Membangun Keadilan dan Pemerataan dengan Tol Laut


838d7aab-8847-4fb3-95a3-9b3048dec8a7Tol laut, ‘makhluk asing’ yang diperekenalkan oleh Presiden Joko Widodo itu, kini mulai

menampakkan wujudnya. Ia bukan lagi dongeng yang membingungkan benak dan membuat

kening berkerut.

Paling tidak, begitulah yang disampaikan Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya

Rizal Ramli, usai menggelar Rakor tentang Tol Laut, di kantornya, Senin (30/5). Rakor

dihadiri para pejabat dari kementerian dan lembaga terkait. Mereka antara lain Menteri

Perdagangan Thomas Lembong, Menteri Keuangan Bambang Permadi Soemantri

Brojonegoro, pejabat dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Ditjen Bea

dan Cukai, Kementerian Pariwisata, Dirut PT Pelni (Persero), dan lainnya.

“Tol Laut yang digagas Presiden Jokowi sudah berada pada track yang benar. Dampaknya

juga bagus, khususnya dalam hal penurunan harga di beberapa daerah. Tentu saja, masih

ada kekurangan di sana-sini. Untuk itulah Kemenko Maritim dan Sumber Daya bersama

kementerian dan lembaga terkait terus berusaha menyempurnakannya,” ujar Rizal Ramli.

Buat sebagian besar kita, bisa jadi tol laut masih terasa asing. Baiklah, sebelum kita bicara

panjang lebar, berikut latar belakang konsep tol laut yang digadang-gadang Presiden.

Konsep tol laut lahir dari kenyataan, bahwa selama ini banyak orang memandang laut

sebagai pemisah daratan. Perspektif ini berakibat kita kurang memanfaatkan kekuatan dan

kelebihan laut. Padahal, dengan mengubah cara pandang seperti ini, kita bisa melihat laut

justru sebagai pemersatu belasan ribu pulau yang dimiliki Indonesia.

Cara pandang seperti ini akan menjadikan seluruh daratan dan lautan wilayah Indonesia

sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan. Cara pandang inilah yang melahirkan gagasan

tentang tol laut. Konsep ini sekaligus menegaskan kembali Indonesia sebagai bangsa

maritim.

Membentang 5.000 km

Pada dasarnya, konsep tol laut yang dimaksud Jokowi adalah suatu jaringan transportasi laut

dengan kapal atau sistem logistik kelautan, yang melayani tanpa henti dari Sabang hingga

Merauke. Sebuah jalur yang membentang sejauh 5.000 kilometer. Ulangi, 5.000 km. Ini

bukan jarak yang main-main, karena ia setara dengan seperdelapan keliling bumi. Dengan

begitu, roda perekonomian bisa bergerak secara efisien dan merata. Dengan konsep tol laut,

akan ada kapal-kapal besar yang hilir-mudik di laut Indonesia. Ujung-ujungnya biaya logistik

menjadi murah.

Sebagai sebuah gagasan, tol laut memang dahsyat. Konsep ini kian menemukan justifikasi,

mengingat Indonesia adalah negara maritim. Lebih dari 2/3 wilayah kita adalah lautan.

Maka, apa yang disampaikan Jokowi pada pidato kenegaraan pertamanya usai dilantik di

Gedung DPR/MPR RI, Senin (20/10), menemukan pembenarannya. Saat itu, dalam

pidatonya, dia menyatakan bangsa Indonesia sudah terlalu lama melupakan pentingnya

pembangunan dan memajukan sektor maritim.

“Kita terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudera. Kita akan mengembalikan

semua. Saya berjanji akan mengembalikan kejayaan Indonesia sebagai negara maritim

dengan memanfaatkan laut, teluk, dan selatnya,” katanya.

Penurunan harga

Adalah tugas para menteri sebagai pembantu Presiden untuk mewujudkan visi sang bos.

Tapi seperti yang Riza Ramli sampaikan sebelumnya, bahwa dalam tataran praktik, tol laut

selain membuahkan hasil positif, juga masih menyimpan beberapa kelemahan.

“Program tol laut sangat penting untuk menjamin ketersediaan kebutuhan bahan pokok,

khususnya di daerah-daerah tertentu tujuan tol laut. Faktanya, setelah berjalan beberapa

bulan, tol laut terbukti berhasil mengurangi disparitas harga,” ungkap Rizal Ramli.

Perbandingan Harga Komoditas di Namela, Kabupaten Buru

No Komoditas Satuan Angkutan

1 Beras kg 13.000 10.100 22%

2 Bawang merah Kg 50.000 40.000 10%

3 Gula pasir Kg 15.000 10.800 18%

4 Minyak goreng curah Lt 15.000 12.700 15%

5 Tepung terigu Kg 11.000 7.850 29%

6 Daging ayam ras Kg 50.000 36.000 28%

7 Telur ayam ras Kg 45.000 23.000 49%

8 Tripleks Lembar 65.000 54.000 17%

9 semen Zak 72.000 56.000 22%

Terkait kelemahan yang masih ada, Rizal Ramli telah memerintahkan Kementerian

Perhubungan dan PT Pelni untuk melakukan studi pola kebutuhan angkutan kapal di masa

depan. Selain menyangkut ukuran kapal yang disesuaikan, peruntukannya pun harus

ditingkatkan agar bisa multi fungsi. Misalnya, agar lebih berdaya guna, perlu dijajaki

kemungkinan memodifikasi kapal yang bisa mengangkut penumpang reguler dan turis turis

manca negara dan kontainer. Khusus kontainer, dibagi lagi menjadi kontainer barang dan

kontainer pendingin (container reefer) yang antara lain untuk mengangkut ikan.

Selain itu, untuk mengoptimalkan muatan, Menko juga minta kepada kementerian teknis

mengumumkan informasi muatan dan ruang kapal. Informasi ini harus diikuti jadwal kapal

yang bersifat reguler. Dengan demikian, pengusaha dan atau penduduk bisa memanfaatkan

ruangan kapal untuk mengangkut komoditas yang dimilikinya.

Dulu, sebetulnya informasi seperti ini sudah ada dan berjalan lumayan bagus. Melalui

Peraturan Pemerintah Nomor 18/1988, tentang Penetapan Badan Pelaksanan Bursa

Komoditi (Bapebti) sebagai penyelenggara kegiatan penyediaan informasi muatan dan ruang

Swasta (Rp)

Angkutan Tol

laut (Rp

kapal (IMRK). Berdasarkan Perppu itu, Bapebti ditugaskan menyediakan informasi muatan

dan jasa angkutan laut dan menyediakan sarana untuk kegiatan transaksi muatan dan ruang

kapal.

Pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh

Menteri Perdagangan dan Menteri Perhubungan, baik secara bersama-sama maupun

sendiri-sendiri sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Namun setelah reformasi

bergulir, entah bagaimana nasib jasa layanan tersebut.

Rizal Ramli juga minta Menteri Perdagangan mengumpulkan para pemain besar kebutuhan

pokok agar mereka memanfaatkan kapal-kapal yang menggunakan jaluar tol laut. Ini

memang seperti telur dan ayam. Tapi, biar bagaimana pun harus ada yang memulai agar

jalur tol laut bisa bermanfaat seperti yang digagas Presiden.

“Untuk memastikan segalanya berjalan sesusai dengan harapan, perlu dibentuk Tim

Monitoring lintas kementerian. Tim ini menjadi penting, karena Presiden minta laporan

perkembangan tiga bulanan secara rutin. Dengan Tim yang ada, kita bisa langsung

mendeteksi kelemahan yang ada untuk dicarikan solusi secara tepat dan cepat,” paparnya.

Intinya, perbaikan terus-menerus harus dilakukan untuk memperkecil disparitas harga.

Untuk itu, perlu evaluasi rute pelayaran, menambah rute yang dibutuhkan, muatan lebih

variatif, memotong rantai perdagangan yang tidak efisien, dan memberi perhatian khusus

bagi Indonesia bagian timur. Hal lain yang tidak kalah pentingnya, mensosialisasikan dan

melibatkan daerah, serta Kapolri dan Mendagri menindak praktik monopoli

pelayaran/pengiriman logistik.

Jika semua berjalan sesuai rencana, maka Tol Laut benar-benar memberi manfaat yang

besar bagi Indonesia. Sejumlah manfaat yang langsung tampak di depan mata antara lain,,

bisa mempersatukan, membangun keadilan, dan pemerataan. Semoga…

Jakarta, 30 Mei 2016

Edy Mulyadi, Direktur Program Center for Economic and Democracy Studies (CEDeS) ( EM / IM )

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *