Kerjasama Coal Upgrading untuk Kokas Mulai Berjalan


Kerjasama Coal Upgrading untuk Kokas Mulai Berjalan

dilaporkan: Setiawan Liu

Jakarta, 26 April 2023/Indonesia Media – Asosiasi jasa pertambangan Indonesia (Aspindo) melihat prospek kerjasamanya dengan Tiongkok, terutama yang sudah mulai berjalan yakni coal upgrading dari yang low calorie (low rank) menjadi kokas atau bahan bakar berkadar karbon tinggi dan berkadar pengotor rendah. “Ada beberapa yang sudah kerjasama (dengan perusahaan pertambangan asal Tiongkok) untuk coal upgrading. Kokasnya digunakan untuk peleburan baja,” Direktur Eksekutif Aspindo Bambang Tjahjono mengatakan kepada Redaksi.

 

Beberapa perusahaan Tiongkok mencari kokas, bahkan sudah mulai negosiasi transaksi. Batubara yang kalorinya rendah, yakni 3.000 kkal/kg. Sementara untuk kokas, (kebutuhan batubara) yang kelasnya mendekati 7000 kkal/kg. Sebagaimana proses upgrading pada kondisi evaporasi dipengaruhi oleh suhu pemanasan yang digunakan. Karakteristik batubara yang dihasilkan oleh proses upgrading pada kondisi evaporasi dipengaruhi oleh suhu pemanasan yang digunakan. Disisi lain pemanasan pada kondisi evaporasi berdampak pada timbulnya rekahan pada permukaan batubara sehingga dapat menyerap air kembali ketika proses upgrading selesai. “Bisa dibayangkan, (proses upgrading) batubara dengan pemanasan sampai 900 derajat, lalu didinginkan mendadak. Problem nya, pengamanan terhadap (proses) dengan temperature sekian, resiko terbakar dan meledak sangat besar,” kata Bambang Tjahjono.

 

Batubara low rank dicirikan dengan kandungan moisture yang tinggi serta nilai kalori yang rendah. Kandungan moisture yang tinggi ini dapat menurunkan efisiensi dari pembakaran dan juga menyebabkan emisi polutan menjadi besar. Konsekuensinya, batubara  low rank perlu di upgrading terlebih dahulu sebelum batubara tersebut digunakan sebagai bahan bakar. “(Proses pemanasan) dengan api, dan kalau kadar oksigen 13 – 14 persen di udara, itu sangat rawan terbakar dan meledak,” kata Bambang Tjahjono

 

Iklim dan cuaca di Indonesia berunsur intensitas sinar matahari dan kelembaban udara yang sama-sama tinggi. Sehingga penerapan teknologi luar negeri untuk coal upgrading harus dibarengi dengan penyesuaian cuaca dan iklim Indonesia. “Disini (Indonesia), (cuaca) high temperature, high humidity. (pengusaha) tidak bisa begitu saja ambil teknologi dari sana. Semuanya perlu adjustment (penyesuaian) terutama resiko meledak saat proses pemanasan,” kata Bambang Tjahjono.

 

Sehingga perencanaan dengan kebijakan yang lebih terarah dan berdampak bagi usaha pertambangan yakni kolaborasi customer – distributor – principal (pabrikan/manufacturing). Customer memberi feedback kepada distributor, lalu menyampaikan lagi kepada principal. sehingga produk batubara Indonesia, terutama coal upgrading bisa ditingkatkan dengan penyesuaian pasar. Penyesuaian pada spesifikasi alat berat, kondisi tanah, iklim/cuaca yang berbeda jauh antara Indonesia dengan luar negeri. “Mereka (produsen luar negeri) desain mesin yang tahan dengan iklim dingin bahkan salju, tetap bisa beroperasi. Kita tidak perlu, karena disini, (iklim/cuaca) high humidity (kelembaban tinggi),” kata Bambang. (sl/IM)

 

 

ReplyReply allForward
Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *