“ Butce, diaspora Los Angeles belum dibentuk..ya? Kok bisa sich, kaliankan tuan rumah diaspora 1 juga
state yang paling banyak penduduknya…” Tegur salah seorang teman sambil menunjuk buku program
di tangannya. ”Hah? Masak iya ? Ada kok..kita sudah dibentuk, ketuanya adalah Matthew dan saya
adalah bendaharanya…masak sich ndak terdaftar? “ Sahut saya sambil tertawa dan membolak balik
buku program yang mencantumkan daftar IDN (Indonesia diaspora network ) seluruh dunia. Ternyata
benar ! diaspora Los Angeles belum terdaftar. Saya cepat cepat menulis pada mailing list diaspora, kalau
di Los angeles sudah dibentuk. Dan karena ketuanya Matthew ndak datang ,jadi saya sebagai bendahara
yang mewakili teman teman di Los Angeles.
Kesalahan kecil disana sini bisa dimaklumi . Orang orang yang bekerja di diaspora ini semuanya adalah
sukarelawan tidak dibayar yang mengorbankan tenaga dan uang mereka demi kepentingan bersama.
Sebenarnya saya juga hanya mengenali mereka dari tulisan-tulisan mereka di mailing list diaspora
namun belum pernah bertemu . Lumayanlah di ajang diaspora ini kita bisa saling bertemu dan
mengenal satu sama lain. Saya mau memberikan kalian sedikit gambaran,jadi bisa tahu siapa aja sich
penggerak kita di diaspora ini.
Pertama tama tentunya adalah pak Dino , Dubes kita yang adalah motor penggerak gerakan diaspora
ini. Tentunya kita semua sudah mengenal beliau. Yang kedua adalah Arief, pemuda kalem dengan
sosok tinggi besar , dia bekerja di bank dunia bersama ibu Sri Mulyani. Arief dipercayakan sebagai ketua
IDN-USA yang menghandle semua urusan diaspora. Melihat kinerja kerjanya yang bagus, akhirnya atas
kesepakatan dan voting dari wakil IDN- IDN seluruh dunia dia diangkat lagi sebagai ketua IDN Global.
“ Rif..sebelum menerima jabatan itu..kamu harus pikir masak masak….jangan sampai pekerjaanmu di
bank dunia terbengkalai dan kamu dimarahi ibu Sri..” Nasehat pak Edward Wanandi sebagai chairman
IDN. Arief terdiam merenung, memang pekerjaan ini butuh banyak pengorbanan.
Rasanya memang terlalu berat bagi dia untuk mempersiapkan kongress ini. Untungnya dia dibantu oleh
wakilnya Christian Tan , yang banyak mengambil alih tugas Arief dalam rapat kordinasi dengan para
wakil wakil dari diaspora seluruh dunia.Saya dibisiki salah seorang teman “Pak Butce ,Christian emang
bicaranya saklek..(to the point )..tapi pengorbanan dia banyak lho. Dia sampe ndak tidur beberapa
malam ..untuk rapat kordinasi dengan kita. “ Saya mengangguk –angguk. “Dia sebenarnya sibuk
juga..pekerjaannya kan accounting yang keliling untuk audit perusahaan..” tambah teman yang lainnya.
Ada lagi tokoh yang suaranya kayaknya selalu dipertimbangkan secara serius oleh para pengurus
diaspora. Siapa lagi kalau bukan Edward Wanandi. Sebenarnya saya juga tidak begitu mengenal
akan beliau dan saya juga tidak tahu persis seberapa banyak kontibusi dia di diaspora ini. Tapi
dari pengamatan saya di rapat rapat, kayaknya pak Edward ini mempunyai banyak pengalaman
berorganisasi. Saya kira disamping ide dan saran, rasanya dia juga banyak keluar uang untuk kongres
diaspora ini. Kayaknya darah politik dan organisasi memang tidak bisa dipisahkan dari keluarga
Wanandi. Kakak-kakaknya Yusuf dan Sofyan adalah konglomerat yang dikenal sangat aktif dalam
berbagai organisasi politik di tanah air. “Waduh . orang orang suka keliru, masak panggil saya
Sofyan…. Enak aja..diakan jauh lebih tua..ha..ha…” canda dia pada kita.
Disamping itu juga ada Robert Manan dan istrinya fify . Pertama kali sayamengenal mereka adalah
dari komentarnya di mailing list diaspora. Kesan saya bahwa mereka ini mempunyai kepedulian yang
besar terhadap apa yang terjadi di tanah air.Dugaan saya tidak meleset,mereka ini mempunyai family
foundation yang disebut Manan Foundation. Foundation ini bertujuan sangat mulia memajukan
Indonesia lewat bidang pendidikan dan kebudayaan. Makanya ketika Fify melontarkan idea di mailing
list bahwa dia mau adakan charity dinner di malam pertama dengan tiket per kepala $100. Saya lansung
dukung dan mengontak teman teman saya termasuk teman teman di IABC (Indonesian American
Business Council )untuk ikut serta. Pak Hari Darmawan (Founder matahari group) yang tadinya mau ajak
saya makan diluar,saya sarankan untuk dinner bersama di charity dinner ini aja.
Sebenarnya saya capek sekali kongres sepanjang hari. Rencananya saya akan pulang mandi ke hotel dan
ganti baju batik dengan jas untuk mengikuti charity dinner. Tapi rupanya ndak sempat, duh ndak pede
nech bajunya bau keringat pikir saya. “Eh…cek elo disini? “ Tiba tiba ada yang menegur saya. Ternyata
Dwiki Darmawan, composer dan musisician yang juga adalah suami dari Ita Purnamasari. Rupanya
dia ingat,karena saya host mereka selama di Los Angeles.“Hallo Ki..kamu tampil di charity dinner,,ya”
sahut saya. “Iya..gua iringin pak Gita..maen..” Ternyata pak Gita, yang adalah menteri perdagangan
sangat mahir memainkan piano . Di malam charity dinner itu dia mengiringi Laya Pesolima memainkan
musik Jazz. Saya ndak yakin tapi rasanya ada 10 macam dishes dari bermacam macam chef yang kita
coba malam itu .Tapi dari semua dish itu yang menjadi favorite saya adalah shasimi salmon yang digrill
luarnya.
Charity dinner itu dengar dengar lumayan yang terjual, namun cukup banyak yang sudah membayar
tapi tidak datang. Termasuk pak Hari Darmawan yang cuma showup selama ½ jam sebelum dinner.
“Aduh..sorry sekali, pak Butce (saya suka sungkan dipanggil pak ama dia ) Saya tidak bisa tinggal
lama..ada janjian penting. Saya hanya datang khusus untuk ketemu kamu…” Sahut pak Hari lagi . “Lusa
saya harus ke Singapore untuk checkup jantung..tapi saya akan kirim manager saya ,Bernard untuk bawa
kamu ke taman wisata Matahari di puncak ya ” Saya mengangguk sambil tersenyum, sayang juga pak
Hari sudah beli tiket tapi ndak mencoba masakan chef-chef terkenal kita.” Kalo gitu sebelum pergi , saya
kenalkan pak Hari dengan Congresman Amerika Ed Royce.” Memang malam itu ,Ed Royce adalah salah
satu tamu kehormatan di charity dinner. Beberapa kali pak Dino menekankan pentingnya kunjungan Ed
Royce ini, karena saat ini posisinya adalah sebagai Chairman of the House Foreign Affairs Committee.
Yang mempunyai andil besar dalam hubungan bilateral Amerika dan Indonesia.
Di kejauhan saya melihat teman saya Evie Thompson, kordinator diaspora dari Texas. Kayaknya dia
bahagia sekali sebab program penghijauan yang dikordinir oleh dia selama 2 hari itu sukses. Iya dong
kitakan harus tunjukkan kepedulian terhadap lingkungan . Saya melirik ke teman saya Dede yang adalah
ketua diaspora Taiwan. Dia agak ngantuk.
“Keren benar novel elo mau dijadikan movie ya? “ Tanya saya dengan kagum. “Iya..tuh saya juga kaget.
Tiba tiba ada produser muda namanya Letsman..dia nawarin untuk bikin film dari novel saya..” Sahut
Dede, sambil mengiris daging empuk yang rasanya kayak rendang tapi pakai saus kacang. “Shootingnya
di mana dan judulnya apa? “ Tanya saya pengen tahu. Dia merenung sejenak, “Hmm.Diaspora cinta di
Taipei..shootingnya di Taiwan… ” “Wao…” sahut sambil ketawa. Sementara itu para penonton bertepuk
tangan dengan meriah begitu mendengar lagu sendu yang dilantungkan oleh Daniel Sahuleka,.charity
dinner malam itu berjalan dengan sukses.