Optimasi Supply chain Tingkatkan Pasar Kemenyan, 80% Asal Indonesia


Optimasi Supply chain Tingkatkan Pasar Kemenyan, 80% Asal Indonesia

dilaporkan: Setiawan Liu

Bogor, 17 November 2020/Indonesia Media – Sekretariat Nasional Kelompok Kerja (Pokja) landscape Batang Toru Berkelanjutan mendesak perlunya pengembangan pasar kemenyan (styrax spp) yang dihasilkan dari proses penyadapan pada kulit batang pohon, sehingga supply chain (rantai pasok) dari petani sampai ke buyer dan importir efektif dan efisien. Supply chain yang efisien bisa mengoptimalkan pasar kemenyan yang 80 persennya berasal dari Indonesia, khususnya kabupaten Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. “Kemenyan sebagai hasil hutan bukan kayu (HHBK) dekat dengan peradaban dunia. Karena kemenyan dimanfaatkan pada berbagai ritual agama-agama di dunia, termasuk (wewangian) Bukhur, Sunnah dalam Islam, pendupaan dalam agama Hindu, Budha. Kami juga akan tingkatkan kegiatan penelitian, pengetahuan budidayanya yang selama ini masih terbatas,” Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli mengatakan kepada Redaksi.

Pokja Batang Toru menggelar diskusi tematik mengenai inovasi bisnis kemenyan secara daring beberapa hari yang lalu. Para peserta, selain dari BP2LHK, juga para stakeholders termasuk Lembaga Sipirok Lestari Indonesia, Scorpion Foundation, para pemilik kebun kemenyan, Bappeda Kabupaten Tapanuli Tengah, Dinas Kehutanan Provinsi Bangka Belitung dan lain sebagainya. Pada 2018, Litbang Aek Nauli telah mengekstrak minyak atsiri dari resin kemenyan menjadi parfum dengan nama Tobarium. Parfum kemenyan ini menjadi salah satu produk inovatif oleh Kemenristekdikti, kemudian dibawa ke Saarbrucken Germany dalam event Indonesia Innovation Day. “Styrax dan kandungan lain bisa dimanfaatkan industry farmasi, termasuk pengobatan katarak, preservatives (pengawetan) untuk food and beverage, kosmetik, fixactive (wewangian) dan dye fix agent parfum, kosmetik,” tegasnya

Kemenyan adalah getah atau resin yang dihasilkan oleh pohon kemenyan (Styrax spp) melalui proses penyadapan (pelukaan kulit batang). Dari tujuh jenis kemenyan yang menghasilkan getah, hanya dua jenis yang dibudidayakan di sentra-sentra budidaya jenis kemenyan di Tapanuli (Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan) yaitu jenis kemenyan toba dan kemenyan durame. Luas tanaman kemenyan di Tapanuli Utara seluas 16.359 ha dengan produksi 3.634,12 ton. Luas tanaman di Humbang Hasundutan seluas 5.593 ha dengan produksi 1.403,23 ton. “Harga di pasar juga nggak pasti. Sehingga pengembangan pasar ke depannya, (dari petani) bisa langsung ke konsumen. Selama ini petani hanya jual mentah ke pengepul, dibawa ke pulau Jawa. Setelah disortir, (kemenyan dijual mentah ke luar negeri lewat Singapura. Pemerintah harus support petani terutama untuk kegiatan penyulingan, (kemenyan) menjadi minyak atsiri. Importir di luar negeri memanfaatkan minyaknya menjadi dupa di India, Eropah, Mesir. Bahkan minyak juga dimanfaatkan oleh produsen parfum,” kata Aek Nauli.

Luas total hutan/kebun kemenyan rakyat di Sumatera Utara 24.077,95 ha dengan produksi 6.060,89 ton dengan Nilai Perdagangan setara dengan 1,2 T.  Informasi harga getah kemenyan ditingkat petani di berkisar antara Rp 200.000-350.000 rupiah.  Setiap minggu penyadap dapat mengumpulkan 3-4 kg getah kemenyan. Peningkatan rantai pasok paralel dengan pengembangan industry kemenyan yang berbasis komunitas. Sistem standardisasi harus menyesuaikan harapan dan serapan pasar, terutama ekspor. “Produk unggulan Tapanuli ini sebetulnya juga sudah menjadi modal sosial khususnya suku Batak di Indonesia. Sementara antara petani sudah ada pemahaman, hubungan emosional sehingga sebagai sama-sama tergerak memajukan produk unggulan Tapanuli. Solusi lain, perencanaan bisnis bisa melibatkan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa), masuk ke dana desa juga,” tegasnya.

Tantangan bagi petani kemenyan sekarang ini, yakni upaya menghasilkan kemenyan dengan kualitas yang sama dan kontiniuitas produksi kemenyan sampai masuk pasar global. Saat ini, harga getah kemenyan tidak stabil, pemungutan HHBK kemenyan masih pada skala subsisten, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga tidak mempunyai posisi tawar yang kuat. Harga jual kemenyan sangat ditentukan oleh pemilik modal. Kemenyan adalah tanaman yang bagus untuk konservasi, perlu komitmen dari Pemda dan Pusat serta stakeholders terkait misalnya melalui pembuatan PerDa (peraturan daerah) dan memberikan penghargaan kepada semua stakeholders yang berperan dalam mengembalikan kemenyan sebagai komoditi unggulan daerah. “Ini mencontoh dari NTT untuk tanaman cendana,” papar Ari Lestari sebagai Direktur Usaha Jasa Lingkungan dan Hasil Hutan Bukan Kayu (UJLHHBK)-HP-PHPL. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *