Pemanfaatan sorgum mengacu pada triple F

Dilaporkan: Setiawan Liu

Bogor, 19 Agustus 2022/Indonesia Media – Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian mengacu pada triple F, yakni Food, Fuel, Feed terkait dengan pemanfaatan sorgum untuk masa depan. Kalau aspek triple F terpenuhi, sorgum sangat memberi manfaat dan menguntungkan petani. “Kami bermitra dengan berbagai pihak untuk pengembangan sorgum sekarang ini,” Kepala Balai, Mastur mengatakan kepada Redaksi

Dulunya, ada bottle neck upaya pemanfaatan sorgum. Karena sorgum hanya dipandang sebagai pangan saja, padahal ada biji, daun dan lain sebagainya. Salah satu mitra, yakni Kacuk Sumarto dari perusahaan kelapa sawit di desa Laut Tador, kec. Tebing Syahbandar, Serdang Sumatera Utara. Perusahaan tersebut sudah panen sorgum di areah kebun sawit, dan sempat disaksikan langsung oleh bupati, ketua asosiasi terkait dan lain sebagainya. “Pa Kacuk sangat mengerti bioenergy, mitra saya yang sangat mengerti bioethanol, bioenergy,” kata alumni (program Ph.D) Bioregulation Tokyo University of Agriculture.

Penggunaan sorgum untuk ternak di Lampung, dengan masa tanam 60-70 hari untuk silase, pakan ternak. Silase dimanfaatkan langsung untuk pakan sapi di feedlot, dairy (untuk sapi perah). Sorgum bioguma menghasilkan 9 ton. Sorgum juga harus manis, syarat menjadi fuel. Kadar gula brix sekitar 15 persen atau lebih sehingga mendekati tebu. Asumsi 15 persen, produksi gula bisa hampir setengahnya gula. 5-7% gulanya atau setengah dari kadar gula brix. Biomassa nya juga harus besar, seperti bioguma yang bisa mencapai 50 ton. Berarti (hitung-hitungannya) 50, prosentase 5%, gulanya dari 50. Berarti 2,5 ton, menghasilkan gula 2,5 ton (dikalikan alkohol, ethanol). “Satuan kilogram dikonversi ke liter, 2500 kg menjadi 2,5 ton. Asumsi (hitungan), rendemen satu persen, paling tidak 2000 liter yang dihasilkan. Nilainya besar kan,” kata Mastur. (sl/IM)