Dicap PKI, Keluarga Pencipta Lagu ‘Gendjer-gendjer’ Hidup Menderita


Pengarang lagu “Gendjer-gendjer”,Muhammad Arief menghilang setelah pemberontakan PKI pecah pada 30 September 1965. Kini, keluarganya hidup dalam penderitaan karena dicap PKI.

Sinar Syamsi (61), anak dari Muhammad Arief mengisahkan, setelah rumah ayahnya di Jalan Kyai Shaleh Nomor 47, Kelurahan Temenggungan,Banyuwangi dihancurkan oleh massa pada 30 September 1965, Muhammad Arief pamit keluar rumah. Belakangan diketahui ayahnya ditangkap Corps Polisi Militer (CPM).

Syamsi bersama Suyekti, ibunya, kemudian membakar buku-buku bacaan yang berbau aliran kiri milik ayahnya. Ia bersama ibunya juga sempat menjenguk Muhammad Arief di Markas CPM.

“Bapak ditahan tentara dan itu terakhir saya bertemu dengan dia. Sempat dengar katanya bapak dipindah ke Kalibaru dan dengar lagi bapak sudah dipindah ke Malang,” jelasnya.

Terakhir Muhammad Arief ia ketahui ditahan di Lowokwaru, Malang.

“Teman bapak yang cerita. Sampai saat ini saya tidak tahu bapak ada dimana. Dia tidak pernah kembali,” kenangnya dengan mata berkaca-kaca.

Sementara itu, ibunya Suyekti yang asli Jawa Tengah memilih untuk tinggal di Banyuwangi di rumah warisan keluarga.

“Kasihan ibu saya. Stigma sebagai keluarga PKI membuat ia tertekan. Ibu meninggal tahun 1997. Sampai hari ini sering ada yang melempar rumah menggunakan batu. Saya kepikiran untuk menjual rumah ini dan pindah kemana gitu. Capek dicap sebagai keluarga PKI,” ujarnya.

Berkali-kali di-PHK

Istri Syamsi, Titik Puji Rahayu asal Magelang bersama ketiga anaknya, Cahyo, Andi dan Rama tinggal di Tangerang. Cap sebagai keluarga PKI terus menghantui keluarga Syamsi.

“Mereka tinggal di sana. Kasihan jika tinggal di Banyuwangi mereka tertekan karena dicap PKI. Kalau bisa, mereka tidak perlu mengaku sebagai anak saya. Sekarang mereka sudah bekerja,” jelasnya.

Ia mengaku rindu dengan anak dan istrinya. Namun selain alasan tidak ada biaya, ia juga masih memikirkan nasib anak-anaknya.

“Semua orang sudah tahu kalau saya anaknya Pak Arief yang ngarang lagu Gendjer-gendjer. Tapi cukup saya saja, jangan bawa anak-anak saya,” katanya.

Syamsi sendiri mengaku pernah diterima sebagai tentara tahun 1975, namun tanpa alasan yang jelas, namanya dicoret dari daftar. Kemungkinan besar ada kaitannya dengan masa lalu ayahnya.

“Saya bekerja ke sana kemari selalu saja diberhentikan. Saya sampai stres. Hingga akhirnya sempat jualan. Tapi ya sama saja. Sempat terpikir saya pindah negara agar tidak mengalami tekanan seperti ini,” jelasnya sambil menerawang.

Ia bahkan sempat merasa dokumen yang dimilikinya sekarang menjadi beban. “Kepikiran mau saya bakar. Akhirnya nggak jadi. Mau saya jual juga untuk mencukupi kebutuhan hidup. Tapi mau tidak mau saya harus tahu diri karena ini dokumen sejarah. Entahlah saya akan menyimpanya terus. Nggak tahu nanti mau diserahkan sama siapa. Yang penting mereka mau menghargai sejarah,” katanya.

Saat ini, Sinar Syamsi tinggal seorang diri di rumah warisan keluarganya di Kelurahan Singotrunan. Dari luar, rumah tersebut tampak kosong dan tidak terurus.

“Saya tidak bekerja. Kadang-kadang dikirimi sama anak. Sempat menerima uang Rp 300.000 per bulan selama 6 bulan karena lagu bapak direkam lagi. Tapi sekarang sudah nggak lagi. Saya tidak tahu alasannya apa,” katanya.

Kepada Kompas.com, Syamsi menunjukkan meja kayu serta kursi yang terlihat tidak terurus. “Dulu bapak sering menciptakan lagu dan bekerja di meja ini. Meja ini yang berhasil diselamatkan dari rumah Temenggungan, termasuk lemari baju yang ada di dalam,” jelasnya.

Ia mengaku tahu bahwa benda-benda yang ia miliki merupakan bagian dari sejarah Republik Indonesia. “Semoga pemerintah peduli dan mengembalikan nama baik kami. Kami sudah lelah,” pungkasnya.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

224 thoughts on “Dicap PKI, Keluarga Pencipta Lagu ‘Gendjer-gendjer’ Hidup Menderita

  1. James
    September 30, 2014 at 8:04 pm

    Inilah salah satu Akibat dari Kelakuan dan Sifat Jahat Kejamnya si Soeharto merusak nama baik dan kehidupan orang yang tidak sejalan dengan Paham si Soeharto , dasar Presiden Monster Indonesia

  2. K+H+Liat
    October 1, 2014 at 1:45 am

    Sampai sekarang saya masih tidak mengerti mengapa lagu Genjer-2 dicap sebagai lagu PKI. Apa alasannya?
    Pada saat itu tidak diberikan alasan, hanya dilarang karena lagu PKI.

  3. james
    October 1, 2014 at 5:24 am

    kalau tidak salah lagu Genjer2 ini dinyanyikan oleh Gerwani/PKI sewaktu Pembunuhan Massal Para Jenderal di Lubang Buaya di tahun 1965 itu, maka lagu ini dilarang, kepastiannya masih tetap menjadi tanda tanya besar sebab itu adalah motivasi rezim Soeharto untuk membantai Rakyat yang dituduh anggota PKI dan jumlah paling besar adalah di daerah Jawa Tengah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *