Promosi Wisata Karimunjawa, Bali dengan Kearifan Lokal Masing-masing


Promosi Wisata Karimunjawa, Bali dengan Kearifan Lokal Masing-masing
Dilaporkan: Setiawan Liu
Jepara, 15 Juli 2019/Indonesia Media –
Stakeholder wisata Karimunjawa, Jepara Jawa Tengah (Jateng) melihat setiap daerah memiliki keunikan, kekhasan, local wisdom (kearifan lokal) masing-masing untuk dijadikan andalan menarik para wisatawan dalam dan luar negeri.
Sehingga membandingkan Karimunjawa dengan Bali tentunya tidak apple to apple, artinya dua hal yang berbeda. “(Karimunjawa, Bali) tidak disamakan. Budaya, kemasyarakatan Karimunjawa berbeda dengan Bali.
Tapi keduanya punya keunggulan masing-masing untuk menarik wisatawan,” Solichoel Soekaemi, anggota Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Semarang Jateng mengatakan kepada Redaksi
Aspek sosial kemasyarakatan Karimunjawa tentunya tidak lepas dari Ke-Islaman. Mengingat mayoritas agama sekitar 1000 jiwa adalah Islam. “Turis harus bisa menyikapi, menyesuaikan dengan kemasyarakatan.
Tetapi keunikan wisata pada setiap daerah terutama Karimunjawa eksis. Promosi kami tetap mengedepankan belasan pantai dengan keragaman, keunikan, keindahan. Bahkan, penangkaran hiu, keindahan Pantai Tanjung Gelam iconic Karimunjawa,” kata Solichoel.
Di sisi lain, anggota HPI Karimunjawa Agus Hartono menilai keunikan Karimunjawa sama dengan Bali. Bali memang lebih terkenal, selain pantai yang cantik, spot surfing, seafood, bangunan Pura (umat Hindu) yang eksotis.
Bali terkenal akan banyak hal: pantai yang cantik menawan, spot surfing yang menantang, seafood, serta beraneka pura eksotis. “Karimunjawa memiliki penangkaran hiu. Beberapa vila di bukit maupun pinggir pantai juga berarsitektur ala kepulauan Maldives,” Agus mengatakan kepada Redaksi.
Tetapi satu hal yang sulit bagi masyarakat Karimunjawa, yakni kehidupan dan hiburan malam. Kendatipun masyarakat setempat sudah mulai menerima suasana turis dengan hiburan malam. Tetapi pembatasan jam operasional ‘harga mati’ tidak bisa melebihi jam 01.00 dini hari.
Masyarakat Karimunjawa tentunya harus menjalankan Solat Subuh. “Hiburan karaoke juga akan segera dibuka. Para pengusaha harus menyediakan fasilitas listrik PLTD (diesel). Pembangunan hotel baru juga meningkat. Harga tanah sempat mencapai Rp 250.000 per meter-persegi.
Sekitar tahun 1990-an, harga tanah hanya sekitar Rp 2.000 (dua ribu rupiah) per meter-persegi. Harga Rp 250.000 tersebut dianggap wajar karena lokasinya dekat pantai, jauh dari keramaian. Mungkin selebritis top dunia seperti Maria Sharapova, Brad Pitt memilih suasana liburan yang jauh dari keramaian.
Tempat terpencil seperti itu banyak tersebar di Karimunjawa,” tegas Agus.
Konsep hotel dengan suasana desa Wisata akan terus meningkat di Karimunjawa. Konsep ini menonjolkan keindahan alam setempat atau kelebihan lainnya dari sisi adat-istiadat dan budaya. Kegiatan wisata alam hutan mangrove juga cocok untuk para mahasiswa, atau turis intellectual yang antusias dengan lingkungan.
“Para pemandu wisata Karimunjawa juga terus meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris,” kata Agus. (SL/IM)
Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *