Cruise Hawaii Tahiti # 6


Siap menghabek fine dining

Sebelum cruise ke Kepulauan Hawaii dan Tahiti ini, sebenarnya saya
sudah merencanakan cukup rinci cruise yang dimulai dari Perth,
Australia dan berakhir di Shanghai, China. Penentuan tanggalnya sudah
beres, penginapan gratis di tempat sahabat kami di Perth sudah
terjamin. Kota-kota atau pelabuhan yang dilewati tentu di Asia
semuanya, antaranya yang menarik adalah Benoa di Bali, Kota Kinibalu
di Sabah, Ko Samui di Thailand dan Nha Trang di Vietnam. Tapi dari
Perth ‘at sea’nya sekitar 3 hari sebelum sampai di Bali alias diveto
ogah oleh si Empok Cecile :-). “Ngapain 3 hari di lautan?,” kata doski
jutek :-). Oleh karena pengalaman itu, ketika saya mau booking cruise
Hawaii ini ke Ferry Travel dari Mississauga, saya tidak syer atau
bilang bahwa akan 5 hari ‘at sea’nya. Yang penting atau kecapan saya
adalah kita ke Hawaii dan Tahiti sehingga ia jadi mau, apalagi belum
lama sebelumnya kami menonton lagi film The Bounty. Semua video di
YouTube yang ditayangkan program BBC mengenai South Pacific sudah
kami pirsa sehingga semangat si nyonya jadi lebih menggebu. 🙂 Itu
juga sebabnya kecuali membahayakan pernikahanmu, jangan terlalu
jujur, semua dikasih tahu ke seorang isteri :-).

Doug Pearson dengan latar pelabuhan Moorea yang terkenal

Salah satu permainan di dunia ini yang tetap seru dan sangat membuat
hepi meskipun tidak pakai taruhan duit atau berjudi adalah ‘duplicate
bridge’. Sayangnya karena sedikitnya penumpang di kapal, baik kemarin
maupun hari ini, cuma 4 pasang atau 2 meja kami bermain, masing-masing
15 boards. Dapat kami laporkan, pasutri Hilwans tidak berkibar kali
ini dengan alasan, lawan-lawan kami kawakan semuanya, pecandu bridge.
Saya dan Cecile nomor 2 hari ini, nomor 3 kemarin. Baru pertama ini
kami pemain amatiran melakukan bidding pakai kartu khusus, tidak
ditulis tangan di kertas seperti biasa kami bermain di Toronto. Total
jam terbang bermain bridge saya tidak terlalu banyak sebetulnya, cuma
sekitar 2 tahunan ketika mulai jadi mahasiswa FTUI, partner dengan Roy
Tirtadji kalau Anda kenal. Ketika si Roy sudah semakin jago karena main
terus, saya ditalak doski 🙂 dan berhenti bermain. Saya sempat main
lagi di kurun waktu setahunan di jam makan siang ketika bekerja di
IBM Lab. Tidak setiap minggu apalagi setiap lunch kami sempat main,

Quiz berhadiah, where is Cecilia de Scarborough?

bisa-bisa program yang kami buat buggy semuanya :-). Nah, baru 5 tahun
terakhir saya bermain secara rutin, setiap bulan sekali bersama
anak-anak ex Indo di Greater Toronto Area dalam club ABS. Saya bisa
bersaksi bahwa permainan itu membuat hati senang dan menambah
persahabatan karena tidak perlu ada yang kalah pulang tinggal pakai
celana kolor :-). Sedemikian asyiknya bermain bridge sehingga ada yang
cruise spesial buat para pemain alias kerjaannya bridge terus menerus.
Barangkali suatu ketika saya dan Cecile akan ikutan cruise seperti itu
sehingga engga apa apa ‘at sea’ 10 hari pun, ihik ihik :-).

Bermacam-macam memang kesenangan penumpang kapal atau mengapa orang
senang nge-cruise. Untuk pencinta masakan bule, continental food, jelas
makanan di resto-restonya yang bersifat ‘fine dining’ tak bisa
dilewatkan alias itulah motivasi utama mereka. Tampak baik dari teman
semeja makan yang selalu memesan mulai appetizer, soup, entree sampai
ke dessertnya, maupun dari orang gembul yang piringnya sementung isinya
di restoran buffet all-you-can-eat. Hebatnya kumpeni kapal cruise ini,

How do you fondle the breast of a Polynesian girl in Papeete?

mereka jualan “racun” maupun “penawarnya”. Cem-macem kursus diberikan
dari yang gratisan seperti ‘the secrets to a flatter stomach’ sampai
analisis kegendutan maupun jualan menu diet untuk nanti di darat.
Selama cruise di Kepulauan Hawaii, casino ditutup karena U.U. Hawaii
rupanya melarang perjudian. Sejak kemarin casino sudah dibuka lagi,
tak menarik namun tuk kami berdua sebab tahu kaga bakalan bisa untung
main di casino. Saya sudah beruntung punya isteri si Mpok dan demikian
pula ia mujur bisa bersuamikan Bang Jeha :-), ngapain judi lagi. Nah,
tak akan heran bila di hari mendatang akan ada kursus psikologi
‘How to overcome an addiction’ karena selain judi, niscaya banyak
penumpang yang kecanduan hal lainnya seperti alkohol dan Internet :-).

Seriusan, melancong atau jalan-jalan naik kapal ini menarik banget
buat para manula karena mereka tinggal duduk dan tidur, tempat-tempat
eksotik terkunjungi. Tak perlu setiap malam membereskan pakaian atau
koper untuk pindah ke tempat lainnya. Di tempat atau kota yang dilabuhi
sudah tersedia tour untuk melanjutkan pelancongan di darat. Bila kapal
sedang ‘at sea’ seperti sekarang, mereka memenuhi seluruh deck di
sekitar kolam renang untuk berjemur. Ada yang cuma tidur-tiduran bikin
gosong tubuh, ada yang sambil baca buku. Hasil pemanggangan dengan sinar
matahari itu lalu dapat kita lihat di malam harinya di dining room.
Yakni tampilnya wajah-wajah mirip kepiting rebus, si bule bilang like
a lobster, merah terbakar. Selain acara bridge, hari ini ada kursus
‘A Peep at Nature’ yang dibawakan oleh seorang pendongeng, story teller
Douglas Pearson yang juga pakar budaya South Pacific. Ia mendongengkan
berbagai kisah yang menyangkut flora, fauna maupun manusia Tahiti.
Salah satunya adalah memberikan kiat ‘how to fondle the breast of a
Polynesian girl in broad day light in Papeete’. Sampai kisah berikutnya,
bai bai lam lekom.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *