BURGER Dan NASI GORENG


Masih pada kabar yang sudah banyak diberitakan mengenai Presiden Obama dan Presiden Medvedev makan burger bersama di Ray’s Hell Burger joint di Arlington pada tanggal 24 Juni 2010 baru baru ini. Tentunya ini berupa suatu kejadian yang sudah direncanakan terlebih dahulu,

May Swan - penulis

jauh sebelum adanya pertemuan kedua presiden. Jadi bukannya keputusan mendadak, on the spur of the moment, tahu tahu kepingin makan burger bersama ditengah pertemuan membincangkan security dan economic cooperation. Bukan begitu. Sekalipun itulah kesan yang ingin dipertunjukan. Style kepemimpinan masa kerja Presiden masing masing berlainan, dengan Obama, seiring dengan campaign slogan CHANGE yang dipakai, nampak sekali adanya usaha menayangkan image lain dari pemerintahan sebelumnya. Ini layak saja.

Makan burger di fastfood joint boleh dikatakan berjajaran maknanya dengan makan soto kambing di warung kecil Pak Amang di pinggir jalan Mangga Dua Jakarta; memberi image bahwa pemerintahnnya merakyat. Posisi memberi saran dan perintah terdapat pada orang orang yang menduduki pimpian kenegaraan. Sedangkan pengetahuan mengenai subject matter yang

Burger - makanan khas Amerika

diperintahkan tidak selalu terdapat pada dirinya, bahkan juga tidak terlalu penting baginya, yang jauh lebih penting adalah kemampuan meyakinkan perlunya perintah tersebut dijalankan. Tidak banyak beda dengan seni iklan menganjurkan dan akhirnya berhasil meyakinkan konsumen membeli barang yang dijual. Inilah yang dinamakan seninya berpolitik, yakni tidak lain adalah seni menjual ide.

Terlepas dari tepat tidaknya kebijaksanaan politik Obama dalam upaya menangani krisis ekonomi, banking bailout, healthcare, global warming, pengiriman tambahan tentara ke Afghanistan, oil spill di Gulf of Mexico, Iran nuclear plant, Korea Utara nuclear plant, menekan China menaikan nilai yuen, banyak pengamat yang yakin bahwa Obama cukup tekun dalam usaha menangani krisis. Tapi masalahnya tidak tergantung sepenuhnya pada dirinya sendiri sebagai Presiden sekali pun. Pada hakekatnya, keputusan terakhir tetap bergantung pada kekuatan atau dalam hal ini, justeru kelemahan sistim sosial / ekonomi yang bersangkutan.

Presiden AS Obama mengajak tamu-nya makan di warung rakyat (kedai McDonald)

Dari segi lain, alangkah bijaknya jika para pembesar di Indonesia dapat meniru apa yang dilakukan oleh Obama, membawa tamu tamu terhormat dari luar negeri makan siang di warung atau rumah makan kecil yang menyajikan makanan lokal, bukan di restoran besar di gedung mewah. Lebih baik lagi jika setelah selesai acara rapat DPR, Presiden Yudoyono secara rutin mengajak para anggota Legislatif makan siang di sepanjang kaki lima yang banyak terdapat di sekitar ibu kota menjual nasi goreng ikan teri, soto ayam, rendang Padang dll yang gurih, sedap dan murah harganya.

Paling sedikit akan berkesan bahwa pemerintah sangat merakyat, ini akan jauh lebih efektif bagi rakyat kecil dari pada membagi bagikan uang dan T shirt pada waktu campaign Pemilihan Umum sebagai umpan. Sedikitnya untuk sementara waktu mungkin akan berhasil demi mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap pemerintah. Kepercayaan yang sudah mulai meludas.(IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *