kepala Petugas Medis Inggris Chris Whitty juga telah menyarankan orang untuk tidak bersosialisasi dengan orang lain, kecuali benar-benar diperlukan.
Namun, tidak seperti selama gelombang covid-19 sebelumnya, dukungan negara untuk bisnis telah berkurang, sehingga mengakibatkan industri perhotelan kesulitan. Kelompok lobi UKHospitality memperkirakan para anggotanya hanya memperoleh seperempat dari keuntungan tahunan mereka selama Natal.
“Begitu banyak istirahat pada periode Desember, untuk bisnis yang sudah terhuyung-huyung di bawah beban utang yang timbul dari pandemi covid-19 dan menghadapi kenaikan biaya secara keseluruhan,” Kate Nicholls, kepala UKHospitality, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
“Jika operator tidak dapat berdagang secara menguntungkan selama bulan depan, banyak yang tidak akan bertahan,”imbuhnya.
Menteri keuangan Inggris Rishi Sunak sebelumnya mengaku memahami kekhawatiran pelaku bisnis di tengah penyebaran omicron.
“Itu sebabnya saya berhubungan dengan pelaku industri perhotelan hari ini, tim saya mengadakan pertemuan meja bundar dan berbicara dengan mereka,” katanya kepada Richard Quest dari CNN.
Namun, di sisi lain, Sunak tidak memberikan tanda-tanda dukungan untuk industri perhotelan di luar langkah-langkah yang ada seperti pengurangan tingkat penjualan dan pajak bisnis lokal.
“Saya pikir penting untuk menyadari, seperti yang dikatakan perdana menteri sebelumnya hari ini, bahwa situasinya sangat berbeda dengan apa yang telah kita lakukan dan hadapi sebelumnya. Pemerintah tidak menyuruh orang untuk membatalkan sesuatu. Ini bukan menutup bisnis,” ujarnya.
Kondisi saat ini memperburuk keadaan semua orang. Orang-orang yang telah merencanakan makan malam atau minum di luar sekarang tidak ingin mengambil risiko menghabiskan Natal dengan sakit atau berada dalam isolasi.
Menurut data reservasi dari OpenTable, pemesanan Inggris turun 24 persen pada Selasa pekan ini dan 22 persen pada hari setelahnya. Secara global, pemesanan turun masing-masing 18 persen dan 15 persen.
Staf yang bekerja di bidang perhotelan juga sama khawatirnya dengan meningkatnya kasus infeksi di antara rekan kerja. “Alasan utamanya adalah kami tidak ingin orang lain jatuh sakit,” terang Bash Redford, pemilik bersama Forza Wine di London selatan.
Diketahui, kasus positif covid-19 di Inggris menembus 88.376 kasus pada Kamis (16/12) lalu. Pejabat kesehatan masyarakat mengumumkan pertambahan kasus varian delta relatif stabil, namun varian omicron menyebar dengan cepat.
Perdana Menteri Boris Johnson telah menghindari penerapan pembatasan yang lebih ketat, alih-alih mendorong orang untuk bekerja dari rumah jika memungkinkan, mewajibkan masker dan memerlukan bukti vaksinasi atau tes covid-19 negatif untuk memasuki kelab dan acara olahraga besar.
Johnson, mengatakan alih-alih ‘melakukan lockdwon’ Pemerintah Inggris meminta orang untuk berhati-hati dan memikirkan kegiatan mereka menjelang Natal. Namun, keputusan itu menuai kritik dari industri perhotelan. Pendekatan itu sama dengan memaksakan lockdown secara sembunyi-sembunyi, namun tanpa bantuan sosial.
Berbeda dengan Inggris, Belanda akan memberlakukan lockdown mulai Minggu (19/12). Langkah itu diambil guna menekan laju penyebaran varian omicron dan telah diumumkan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte. ( CNN / IM )