Anggota Komisi II DPR RI, Nurul Arifin, dipastikan tidak lolos sebagai wakil rakyat selama lima tahun mendatang. Menurut dia, kekalahan dirinya itu terjadi karena persaingan tidak sehat di antara calon anggota legislatif.
“Analoginya seperti perang saudara di Suriah, ganas, tidak ada etikanya lagi. Saudara saling memakan,” ujar Nurul saat jumpa pers di ruang wartawan Gedung MPR/DPR RI, Senin (28/4/2014).
Ia melihat bermacam-macam perkara terjadi sepanjang pemilu legislatif. Dengan sistem pemilu seperti ini, caleg berkompetisi di tingkat internal, yakni dengan teman sesama partai. Meski begitu, ia tidak ingin membuka aib partainya. Nurul juga tidak akan menggugat meski timnya masih gusar dan tidak terima. Ini justru membuka luka lama baginya.
“Saya tidak suka mengungkit. Biarkan perasaan itu menjadi apa yang saya rasakan sendiri. Kalah dan menang sama-sama asyiknya, seperti berselancar di arus ombak yang luar biasa dahsyat,” kata mantan artis layar lebar tersebut.
Setelah tergusur dari Senayan, Nurul mengaku akan tetap bekerja di ranah politik. Ia merasa akan punya banyak waktu untuk beraktivitas di ormas-ormas terkait isu jender, lingkungan hidup, humanisme, dan HIV/AIDS.
Mengenai persaingan tak sehat pada pemilu kali ini, Nurul berharap Badan Pengawas Pemilu menindak oknum caleg yang tidak jujur. “Saya berharap Bawaslu bisa bertindak lebih tegas. Dengan kewenangan yang dimiliki, saya berharap Bawaslu, untuk caleg-caleg yang kebangetan, bisa didiskualifikasi,” ujarnya.
Nurul sudah 2 periode, wajar diganti ama muka baru.