Menjadi perusahaan kelas dunia yang masuk dalam Fortune 500 adalah satu tujuan pembentukan holding BUMN tambang. Target tersebut diharapkan bisa tercapai secara bertahap.
Menurut Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium Persero (Inalum), Budi Gunadi Sadikin, untuk masuk dalam kelompok perusahaan tambang Fortune 500, holding BUMN tambang setidaknya harus memiliki pendapatan hingga Rp 291,1 triliun.
Target tersebut bisa saja tercapai dengan cepat jika holding BUMN tambang sudah mengempit 51% saham PT Freeport Indonesia (PTFI). Sementara saat ini holding baru memegang 9,36% saham PTFI yang dihibahkan dari pemerintah.
Budi percaya dengan porsi kepemilikan PTFI 51% maka rasio pertumbuhan tahunan majemuk (compound annual growth rate/CAGR) akan lebih cepat.
“Sekarang revenue lebih kecil. Kalau nanti masuk yang 51% revenue base kita awalnya bisa lebih besar. Sehingga CAGR dengan pertumbuhan yang normal dengan 10-13% yang tadinya 15 tahun bisa 10 tahun. Artinya kalau pemerintah benar-benar ingin kita di Fortune 500 ya kita harus dikasih kesempatan ekspansi non organik,” tutur Budi dalam acara Up, Close and Personal with CEO Holding Pertambang yang digelar Energy Nusantara di Kembang Goela, Jakarta, Rabu malam (31/1/2018).
Apa lagi, kata Budi, PTFI akan mulai mengoperasikan tambang bawah tanah Grasberg. Tambang tersebut diyakini memiliki cadangan yang lebih besar dari open pit.
“Open pit-nya akan habis 2018, yang Grasberg, tapi sekarang mulai underground nanti setelah 2022. Itu akan besar, angkanya enggak hafal, tapi besar yang underground miningnya kira-kira akan sama dengan open pit. Jadi akan kembali normal,” tambahnya.
saat ini proses pengambil alihan saham PTFI dilakukan dengan mencoba mengambil alih porsi partisipasi (participating interest) Rio Tinto sebesar 40%. Budi menjelaskan, pemerintah ingin mengambil alih saham 51% saham PTFI sekaligus nilai keekonomian tambangnya.
Jika masih ada hak kelola pihak lain, maka keuntungan yang didapat dari hasil tambang tidak maksimal meski sudah memegang 51% sahamnya. Sekadar informasi, dalam acara diskusi ini, Energy Nusantara juga mengundang sejumlah perwakilan dari perusahaan-perusahaan tambang ternama seperti Medco, Vale, Ephindo, SWcorp, dan perwakilan dari Kadin.( Dtk / IM )
wah itu sih masih terlalu jauh dong
LAKUKAN YG BENAR UAT BANGUN EKONOMI JANGAN BUAT SEKEDAR PAMER UNTUK RAIH IMPATI DUKUNGAN TERPAKSA