Demo di Jember Sempat Ricuh, Kaca Gedung DPRD Pecah Dilempar Batu


 Massa Aliansi Jember Menggugat (AJM) kembali turun ke jalan melakukan aksi menuntut pembatalan Undang-Undang Cipta Kerja atau Omnibus Law. Mereka melakukan long march dan orasi dari depan kampus Universitas Jember hingga depan DPRD Jember, Kamis (22/10) sore. Mereka terdiri dari sekitar 30 elemen organisasi mahasiswa, pemuda dan buruh serta aktivis lingkungan hidup.

Semula, aksi yang dimulai sekitar pukul 15.00 WIB itu berlangsung damai. Massa sempat memutar rekaman pidato Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu yang menilai aksi demo mahasiswa dan buruh dipicu oleh hoaks dan ketidakpahaman akan UU Cipta Kerja. Para mahasiswa menilai pernyataan Jokowi itu sebagai penyesatan dan kebohongan publik.

“Justru presiden yang memancing masyarakat untuk melakukan pembangkangan sipil. Karena dia ngotot memberlakukan Omnibus Law yang sarat kepentingan oligarki,” tutur Muhammad Faris, salah satu orator mahasiswa.

Menjelang magrib aksi mulai memanas. Beberapa lemparan batu mulai mengarah ke gedung DPRD Jember dari arah demonstran. Saat itu, sejumlah koordinator aksi yang bersuara melalui pengeras suara dari atas mobil komando sempat berusaha mengendalikan emosi massa.

“Tetap tenang kawan-kawan, napas perjuangan kita harus panjang,” ujar salah satu koordinator aksi.

Sempat terjadi beberapa insiden, di mana sejumlah orang yang diduga sebagai penyusup melemparkan botol ke arah demonstran. Dua orang pria paruh baya kemudian dikejar oleh para demonstran. Beruntung, dua orang yang berlari itu berhasil diamankan aparat yang tidak berseragam.

Sejumlah insiden itu kemudian makin memanaskan demonstrasi menolak Omnibus Law di Jember. Tidak berhasil mengendalikan massa, mobil komando kemudian menghilang.

Aksi massa semakin tak terkendali. Sejumlah kaca gedung dewan pecah terkena lemparan batu. Dari pantauan merdeka.com, kelompok yang anarkis kebanyakan memakai kaos hitam tanpa almamater kampus. Tak hanya batu, mereka juga melemparkan petasan dan bambu ke arah gedung dewan dan polisi yang berjaga.

Beberapa remaja tanggung berkaos hitam kemudian melakukan aksi provokatif ke arah polisi yang berjaga. Namun tidak ada tindakan apapun yang dilakukan polisi.

Sejumlah orang diduga dari unit intelkam, nampak merekam aksi remaja anarkis tersebut melalui kamera handphone. Para remaja berkaos hitam itu kemudian emosi dan meminta rekaman dihapus. Sejumlah pria yang merekam aksi tersebut kemudian tersulut emosi sehingga terjadi perkelahian di antara kedua kelompok.

Memasuki adzan magrib, aksi massa berangsur-angsur bubar. Belasan pimpinan kelompok mahasiswa kemudian mengumandangkan adzan dan salat magrib berjemaah di jalan raya depan Gedung DPRD Jember. Beberapa mahasiswa yang tidak ikut salat kemudian ikut membantu mengamankan salat berjemaah. Sebab, saat itu, polisi mulai membuka pembatas jalan sehingga sejumlah kendaraan mulai melintas.

Salat magrib berjemaah itu kemudian seolah menjadi titik pendingin aksi demo yang sempat memanas. Meski demikian, puluhan remaja memilih tetap bertahan di lokasi demo. Sebab, beredar isu bahwa polisi telah mengamankan beberapa peserta demo.

Kabar itu kemudian dibantah polisi. “Anda bisa melihat sendiri tidak ada yang kami amankan. Kita memilih persuasif. Meski dilempari batu, kami tidak melakukan apa-apa,” ujar Kompol Windy Syafutra, Wakapolres Jember saat dikonfirmasi.

Windy mengakui, sempat ada beberapa demonstran yang diamankan karena melemparkan umpatan ke polisi. Namun tidak lama, mereka langsung dilepas. “Cuma masalah sepele kok, sudah dilepas,” papar Windy.

Hingga berita ini tayang, puluhan demonstran memilih tetap bertahan di lokasi. Sekitar 1.000 personel juga tetap bertahan di lokasi.( Mdk / IM )

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *