Pasar Indonesia Mirip Tiongkok Lima Tahun Lalu


Baidu ingin menumbuhkan industri lokal, dan menggandeng banyak mitra

Pasar Indonesia memang cukup potensial bagi perusahaan teknologi asing. Baidu, yang menjadi salah satu pemain terbesar di Tiongkok, dan mampu mengalahkan Google search, pun telah lama memasuki pasar Indonesia.

Berdiri sejak 1,5 tahun lalu, Baidu berkomitmen untuk menumbuhkan pasar mobile di Indonesia. Tidak seperti perusahaan teknologi lain, Baidu berani membangun perusahaan lokal, bukan hanya kantor perwakilan, bernama PT Baidu Digital Indonesia.

Tahun ini diupayakan 100 persen akan merampungkan segala macam yang dibutuhkan untuk menjadi entitas lokal. Bahkan, mereka mengaku telah memiliki domain lokal untuk memenuhi aturan bisnis di Indonesia sesuai kebijakan pemerintah lokal.

Dalam wawancara khusus dengan VIVA.co.id, Managing Director Baidu Indonesia, Bao Jianlei, memaparkan betapa mereka ingin sekali menggandeng sebanyak mungkin mitra lokal dan menumbuhkan bisnis mobile di Indonesia, berbekal pengalaman 10 tahun menggarap pasar Tiongkok hingga menjadi besar seperti sekarang.

Berikut petikan wawancara dengan Bob, panggilan akrab Bao, di kantornya beberapa waktu lalu.

Bagaimana awal Baidu di Indonesia?

Baidu Indonesia lahir karena pada 2009 kami memutuskan untuk ekspansi ke luar China. Kami membidik Thailand, Jepang, Mesir, dan Brasil. Kami ada di Indonesia sejak 2013, tepatnya 15 September.

Bagaimana perkembangan Baidu setelah 1,5 tahun di Indonesia?

Kami masih fokus pada pengembangan produk dan penambahan basis pengguna. Sekarang ada 30 karyawan yang mendukung kami, 90 persen adalah pekerja lokal.

Perkembangan dari sisi produk?

Saat ini, kami fokus di bisnis mobile. Ada empat produk mobile yang kami miliki yakni Baidu Browser, Mobomarket, DU Battery Saver, dan DU Speed Booster. Dari empat produk itu, basis pengguna kami sudah 20 juta. Untuk Baidu Browser sendiri, pengguna kami sudah 5 juta. Pencapaian yang cukup besar di waktu yang singkat, hanya satu tahun. Sedangkan di Mobomarket sudah ada 500 ribu aplikasi dari 200 pengembang lokal. Selain mobile, kami juga punya produk untuk PC. Hao 123 dan Baidu Antivirus. Tapi, saat ini fokus kami di mobile.

Target tahun ini?

Ada penambahan basis pengguna dua kali lipat dibanding data kemarin.

Bagaimana karakteristik pasar Indonesia dengan China?

Kedua negara sedang berada di tahap yang berbeda. Situasi Indonesia sekarang mirip dengan China lima tahun lalu. China dimulai dari internet PC, sedangkan Indonesia langsung ke internet mobile. Selain itu, pemain di pasar Indonesia banyak, tidak seperti China yang sudah dikuasai BAT (Baidu, Alibaba, dan Tencent). Banyak perusahaan rintisan, lokal maupun asing, belum ada yang berjaya. Mungkin 3 sampai 4 tahun ke depan, kita baru bisa melihat gambaran yang jelas.

10 tahun ke depan, Baidu akan seperti apa di Indonesia?

Sejak memutuskan terjun ke Indonesia, kami ingin menjadi perusahaan yang terus tumbuh dalam waktu yang lama. Kami tidak hanya ingin memberikan dan memasarkan produk, tapi ingin menumbuhkan industri lokal. Kami ingin menggandeng sebanyak mungkin mitra lokal untuk bisa tumbuh bersama.

Bagaimana dengan politik dan kebijakan yang berlaku di Indonesia?

Itu bukan kendala bagi kami. Di China, kami sudah berpengalaman 10 tahun. Kadang pengalaman memang tidak selamanya berhasil, karena kendala di Indonesia berbeda. Kendala kami di sini hanyalah infrastruktur. Jaringan dan sinyal internet di Indonesia belum stabil. Hal ini kadang membuat kami kesulitan mengembangkan produk.

Contohnya?

Untuk membuat Apk (Android Aplication Package) sebuah produk kadang butuh kapasitas besar, sekitar 10 megabyte. Untuk men-download-nya pun butuh internet yang stabil. Jika aplikasi yang kami tawarkan besar, sulit untuk di-download oleh pengguna. Karena itu, kadang kami melakukan perubahan besar-besaran terhadap produk, termasuk membuat aplikasi yang lebih ringan.

Bagaimana strategi mengalahkan kompetitor?

Ada beberapa pemain besar di ranah browser, tapi pasar Indonesia juga besar. Kami yakin jalan masih panjang. Namun tahap sekarang, kami lebih fokus pada pengalaman pengguna.

Butuh berapa tahun untuk berjaya di Indonesia?

Secepatnya. Kami sendiri tidak memiliki timeline yang ketat untuk itu. Tapi jika kami terus komitmen, tidak akan sulit bagi kami untuk terus berkembang dan memperluas basis pengguna

Kebijakan di Indonesia benar-benar tidak menjadi kendala?

Tidak. Kami berusaha mengikuti aturan yang ada terkait dengan bisnis kami.

Tidak berniat untuk terjun ke e-commerce?

Kami lihat bisnis e-commerce memang meningkat di Indonesia. Itu sinyal yang baik untuk masa depan pasar mobile. Tahun ini, Baidu berencana meluncurkan sub-kanal baru di Baidu Browser yang didedikasikan untuk pemain e-commerce. Di situ akan ada informasi promosi dan diskon dari partner e-commerce kami. Kami ingin memberikan kenyamanan bagi pengguna Baidu Browser, khususnya dalam hal belanja online.

Kapan akan diluncurkan dan sejauh mana perkembangannya?

Kami upayakan bulan April ini. Sudah ada 4-5 partner e-commerce yang akan bergabung, kebanyakan adalah pemain besar, seperti Lazada dan Zalora.

Bagaimana memonetisasi?

Kami mulai memonetisasi tahun ini. Namun, itu bukan fokus utama saat ini, karena kami masih ingin memberikan pengalaman terbaik kepada pengguna.

Dari sekian banyak produk Baidu, mana yang paling dianggap mendatangkan banyak revenue?

Mobile browser dan Mobomarket adalah produk utama kami, karena memang fokus kami adalah di pasar mobile.

Pasar PC menurun dan mobile terus meningkat. Apa tren di Indonesia ini sama dengan pasar negara lain?

Beberapa negara bahkan tidak merasakan era internet PC, tapi langsung masuk ke mobile internet. Saya rasa itu adalah tren global. Semua negara berkembang memiliki tren dan kondisi yang sama. Di pasar Baidu, Brasil masih kuat dalam penggunaan internet PC. Beda negara memiliki karakteristik beda pula. Oleh karena itu sangat penting membangun tim lokal.

Indonesia suka aplikasi gratisan?

Semua pengguna di seluruh negara dunia juga menyukai hal itu. Tapi, kami memiliki cara untuk monetisasi. Salah satunya dengan iklan banner, iklan promosi pengembang, in-app purchase, dan lainnya.

Berapa investasi Baidu untuk Indonesia?

Kami nggak bisa disclose. Tapi dari total investasi yang ada, kebanyakan masih digunakan untuk pengembangan produk, marketing juga. SDM pun kami tambah. Yang jelas, kami ingin tumbuh dulu di Indonesia.

Rencana tahun ini?

Baidu sangat peduli membangun mitra dan ingin tumbuh bersama partner lokal. Anda bisa lihat, kami punya banyak partner konten di Baidu Browser, begitu juga lokal device brand. Tahun ini, kami ingin menjalin hubungan dengan banyak pemain e-commerce, demikian juga sebanyak-banyaknya developer lokal untuk membangun bisnis aplikasi lokal.

.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *