Cruise Asia Kedua Special Edition # 33


Cruise Asia Kedua Special Edition # 33

Jum’at, 28 Pebruari 2020, Tokyo Kamata Medical Center

Bergaul dengan beberapa penderita yang terkena virus Covid-19 ini
saya jadi lebih memaklumi perilakunya, terutama dengan pengalaman
saya dan Cecile dimana kedua kami ditest positif. Karena virus ini
virus baru, tak ada antiviral yang sudah terbukti manjur cespleng
untuk dipakai. Jadi apa yang terjadi, pihak rumkit hanya menterapi
mengobati dampak sang virus terhadap organ yang terkena, sasaran utama
adalah paru-paru dan terjadi di Cecile. Paru-paru sebelah kanannya
terinfeksi. Jadi ia lalu dapat obat anti-infeksi yang manjur sebab
keesokan harinya sudah beres, terbukti dari pemeriksaan darahnya yang
saya konsultasikan ke “dokter pribadi” kami berdua. Masa cuma presiden
yang punya dokter pribadi :-). Lalu kemudian Cecile ditest PCR dua
kali berturutan. Ini pengalaman saya lagi, bisa salah karena data
sampling saya cuma sedikit. Beda warganegara beda perlakuan dan itu
sebabnya setengah bercanda saya anjurkan sahabat saya di Toruntung
si Poer untuk minta paspor ‘maple leaf’. Urusan dwikewarganegaraan ini
sedikit sensi, kita tahu RI tidak memperbolehkannya meskipun kami
sebagai diaspora merasa lebih untung buat bila RI mengikuti jejak
India maupun Kanada, silahkan berdwi-tri-catur keWNan.

Yakni perlakuan terhadap WNI qq ABK, Anak Buah Kapal menurut saya
kasihan menyedihkan, they can be treated better. Mereka tak berani
ketika saya tawarkan untuk diwawancara resmi maupun di-expose sikon
mereka. Esok Sabtu 29 Pebruari Diamond Princess benar-benar mesti
dikosongkan dan tak seorangpun yang tahu nasib mereka gimana. Proses
pengungsian mereka mandek, menurut kedua anonimus yang selantai di
rumkit dengan saya ini, ‘bottleneck’nya ada di MenKes ente-ente yang
cuma “NAPO”, No Action Pray Only. Kita lihat apa yang akan terjadi
terhadap 74 ABK di kapal yang semuanya sudah ditest PCR dan negatif.
Baidewe, saya ngomong juga dengan Pinoy dengan anak Thailand dll,
mereka sudah diungsikan jadi tinggal kasian-deh-loe-Melayu. Kembali ke
perilaku MenKes yang NAPO, bukan saja menguatirkan kita semua, lah
negeri hygienis seperti Singapur dan Jepang, sudah mewabah sedemikian
sehingga PM Jepang kemarin meliburkan anak-anak sekolah di negeri ini
mulai Senin besok sampai awal April. Sebulan lebih diliburkan supaya
Covid-19 tidak merajalela seperti sudah terjadi di Singapur dan Korea.
Jadi bukan tak ada di Indonesia, t i d a k  d i t e s t !!!

Kembali ke perilaku virus Covid-19, ketika semua symptom sudah tak ada
seperti dialami saya dan Cecile, maka adu kuat-kuatan sahaja antara
sistim imunisasi kami melawan sang virus. Kalau menang, terjadilah 2x
negatif seperti Cecile yang rajin Ping Shuai selama ia dirawat di Fuji
Onsen Hospital. Saya tidak serajin dia, paling sehari sekali. Tetapi
kemarin seorang perawat kenalin diri sebagai Maykiko, “panggil aku May
saja” katanya, memberitahukan saya ada sepeda statis di ruangan tamu
lantai 6 rumkit ini. Jadi pesan kepada ente-ente terutama di tanah air
tersay, kuatkan sistim imunisasi kalian dengan sport, sport segala
macam termasuk “sport Arab” :-), kaga ngerti tanya wan Abud.

KTP “turut suami” di Indo itu merusak menurut saya :-). Di dalam
bepergian atau merencanakannya, isteriku tinggal “terima jadi”, manut
wae pakai bahasa ibunya. Akibatnya meskipun ia sudah saya ‘coach’
gimana bisa ke rumkit Tokyo Kamata ini (Keikyu Line atau Keihin-Tohoku
Line) ia tak semangat, males katanya. Kalau saja ditukar, ia yang di
kamar ini dan saya yang bezoek di bawah di jalanan,saya akan lambaikan
setangkai bunga mawar sambil bernyanyi (referensi lagune Dyah Novia):
Sepine wengi iki
Neng kene aku ngenteni
Kesuwen-suwene wis pirang dina
Neng Cecilia kowe ora bali
Naliko urip sak hotel
… (lanjut … Dyah Novia Kangen Nickerie) …
https://www.youtube.com/watch?v=WsLywlGR_Po

Sinting memang si saya dan rakyat sekarang mau nanggap saya dijadikan
‘motivational speaker’, belajar dari kesintingan si Jeha, asyikkk :-).
Tapi ente perlu punya modal keberuntungan seperti saya.Ingat dongengku
ke cagar alam Denali dimulai di 26 Agustus 2009 dimana selama TIGA
hari berturutan Mt Denali terbuka setelanjang-telanjangnya 🙂 dari
barat ke timur bersama seluruh jajaran pegunungannya, Alaska Range?
Nah, pagi ini Mt Fuji terbuka lagi dari jendela kamar balcony-ku dan
Warti saksinya sebab saya langsung jepret dan kirim selamat pagi ke
dia. Ia dan suaminya Toshi suka sekali melihat Mt Fuji, mirip saya
juga demen lihat Pangrango, menurutku lebih cantik dari Gede. Gunung
itu di tahun 1960an masih terlihat kalau saya bersepeda sepanjang
Gunung Sahari Raya menuju Salemba 4. Akan halnya isteriku sekarang
yang di Intercon Yokohama Hotel, pemandangan keluar jendela kamarnya
cuma ke pelabuhan dimana Diamond Princess masih bersandar, kapal naas
berpenumpang ketiban pulung seperti kami berdua.

Ada pertanyaan maut di japri soal positive thinking yang si doski
bilang tampak dari tulisan sinting dongenganku. Apakah saya berpikiran
seperti ini sejak pensiun, d.p.l. mereka yang sudah uzur akan lebih
positif? Ayo jawab prens manula tuwir :-). Banyak filsafat prinsip
hidup saya yang kutimba sejak bocah sebab gaulanku luas. If you cannot
fight them, join or leave, sesuai dengan teori Hans Selye (bapaknya
teori stress). Banyak geng clique sahabatku sejak kecil, kalau aku tak
akrab, kami saling hormat sahaja. Di IBM prinsip ini ditekankan dengan
bagus, ‘respect for the individual’ biarin dia eror blo’on kita tetap
hormat :-). Itu di IBM yang umumnya oke-oke perilakunya sebab sudah
diuji teruji oleh kuota jualan yang seabrekan,Pa Aji salesrep manggut.
Jadi intinya, saya seperti ini adalah proses kehidupan anak bangsa
sejak dibesarkan di kampung Betawi sampai jadi sinyo di Toronto. OK
you tested positive for Covid-19, so what? The Earth is still spinning
and tomorrow is another day, to see Mt Fuji, right Warti :-).

Kembali ke kisah ringan sebab sebentar lagi sarapan pagi telor seumil
dengan nasi kan tiba. Hikmah kena karantina ini luar biasa kan saya
bilang. Semua yang pernah jadi sahabatku nongol, mirip dengan kalau
kita kena lotere sejeti dollar :-). Salah satu adalah geng “IPTS”nya
Paroki-Net. Jangan tanya singkatan apa, rahasia kita semua. Tapi di
foto pendamping kutampilkan mereka, silahkan sapa seperti mereka
sudah menyapa dan mendoakan saya dan Cecile. Maturnuwun bro en sis,
bulan Nopember lan Desember kita reunian di warung soto Betawi Bang
Husein, catat itu. Lam lekom dari Tokyo Kamata,domo arigato gozaimasu.( Jusni H / IM )
… (bersambung) …

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *