Kegiatan Menerbangkan Pesawat Tidak Selalu Hobi Mahal


Kegiatan Menerbangkan Pesawat Tidak Selalu Hobi Mahal

Dilaporkan: Liu Setiawan

Jakarta, 5 Maret 2024/Indonesia Media – Presiden Indonesian Flying Club (IFC) Sigit H. Samsu menilai hobi menerbangkan pesawat tidak semata-mata mahal, berbiaya tinggi melainkan relatif terutama kalau dilihat dari sisi tingkat kepuasan dan passion. “Kalau dia (anggota IFC) tergila-gila, hobi menerbangkan pesawat tidak bisa dianggap mahal. Dia happy, (hobinya) tidak mahal,” Sigit mengatakan kepada Redaksi.

Penerbangan juga bukan hanya untuk pilot yang menerbangkan pesawat komersial, tapi ada juga beberapa type dengan masing-masing lisensi (license) nya termasuk yang tujuannya untuk rekreasi. Terbang adalah pengalaman yang sangat mendebarkan dan sering kali mengubah hidup , dan ada banyak orang yang ingin terbang tanpa terhambat oleh ekspektasi. Penerbangan yang berhubungan dengan hobi adalah cara terbaik untuk benar-benar menikmati seni dan pengalaman penerbangan. “IFC untuk hobbyist atau para pecinta dirgantara, kegiatan dirgantara aviasi. IFC, sebetulnya menyalurkan hobi terbang para anggotanya. Mereka juga belajar navigasi, peraturan dan lain sebagainya,” kata Sigit.

Misalkan si A yang berhasil lulus dari club, dan bukan dari flying school. Ia berhak mendapat lisensi, yakni sport pilot license/SPL yang memang ditujukan kepada para penggiat yang antusias menjadi penerbang. Mereka tidak harus masuk ke sekolah penerbangan, ibaratnya punya kursus. Setelah lulus, dia laik, layak dan legal menjadi penerbang. “Dia bukan penerbang gelap. Anggota IFC juga tidak harus beli pesawat. Dia bisa menggunakan pesawat milik IFC kalau memang menjadi anggota,” kata CEO Berkah Maju Sejahtera (Aerostar Jet Aviation, exclusive Air Charter Provider).

Ada beberapa jenis penerbangan, tetapi yang paling utama hanya dua yakni jenis fixed wing dan rotary wing. Kalau jenis rotary, wing (sayap helikopter) berputar-putar. Kalau jenis fixed, sebaliknya, bersayap tetap. Ada juga jenis flexible seperti gantole atau layang gantung. “Ada yang terbang motor, terbang layang. Kalau bermotor, pesawatnya bermesin. Kalau terbang layang, tidak menggunakan mesin melain dengan sistem thermal atau aliran panas udara,” kata dewan penyantun beberapa universitas di Indonesia. (LS/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *