Pengolahan Kelapa Sambu Group dengan Prinsip Zero Waste


Pengolahan Kelapa Sambu Group dengan Prinsip Zero Waste

dilaporkan: Setiawan Liu

Jakarta, 25 Mei 2023/Indonesia Media – Perusahaan industri pengolahan kelapa terpadu, Sambu Group berupaya memanfaatkan buah kelapa sebanyak mungkin, sejalan dengan prinsip nir-limbah (zero waste). Daging buahnya diolah menjadi santan, kopra menjadi minyak kelapa, bahkan tempurungnya pun bernilai tambah ekonomi. “Dengan memanfaatkan semua yang dimiliki buah kelapa, maka industri kelapa bisa sustain (berkelanjutan) dan mendapatkan nilai tambah yang optimal.  Sehingga tidak hanya bergantung kepada satu produk turunan kelapa saja. Sekaligus meminimasi limbah kelapa,” Corporate Communication Manager Sambu Group, Dwianto Arif mengatakan kepada Redaksi.

 

Tempurung kelapa merupakan limbah biomassa bisa dimanfaatkan sebagai energi alternatif, yang otomatis mengurangi penggunaan BBM (bahan bakar minyak). Salah satu upaya pemanfaatan limbah tempurung kelapa adalah dengan membuat suatu sistem pengolahan tempurung kelapa untuk menghasilkan arang, selanjutnya untuk meningkatkan kualitasnya dibuat menjadi briket arang. “Terbukti, coconut industry sejalan dengan prinsip zero waste. Secara manufacturing, industri kelapa diharapkan bisa zero waste. Manufacturing kan harus efisien,” kata Arif.

 

Tapi sebagaimana prinsip dan nilai (Sambu Group) ‘balik ke alam’. Dalam konteks supply chain, batok kelapa diolah menjadi charcoal, briket yang hasilnya berupa multiple grade (beberapa tingkat). Tempurung kelapa diolah, dengan proses bertekanan temperatur 300oC, 400oC dan 500oC. Pengaruh suhu karbonisasi terhadap kualitas arang dan briket arang dengan heat rate yang sama terhadap kualitas arang dan briket arang. Briket arang jadi hookah shisha (rokok) yang sangat populer di negara-negara Timur Tengah.

Tempurung kelapa oleh Sambu Group juga diproduksi sebagai karbon aktif (activated carbon). Low-end product nya, digunakan pada water filtering systemswater filtrationwater treatment. Karbon aktif juga ada yang diproduksi sebagai high value products (HVP) dan digunakan dalam pharmaceutical industry (obat sakit perut dan diare). “Masyarakat sangat butuh keduanya (low-end dan high-end product) aplikasi produk karbon aktif dari tempurung kelapa,” kata Arif.

 

Untuk husk processing (pengolahan sabut kelapa) selama ini didominasi Srilanka, India. Dan sebagian besar diproduksi oleh industri rumah tangga dan bukan perusahaan besar. “Namun demikian, husk processing ini tidak bisa serta merta diimplementasikan di Indonesia. Karena model bisnis dan alam yang berbeda. Dan model supply chain yang tidak bisa disamakan dengan kondisi Indonesia. Sehingga tidak hanya sekedar membeli teknologi, lalu membangun industri,”terang Arif. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *