Link and Match Pendidikan Tinggi, Lulusan PT Punya Kemampuan Melayani Kebutuhan Kebijakan Publik


Link and Match Pendidikan Tinggi, Lulusan PT Punya Kemampuan Melayani Kebutuhan Kebijakan Publik

 dilaporkan: Setiawan Liu

Jakarta, 5 Oktober 2023/Indonesia Media – Link and match sebagai kebijakan untuk meningkatkan relevansi pendidikan, terutama lulusan perguruan tinggi (PT)  atau universitas, dengan kebutuhan kerja, dunia usaha serta industri, di tengah kondisi perekonomian nasional yang sangat situasional. Link and match pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja, industri bukan sesuatu yang sudah final, atau  sudah tetap. “Relevansi (link and match), kalau dilihat dalam konteks (penerapan ilmu), lulusan perguruan tinggi sudah mengarah pada kemungkinan dapat merumuskan kebijakan publik. Sebagai contoh seseorang berprofesi wartawan juga bisa jadi Perdana Menteri, Menteri, dsb.  Dalam Tertiary Education di level tertentu  dan situasional, Link and Match jangan terlalu kaku dianggap sudah final, kita bisa rugi karena pendidikan menjadi mahal. Way of thinking dan siap berkembang lebih dibutuhkan” kata Prof. Dr. Ir. Budi Susilo Soepandji, the Executive Chairman of President University Foundation.

Setiap tahunnya, Universitas Indonesia (UI) meneliti mengenai pemetaan terhadap para lulusannya, termasuk teknik sipil, mechanical, electrical, metalurgi dan lain sebagainya. Penyerapan pasar tenaga kerja lulusan UI, ternyata dalam kurun waktu tiga bulan (setelah lulus), banyak yang sudah mendapat pekerjaan. Penelitian tersebut dibuat sekitar lima tahun yang lalu, terhadap pasar tenaga kerja yang mengglobal. Lulusan Fakultas Teknik (FT) Sipil UI, keilmuannya generic. Sehingga lulusan FT Sipil, ada yang dapat kerja di sektor Perbankan, Pengembangan Wilayah bahkan Pariwisata “Ini bagus juga. Kalau menurut buku Geopolitik yang diterbitkan di Defence University of China, The Fourth Generation of War is Legal, Ethics and Law, sehingga banyak engineer (insinyur/sarjana teknik) masuk ke sektor seperti Kebijakan Publik, Hukum dan Finance. Memang hal tersebut tidak link and match dilihat secara sempit, tapi mekanisme pasar menentukan” kata mantan Dirjen Pothan (potensi pertahanan) Kementerian Pertahanan (Kemenhan).

Beberapa engineer juga berprofesi sebagai jurnalis, aktivis LSM (lembaga swadaya masyarakat), birokrat dan lain sebagainya. Konteks link and match, harus komprehensif integral melihatnya kata Prof Budi Susilo Soepandji yang juga lulusan dari FT Sipil geoteknik, tapi pernah  bekerja di birokrasi pendidikan, menjadi birokrat di Kemenhan. Sebagai mantan Dirjen Pothan, menjabat selama lima setengah tahun untuk dua menteri, yakni Prof. (Em) Juwono Sudarsono dan Prof. Ir. Purnomo Yusgiantoro Phd. Hal tsb. tidak menjadi masalah sama sekali. Bahkan ia juga sempat menjabat sebagai Gubernur Lemhannas RI (Lembaga Ketahanan Nasional) selama 5 tahun 4 bulan yaitu masa pemerintahan Presiden SBY  dan  awal masa pemerintahan Presiden Joko ‘Jokowi’ Widodo. “Sebagai penentu kebijakan publik (sewaktu menjabat sebagai Dirjen Pothan, dan Gubernur Lemhannas).  Kalau dikritisi pandangan sempit maka tidak Link and match, mengingat (latar belakang pendidikan formal), engineering S1 (FT Sipil) dan S2, S3 (geoteknik di Perancis). Sebagai Guru Besar Teknik Sipil bidang Geoteknik. Kalau melihat visi dan misi UI, yang didedikasi untuk mendukung pendidikan terbaik di republik ini, diharapkan dapat meluluskan orang dengan kemampuan generic (critical thinking). Contoh bagus lainnya, Menkes (Menteri Kesehatan) Budi Gunadi Sadikin alumni ITB sebuah institusi yang punya nama, bukan dari sarjana kedokteran, melainkan Fisika Nuklir ITB Bandung,” kata pemain piano yang semula senang bermain klasik saat ini bergeser dan belajar piano pop. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *