Pelaku dan Otak Teror terhadap KPK Tak Pernah Terungkap


Dukung Novel Baswedan – Sejumlah aktivis dari Koalisi Masyarakat Sipil melakukan aksi mengecam aksi kekerasan terhadap Novel Baswedan di depan gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Selasa (11/4). Mereka dengan membawa gambar wajah Novel meminta pemerintah untuk mengusut tuntas kekerasan tersebut.

Menyusul terjadinya penyerangan terhadap penyidik KPK Novel Baswedan, Presiden Joko Widodo juga diminta membentuk tim investigasi independen guna memperkuat langkah yang telah dilakukan tim bentukan Polri. Bukan sekali ini saja teror terhadap penyidik KPK terjadi.

Catatan Redaksi: Berita ini terbit di halaman 1 harian Kompas edisi 13 April 2017 dengan judul ”Tim Independen Diusulkan: Pelaku dan Otak Teror terhadap KPK Tak Pernah Terungkap”.

 Selain tim khusus yang dibentuk Polri, Presiden Joko Widodo juga diminta membentuk tim investigasi independen untuk mengungkap pelaku dan dalang teror terhadap penyidik KPK, Novel Baswedan. Terlebih bukan sekali ini saja teror terhadap penyidik KPK terjadi.

Kepolisian dinilai tak bisa sendirian mengungkap kasus teror terhadap Novel dan sejumlah teror terhadap penyidik atau pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi selama ini.

Selain tim khusus yang dibentuk Polri, Presiden Joko Widodo juga diminta membentuk tim investigasi independen untuk mengungkap pelaku dan dalang teror terhadap penyidik KPK, Novel Baswedan.

Menurut mantan Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas, Rabu (12/4), Presiden Jokowi dapat membentuk tim investigasi independen yang memadukan kepolisian dengan unsur masyarakat sipil untuk menyelidiki kasus penyiraman air keras terhadap Novel.

Tim gabungan itu, tambahnya, diperlukan karena pengusutan kasus teror terhadap pegawai dan penyidik KPK selama ini tidak pernah tuntas.

”Tidak ada kata lain, Presiden sebagai Panglima Tertinggi Polri dan TNI harus membentuk tim investigasi yang independen untuk mengusut secara tuntas sosok di balik teror di lapangan yang diterima KPK. Negara tidak bisa lagi hanya sekadar berbasa-basi,” kata Busyro.

Menurut pakar hukum pidana Universitas Indonesia yang juga mantan komisioner KPK, Indriyanto Seno Adji, jika kasus teror terhadap Novel tak kunjung bisa diusut tuntas serta ditemukan pelaku dan otak di baliknya, pemerintah perlu mempertimbangkan pembentukan tim investigasi independen yang obyektif dan profesional.

”Publik pun akan terus mengawasi. Hanya saja, kalau pengungkapan kasus ini menimbulkan keraguan publik atau tidak terungkap dalam batas waktu yang wajar, baru dipikirkan adanya pembentukan tim gabungan independen,” kata Indriyanto.

Penyidik KPK, Novel Baswedan (ketiga dari kiri), saat menemui wartawan pada Kamis (20/6/2019) di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, seusai diperiksa oleh Tim Gabungan Pencari Fakta terkait dengan kasus penyerangannya.

Peneliti Pusat Studi Konstitusi Universitas Andalas, Feri Amsari, juga menilai sebaiknya dibentuk semacam tim pencari fakta (TPF) untuk mengusut kasus-kasus teror terhadap KPK.

”Untuk memecahkan kasus ini, mengandalkan kinerja polisi semata bukan alternatif yang tepat. Diperlukan TPF yang beranggotakan orang-orang yang berintegritas dan memiliki pendekatan luas kepada instansi-instansi terkait sehingga bisa lebih fokus dan mampu mengungkap pihak-pihak yang berkepentingan dalam peristiwa ini,” ujarnya.

Namun, peran kepolisian tetap diperlukan karena polisi memiliki instrumen sebagai penyelidik dan penyidik yang mampu menindaklanjuti hasil-hasil temuan TPF.

Koalisi Masyarakat Sipil Anti Korupsi menggelar dukungan untuk menuntaskan kasus penyerangan terhadap penyidik senior KPK, Novel Baswedan, di pelataran Gedung KPK, Jakarta, Selasa (15/1/2019). Penyerangan terhadap Novel sudah berlangsung hampir dua tahun, tetapi hingga saat ini penyelidikan kasus itu belum menunjukkan hasil optimal.

Mengawasi langsung

Secara terpisah, Kepala Polri Jenderal (Pol) Tito Karnavian mengungkapkan, Polri telah membentuk tim khusus untuk menyelidiki kasus penyiraman air keras terhadap Novel. Bahkan, Tito mengawasi langsung kinerja tim khusus itu.

Ia memastikan tim khusus tersebut akan berupaya mengungkap dalang tindakan keji itu. Tim terdiri dari penyidik Polri, Kepolisian Daerah Metro Jaya, dan Kepolisian Resor Jakarta Utara.

Dari hasil penyelidikan awal, ujar Tito, Laboratorium Forensik Polri telah mengidentifikasi cairan air keras yang digunakan pelaku untuk menyiram wajah Novel.

Ia memastikan tim khusus tersebut akan berupaya mengungkap dalang tindakan keji itu.

Air keras itu merupakan asam sulfat (H2SO4). Namun, Tito menyatakan, tingkat kepekatan cairan asam sulfat itu tidak terlalu tinggi sehingga tak sampai menghancurkan wajah Novel.

Kemarin, polisi juga masih melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di Jalan Deposito RT 003 RW 010, Pegangsaan Dua, Kelapa Dua, Jakarta Utara. Penyisiran lokasi dilakukan tiga anggota Polres Jakut, dipandu dua petugas keamanan.

Awalnya, polisi memeriksa lapangan di sebelah Masjid Al-Ihsan. Penyiraman air keras dilakukan dua pria seusai Novel melaksanakan shalat Subuh di Masjid Al-Ihsan.

Mahasiswa membawa poster untuk memperingati dua tahun penyerangan penyidik KPK, Novel Baswedan, menggunakan air keras di depan Gedung KPK, Jakarta, Kamis (11/4/2019). Mereka antara lain mendesak agar kasus yang menimpa Novel Baswedan segera diselesaikan.

 

Berikutnya, polisi kembali menyusuri Jalan Deposito dan melintasi kediaman Novel. Di sekitar TKP penyiraman air keras yang sudah dipasangi garis polisi, ketiga anggota polisi menghitung kembali jarak TKP ke rumah Novel yang sekitar 30 meter.

Dari lokasi TKP penyiraman air keras, polisi melanjutkan pemeriksaan ke arah kanan menuju Jalan Taska ke Bellyra II untuk menelusuri arah sepeda motor yang ditumpangi pelaku seusai menyiram air keras ke Novel.

Penyidik melewati Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Bellyra, lalu berbelok ke arah Jalan Bellyra IV di depan pos keamanan. Gito, salah seorang petugas pengamanan, menduga kedua pelaku sempat terjatuh ketika hendak melarikan diri lewat samping portal di pos tersebut.

”Saat kejadian, ada warga yang melihat pelaku terjatuh di sini (dekat portal),” kata Gito.

Di lokasi ini, polisi memeriksa dan memotret portal pos keamanan. Di seberang terdapat kamera pemantau (CCTV) yang dipasang di salah satu rumah warga.

Penyidik senior KPK, Novel Baswedan, saat ditemui di kediamannya, Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Rabu malam (10/4/2019).

Pengamanan

Terkait dengan upaya pengamanan terhadap penyidik dan pegawai KPK, Tito menekankan, teknis dan kuantitas pengamanan yang akan diberikan Polri menyesuaikan dengan permintaan unsur pimpinan KPK. Dia mengatakan sudah berkomunikasi dengan pimpinan KPK terkait dengan bantuan pengamanan Polri.

”Terkadang ada hal-hal bersifat rahasia yang berkaitan dengan tugas KPK sehingga mereka tidak terlalu ingin dikawal hati-hati,” ujar Tito.

Rina Imelda (tengah), istri penyidik KPK, Novel Baswedan, didampingi suaminya menyampaikan terima kasih atas dukungan yang diberikan masyarakat untuk menuntaskan kasus penyerangan yang menimpa Novel Baswedan dalam aksi dukungan yang digelar Koalisi Masyarakat Sipil Anti Korupsi di pelataran Gedung KPK, Jakarta, Selasa (15/1/2019). Penyerangan terhadap Novel sudah berlangsung hampir dua tahun, tetapi hingga saat ini penyelidikan kasus tersebut belum menunjukkan hasil optimal.

Wakil Ketua KPK Saut Situmorang mengatakan, KPK sebenarnya punya teknik pengamanan tersendiri terhadap para pegawainya. ”Harus ada peningkatan keamanan. Tapi, bagaimana penguatan keamanan itu, kami punya teknik yang tidak bisa saya bicarakan,” kata Saut.

Saut menjelaskan, sejak beberapa waktu lalu, KPK sebenarnya telah meningkatkan pengamanan terhadap penyidik dan jaksa lembaga tersebut. Peningkatan keamanan dilakukan sejak kasus korupsi kartu tanda penduduk elektronik (KTP-el) yang ditangani KPK dilimpahkan ke pengadilan.

”Kami meningkatkan pengamanan karena membaca sinyal kecil yang mengharuskan kami lebih hati-hati,” ujarnya.( Kps / IM )

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

One thought on “Pelaku dan Otak Teror terhadap KPK Tak Pernah Terungkap

  1. Perselingkuhan Intelek
    July 19, 2019 at 12:05 am

    sudah bukan rahasia lagi di Indonesia Hukum itu tumpul melawan Uang dan Bintang Tiga, siapa berani ?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *