Partai Persatuan Pembangunan (PPP) belum menentukan arah dukungan kepada salah satu pasangan calon di putaran kedua Pilgub DKI Jakarta. Sekjen PPP Arsul Sani mengatakan pihaknya masih melakukan konsolidasi internal bersama fungsionaris partai mulai dari tokoh senior, alim ulama hingga pengurus.
“Ya dengan sebanyak mungkin pemangku kepentingan partai. Mulai dari tokoh senior partai, alim ulama, struktur partai juga,” kata Arsul di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (17/2).
Arsul menyebut pihaknya tengah menunggu kehadiran pasangan Basuki T Purnama- Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan– Sandiaga Uno sebelum menentukan dukungan. Selain pasangan calon, PPP juga terus melakukan penjajakan dengan partai pengusung masing-masing calon.
“Belum lah pertama keputusan itu kan setelah kita mendengar dari semuanya, kedua keputusan itu kan kita buat kalau misalnya ada paslon yang sudah datang ke kita. Lah ini paslon nya aja belum dateng ke kita,” terangnya.
Untuk arah dukungan, Arsul menyebut Ketum PPP Romahurmuzy tidak bisa memutuskan secara sepihak. Pengurus DPP PPP menyerahkan sepenuhkan pilihan kepada pendukungnya. Arsul mengibaratkan PPP sebagai perusahaan publik, dirinya dan pengurus hanya sebagai administrator.
“PPP ini memang ibarat perusahaan, PPP kayak perusahaan publik tdk ada pemegang saham pengendali jadi Romahurmuzy dan Arsul Sani selaku ketua umum dan sekjen bukan pemegang saham pengendali kita ini administrator saja, pemegang kendalinya ya semua konstituen itu,” tegasnya.
Sementara, apabila melihat survei, sekitar 56 persen pendukung menjatuhkan pilihan kepada pasangan Agus Harimurti Yudhoyono- Sylviana Murni, 30 persen suara memilih Anies-Sandiaga dan 14 persen sisanya ingin PPP mendukung Ahok-Djarot.
“Survei menunjukan para pemilih pada pileg milih PPP maka kemudian di pilkada ini 56 persen itu ke paslon AHY- Sylvi, sekitar 30-an persen ke Anies-Sandi, dan sisanya ke Ahok-Djarot,” terang Arsul.
Meski demikian, Arsul menilai peluang PPP mendukung Ahok-Djarot atau Anies-Sandiaga masih sama besar. PPP juga mempersilakan pendukungnya bebas memilih sesuai hak dan rasionalitasnya.
“Masih sama besar kemungkinan nya ke mana saja. Pilihan itu kan tidak hanya dua artinya tidak hanya ke paslon dua atau paslon 3,” klaim Arsul.
Anggota Komisi III DPR ini menegaskan posisi PPP di koalisi pemerintahan tidak menjadi pertimbangan harus mendukung Ahok-Djarot. Tujuan koalisi pemerintah, lanjutnya, adalah menyukseskan pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla bukan untuk membantu memenangkan calon di Pilkada tertentu.
“Saya harus bolak balik jelaskan lagi yang namanya koalisi di pemerintahan itu kan koalisi untuk menyukseskan pemerintahan Jokowi-JK bukan menyukseskan calon tertentu di pilkada. Kalau kayak begitu repot nanti pecah pecah koalisi,” pungkas dia.( Mdk / IM )
bila ingin Jakarta Maju ya pilih Ahok Djarot yang sudah Berpengalaman lah, lebih pasti gitu
betul bro pilih no 2 sdh terbukti, terbukti sumber warasnya, terbukti reklamasinya, terbukti penggusurannya..kl mau bukti2 terus silahkan pilih no 2 biar nampak bukti2 yg lain
Jangan pilih yg status terdakwa korupsi pembelian lahan RS Sumber waras dan lahan cengkareng. Hanya memperkaya pribadi dan kelompok.
pilih Ahok-Djarot yang PASTI Tidak Korupsi dibanding yang lain Koruptor semua, coba lihat saja Cikeas itu penuh Koruptor belum ditambah Paslon 3
JAKARTA Kalau mau Maju…solusinya….Gubernur ,DPRD dan President nya harus sehati dan kompak bekerja untuk rakyatnya….sudah terlihat hasilnya…..klo tidak puas ya jangan pilih jokowi lagi di 2019…..sekarang warga JKT harus kompak dukung pemerintahan sekarang….jangan direcokin terus..(gampang alias gitu aja kok repot)
terbukti sekarang ini Paslon Tiga si Anies dan si Sandiaga Uno terlibat bertumpuknya Korupsi, sebaiknya mengundurkan diri saja dari pada dipermalukan KPK nantinya