Galang Dana dengan Kaligrafi Tionghoa dengan Berbagai Media 


Galang Dana dengan Kaligrafi Tionghoa dengan Berbagai Media 

dilaporkan: Setiawan Liu

Jakarta, 26 September 2023/Indonesia Media – Indonesia Calligraphy and Painting Institute (ICPI) akan menggalang dana untuk inisiatif dan program social, bergotong royong membangun Indonesia di PIK (Pantai Indah Kapuk) 2 Jakarta Utara, sambil tetap buka booth (stan) di hotel Borobudur sepanjang September 2023. “sampai hari ini (26/9), sudah sekitar 30 kertas kaligrafi (calligraphy) China. Harganya beragam, mulai dari Rp 150.000 sampai 400.000,” Lina Lim dari ICPI mengatakan kepada Redaksi.

Booth di lobi hotel mulai buka sekitar jam 10 sampai 19.00. antusias tamu hotel lumayan, terutama kaligrafi dengan media kertas. Sebagian pembeli memesan nama mereka ditulis dengan kaligrafi Tionghoa tersebut. Sebagian lagi, ada yang memesan kata-kata bijak atau motivasi kepribadian. “Ada yang minta (kata-kata) motivasi untuk umur panjang, rezeki melimpah, pendidikan tinggi, kesehatan dan lain sebagainya,” kata perempuan kelahiran Medan Sumatera Utara, 75 tahun yang lalu.

Selain kaligrafi, booth ICPI di hotel Borobudur juga menawarkan berbagai lukisan. Harganya tentu lebih mahal dibanding kertas kaligrafi. Lukisannya yang dipajang dengan motif angsa (hewan herbivora yang makan akar, daun, batang, pucuk). Selain, pada background berupa rembulan di malam hari dengan suasana syahdu. “Lukisannya tiga dimensi, menggunakan bahan acrylic. Harga acrylic nya saja Rp 1 juta. Kami jual lukisan Rp 4 juta. Karena kami harus beli bahan-bahan lain termasuk kuas, tinta dan lain sebagainya,” kata Lina yang mulai belajar melukis pada usia 15 tahun.

Selain itu, motif lukisan berupa bunga khas Tiongkok, yakni muthan. Beberapa negara seperti Jepang juga punya ciri khas seperti bunga Sakura. Tiongkok dengan peradaban serta produk dari sejarah yang berkelanjutan juga punya ciri khas, yakni bunga Muthan. Sehingga bunga tersebut sering menjadi inspirasi para seniman, termasuk pelukis dengan berbagai media perantaranya. “Ketika saya mulai belajar melukis, menggunakan pensil. Setelah dianggap ‘lulus’ saya meningkat lagi dengan menggunakan arang. Hasil lukisan dengan arang tidak kalah menariknya dibanding pensil, bahkan bisa lebih bagus. Setelah itu, jenjang (keahlian melukis) yang lebih tinggi, bisa menggunakan cat air di media kanvas, kertas bahkan kain,” kata Lina. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *