Pelajaran berharga dari insiden 2012-2013, komunikasi efektif MMC


Pelajaran berharga dari insiden 2012-2013, komunikasi efektif MMC

dilaporkan: Setiawan Liu

Surabaya, 28 Oktober 2022/Indonesia Media – Kilas balik insiden perusakan dan penjarahan aset perusahaan budidaya mutiara dan ikan PT Morotai Marine Culture (MMC) tahun 2012 – 2013 yang silam, direkturnya melihat ada beberapa aspek yang menjadi pembelajaran untuk tidak terulang kembali. Salah satunya, aspek gaya komunikasi pimpinan perusahaan terhadap typical pejabat berbuat zalim kepada masyarakat, termasuk pelaku usaha. “Pelajaran berharga, bahwa komunikasi sangat penting pada saat itu. Kami tidak membuka ruang komunikasi yang baik dengan (mantan) bupati dan jajarannya,” direktur MMC Sutrisno Sukendy mengatakan kepada Redaksi.

 

Aksi anarkis perusakan fasilitas, sarana prasarana produksi MMC di Pulau Ngelengele, Kecamatan Morotai Selatan Barat diduga, aktornya mantan bupati Pulau Morotai, provinsi Maluku Utara Rusli Sibua. Akibat kasus perusakan dan penjarahan fasilitas MMC, kerugian diperkirakan mencapai ratusan miliar rupiah. Sejumlah aset perusahaan dijarah oknum warga dan sempat diambil kembali pihak perusahaan. Aset perusahaan yang hilang dan rusak, termasuk aset jaring yang berisi ikan kerapu yang akhirnya berhamburan ke laut luas. Siput mutiara juga banyak yang mati karena dirusak oleh puluhan oknum warga. “Dalam rentang waktu tiga hari, sejak Rusli Sibua ‘todong’ kami cash (uang kontan) senilai Rp 10 miliar, kami sempat berpikir dan berunding internal perusahaan. Membangun komunikasi dalam rentang waktu yang singkat, tiga hari juga berat,” kata Sutrisno melalui sambungan telepon.

 

Hitung-hitungannya, permintaan Rp 10 miliar setara dengan nilai keuntungan MMC selama tiga tahun. Pada batas waktu yang ditentukan Rusli Sibua untuk pengambilan uang tersebut, direksi MMC terpaksa tidak bisa memenuhi. “Begitu kami bilang ‘maaf, kami tidak sanggup’, tiga hari kemudian rombongan massa yang dipimpin wakil bupati Wenny R. Paraisu langsung menjarah, merusak berbagai fasilitas MMC,” kata Sutrisno.

 

Aksi penjarahan tersebut ibaratnya puncak gunung es dari aksi pemerasan yang sebelumnya. Waktu itu, direksi MMC ibaratnya terus meladeni dengan dialog untuk solusi kedua belah pihak. Tapi karena ada keterbatasan MMC terhadap nilai uang yang diminta, dialog tidak mencapai kata sepakat. “Permintaan mereka (bupati dan jajarannya) berlebihan, di luar batas kemampuan kami. Dengan terpaksa, kami tidak bisa menyanggupi,” kata Sutrisno. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *