CAMPUR KODE BAHASA INDONESIA (BI) TERHADAP BAHASA BATAK TOBA(BT) OLEH KOMUNITAS MAHASISWA BATAK TOBA


Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki ragam etnik. Ragam etnik tersebut masing-masing mempunyai bahasa dan kebudayaan yang berbeda atau biasa dikatakan ragam etnik tersebut mempunyai ciri khas masing-masing.

Bangsa Indonesia pada umumnya memiliki keterampilan mengunakan dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa nasional dan bahsa daerah (BD) sebagai bahasa ibu. BI digunakan untuk berkomunikasi dengan penutur etnik lain seperti di kantor, di pasar, di sekolah, di tempat-tempat umum lainnya dan bahasa daerah digunakan ketika berkomunikasi dengan penutur sesama etnik.
Dalam peristiwa kontak bahasa masyarakat bilingual seringkali terdapat peristiwa-peristiwa kebahasaan yang merupakan objek kajian sosilinguistik, yaitu campur kode (code- mixing). Campur kode terjadi apabila seorang penutur menggunakan suatu bahasa secara dominan mendukung suatu tuturan disisipi unsur bahasa lainnya.
Permasalahan dalam campur kode bahasa ini memang semakin kelihatan, dimana semakin berkembangnya zaman dan semakin rendahnya keingintahuan masyarakat terhadap bahasa daerah yang asli.
Mahasiswa adalah salah satu pendatang di Medan yang berasal dari daerah Toba dan Tapanuli. Etnik Batak Toba ini menggunakan bahasa bahasa daerah untuk berkomunikasi yaitu bahasa Batak Toba (BT). Mahasiswa tersebut biasanya kost atau tinggal di sekitar daerah Pancing, Medan. Sehingga mereka bergabung dengan ragam suku atau etnik lainnya. BI digunakan untuk berkomunikasi dengan penutur etnik lainnya supaya komunikasi berjalan dengan lancar.

Pada saat lainnya penutur BT mengunakan bahasa daerahnya untuk berkomunikasi dengan penutur BT lainnya. Akan tetapi, ketika berkomunikasi itulah para mahasiswa cenderung memasukkan BI. Sebagaimana dapat dilihat dalam contoh berikut.
a. Malas hian au mandi.
b. Nunga dikeramas ho obukmi?
Dalam ke-2 kalimat di atas telah mengunakan campur kode. Campur kode itu dapat dilihat pada kata mandi dan keramas. Dimana ke-2 kata tersebut adalah BI. Padahal BT yang sebenarnya adalah
a. Malas hian au maridi.
b. Nunga dipangiri ho obuk mi?
Melihat kenyataan tersebut pengaruh BI terhadap BT sangatlah besar. Sangat disayangkan, mahasiswa sebagai kaum muda generasi penerus tidak dapat lagi menjaga bahasa daerahnya sendiri. Mungkin 20 tahun lagi, kita tidak akan dapat menemukan bahasa batak toba yang asli, bila pada sekarang ini. Mahasiswa penerus bangsa tidak dapat lagi menjaga.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *