Cruise Asia Kedua Special Edition # 11


Cruise Asia Kedua Special Edition # 11

Jumat, 14 Pebruari 2020, Daikoku Cruise Terminal hari ke 10 dipenjara

Adrial konco lawasku yang kupanggil Pa Aji sebab jumlah naik hajinya
menyamai trip interior campingku 🙂 setiap hari mengirimkan foto-foto
aduhai dari tempat maupun makanan yang disantapnya di trip yang saya
terpaksa batalkan, thanks but no-thanks to Japan Ministry of Health.
Ya, trip kami bersama ke Palembang, Bangka dan Belitung. Saya kenal
Adrial sejak tahun 1978 saat IBM S/34 mulai dipasarkan di Indonesia,
saya Systems Engineer-nya, ia Marketing Rep, tukang ngibulnya :-).
Yang saya kehilangan bukan semua makanan maupun tempat yang ia syer
lewat foto-fotonya tetapi PERSAHABATAN pertemuan reuni kami di dalam
suatu trip bersama-sama. Selain Adrial, dua lagi teminku dari era
naik gunung di saat kami masih mahasiswa, Liesbeth dan Marie Louise.
Dua terakhir, Uta dan Nunuk juga konco lawas ex IBM Indonesia. Uta
adalah ‘project manager’ trip kami bersama ke Sumatera Barat dengan
‘basecamp’ di Kotogadang. Sejak itu kami semua sering bepergian kesana
kesini, ke Aceh ke Pulau Weh, ke Raja Ampat, Komodo, Ambon, Seram,dst.
That’s what I really missed, togetherness with all my beloved friends.

Dengan asumsi 19 Peb adalah hari kami dibebaskan dari karantina kapal
Diamond Princess ini, mulai kemarin saya sudah mengurus rebooking
tiket kami dari Haneda ke Jakarta. Beres dapat penerbangan yang sama
seperti yang dijadwalkan sebelum terjadi karantina ini, yakni GA875
di jam 11:45. Karena cruise Asiaku yang ketiga dibatalkan, maka saya
perlu minta Visa on Arrival di Cengkareng supaya bisa diperpanjang.
Rese sedikit tetapi oke. Karena semakin orbeknya si jeha, maka saya
akan dijemput oleh taksi khusus daripada anak CC di Tokyo dari dermaga
ke Haneda. Kekompakan anak CC Menteng Raya 64 tak bisa dilawan :-).
Masalah utamanya apakah DepKes Jepang akan menepati janji mereka atau
ingkar, d.p.l. 19 Pebruari diperpanjang diganti. Tapi ngapain
spekulasi gosip, mending nikmati saja yang pasti-pasti seperti makanan
dikirim ke cabin 3x sehari, handuk seprei dapat gantinya juga tiap
hari kalau mau ganti. Kirim ke ‘laundry service’ bisa tapi kami cuma
perlu cuci CD, baju cuma dipakai ke deck kapal, apanya yang kotor.

“Bang Jeha, apa engga bosan terus ngedekem di kamar, udah 10 hari?,”
tanya mereka yang hobinya bukan ngelamunin trip-trip aduhai seperti
saya :-). Kaga tuh. Saya suka bilang, terdampar di pulau cuma berdua
isteriku saya tahan lama-lamaan, asal ada bahan bacaan. Dengan adanya
Internet termasuk koran kapal, bacaan sejibunan. Plus kemarin pagi,
malam di Jakarta, anak-anak Akademi Bridge ServiamTO ajak main di BBO,
online dimana ribuan pemain setiap detik tanding main bridge disitu.
Saya partner Bang HaHa lawan Eddy King dan Celia. Cukup seru jalannya
pertandingan 14 board itu dan semua bermain bagus, berkat rajin ikut
kuliah engga pernah bolos kecuali ada ‘snowstorm’, wekwekwek :-).

Sebelum tanding bridge, jam 10 pagi ada suara ribut-ribut di luar,
perempuan menjerit-jerit histeris. Walah KDRT nih (Kekerasan Dalam
Rumah Tangga tuk Anda yang kurang gaul), si suami kedoyanan, pikirku.
Sahaya keluar melongok. Perempuan Asia di cabin balcony seberang
mencong, sedang menjerit nangis menghadapi petugas kapal. Dengerin
sedikit dan kutanya si Pornchai cabin steward kami. Si eneng itu sakit
dan minta diperiksa dilayani, rupanya dokter sibuk tidak muncul-muncul
dan dia takut mati. Dia bilang “I may die in this ship”. Tak heran.
Dari pengalaman Petrus saja yang demam dua hari baru terlayani di hari
ketiga, minta Advil tidak ada, engga digubris. Diamond Princess bukan
saja sudah menjadi ‘floating Wuhan’, juga kapal pesakitan penuh dengan
orang yang stress. Mana engga mau stress. Oom kapten umumin 44 kasus
baru kemarin, total korban Diamond Princess menjadi 218, alamak.

Tak lama setelah Internet masuk ke rumah-rumah di Canada dimana kalau
Anda anak Toronto, provider kita (free Internet) adalah torfree.net,
saya mendapatkan pesanan TEMPE lewat Internet! Boleh taruhan itulah
pesanan tempe pertama di Planit Bumi yang dikirimkan lewat Internet
dimana pemesannya adalah Kiki Undyantara :-), memang ia pakar network.
Tahun 1995 saat itu dimana Paroki-Net yang sekarang milis koma, mati
enggan hidup tak mau, adalah milis dengan diskusi keren mencerahkan.
Internet kita akses lewat sambungan telepon dengan splitter/dialer
yang kecepatannya cuma ratusan bps (kontraskan saat ini dimana Bell
dan Rogers menjanjikan ratusan Mbps sampai ke Gbps). Nah, kemarin
saya mulai menjadi joki jualan kastengel lewat Internet! Hasil bersih
untuk pendanaan suatu sekolah kursus bahasa Inggris cuma-cuma di desa
Ngeglok, Blitar. Inilah pendanaan lewat Internet pertama dan satu-
satunya di dunia dari kapal Diamond Princess :-). Boys and girls in
the Greater Toronto Area, if you want to be part of this unique
history, send your order online to Bang Jeha. Ditunggu tanpa
kecemasan, laris manis tanjung kimpul, dagangan habis uang kumpul :-).

Valentine’s Day, 14 Pebruari dimana mestinya kami ada di Bangka dan
saya berikan selusin bunga mawar ke isteriku tersay. Apa daya nasib
membuat kami merayakannya cukup di dalam cabin Diamond Princess ini.
Jadi ketimbang bunga mawar, kukirimkan e-card sahaja ke si sweetie
darling, penghematan buat dipakai nanti di hari ultah pernikahan kami
yang ke 45 di atas Island Princess, 10 Mei 2020 di Samudera Atlantik.
Seperti kusyer di tayangan kemarin ini, fisik kita boleh dikarantina,
pikiran kita bebas merdeka, melamunkan alangkah akan asyiknya cruise
lagi selama 31 hari, dari Los Angeles mulai 9 Mei yad. Siapa yang
berani ikut bersama Bang Jeha? Pada gemeteran semuanya, ihik ihik :-).( Jusni H / IM )
… (bersambung) …

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *