FDI, PMDN Bernilai Beda untuk Pembangunan Dalam Negeri


unnamed (1)Perusahaan swasta nasional Indonesia menilai skema kerjasama, peluang investasi asing di Indonesia masih lebih baik ketimbang mengandalkan sumber pembiayaan, aliran modal dalam negeri. Prinsip foreign direct investment (FDI) atau investasi asing langsung memberi nilai plus dan kontribusi lebih besar bagi pembangunan di dalam negeri. “(perekonomian) Tiongkok menjadi lebih besar karena perputaran uang berjangka panjang. Kalau PMDN (penanaman modal dalam negeri), ibaratnya masuk kantong kiri, keluar kantong kanan. Nilainya beda,” Basuri Tjahaja Purnama, Chief Executive Officer PT Jababeka Morotai mengatakan kepada Redaksi.

Salah satunya rencana investasi sektor property perkebunan dengan prinsip green investment forestry. Selain perlunya penghijauan, Indonesia masih harus mereduksi dampak global warming. Di sisi lain, lapangan pekerjaan dan pemerataan pendapatan bisa lebih efektif. Solusi pada industry kayu bisa terpenuhi. Edukasi pada dunia agro yang sehat, serta instrument investasi khas Indonesia masih terus digembosi. “Dari Jababeka, (core business) kami tidak main pada kayu (perkebunan, kehutanan), tapi karena (calon investasi) Taiwan ini mau, kami sodorkan (skema) kerjasamanya.”

Melihat potensi lahan yang dimiliki Jababeka Morotai hingga land bank, peluang pengembangan terbuka lebar. Lahan di Motorai Maluku Utara mencapai sekitar 1000 Hektar, dan sudah diresmikan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Skema kerjasama dan investasi dengan Taiwan, yakni perkebunan Jabon yang terintegrasi. Pengolahan kayu hari ini dibarengi dengan kondisi siap panen. Aset terintegrasi karena memungkinkan untuk melakukan penanaman pohon Jabon di Morotai. Ada optimisme melihat potensi dari PT Jababeka Morotai untuk pengembangan perkebunan Jabon dan tanaman lainnya serta pabrikasi. “Kalau modal dalam negeri, saya bisa saja panggil beberapa tycoon. Tapi nilainya beda kalau skema kerjasama dengan investasi asing.”

Basuri melihat sumber pembiayaan yang penting bagi wilayah yang sedang berkembang dan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pembangunan. Sebagai salah satu komponen aliran modal, PMA dianggap sebagai aliran  modal  yang relatif  stabil dibandingkan dengan  aliran modal lainnya, misalnya investasi portofolio maupun  utang luar negeri. Perputaran Uangnya, menjalankan usaha atau bisnis yang sekiranya memiliki frekuensi perputaran uangnya cepat atau liquid adalah merupakan jenis bisnis atau usaha yang kini banyak menjadi pilihan. “Seperti sektor manufacturing di Tiongkok, mereka bangun pabrik, dan untung. Mereka tanam modal lagi, orang lain ikut (investasi). Tapi prinsipnya (skema kerjasama PT Jababeka Morotai), bukan mau kasih keuntungan kepada orang luar negeri. Sebaliknya, kami mau mau putar uang, sehingga roda perekonomian bisa lebih cepat. Dampaknya, penyerapan tenaga kerja bisa lebih maksimal, kebutuhan barang dan jasa semakin meningkat.”

Skema kerjasama dengan melibatkan perusahaan developer, kontraktor dalam negeri yakni PT Jaya Manggala Hijau Lestari. Selama ini, pengembangan secara intensif dan efisien sudah berjalan, antara lain di Cijayana (Garut Selatan), Gunung Guruh (Sukabumi), Kutakarang (Pandeglang). “Kami terbuka, walaupun skema kerjasama seperti ini (melibatkan investasi asing) baru pertama kali,” kata Ryan F dari PT Jaya Manggala kepada Redaksi.

Skema penanaman yakni selama lima tahun pertama mencakup 10.000 Hektar. Penanaman pertama kali berlangsung di area kabupaten Sukabumi. PT Jaya Manggala juga Aktif melakukan edukasi mengenai investasi yang sehat dan pentingnya penghijauan. Di sisi lain, dunia membutuhkan pasokan kayu. Prinsip penghijauan dengan hitung-hitungan bisnisnya sebagai berikut:

Andaikan 1 pohon 5 tahun bisa memproduksi 1 M3

Artinya: 25.700.000 (Plywood + Kayu Olahan lain) pohon diperlukan

Bila 1 Hektar (10.000 M2) tertanam 1000 pohon maka perlu 25.700 Ha

Kertas di produksi Brazil 174 juta ton dari 63 Juta Ha artinya 1 Ha = 2,76 ton

Pulp & kertas hutan kayu di Indonesia 2014 = 21,4 juta ton

Artinya 21.400.000 / 2,76 = 7,7 juta Ha

Kota Jakarta Luasnya adalah 66.152 hektar.  “Artinya perlu 117 areal seluas kota Jakarta untuk ditebang. Dunia membutuhkan penanaman kayu. Menurut Badan Proteksi Lingkungan (EPA), 5% ozon terus berkurang, potensial menyebabkan gangguan pada makhluk hidup.”( Setiawan Liu / IM )

 

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *