Badan Intelijen Negara (BIN) meningkatkan kewaspadaan atas potensi kelompok radikal melakukan serangan seperti yang terjadi di kantor majalah Charlie Hebdo di Perancis. Kepala BIN Marciano Norman mengungkapkan, selalu ada potensi serangan serupa terjadi di dalam negeri apabila ada letupan dari luar negeri.
“Seperti ada serangan kelompok teroris di satu negara atau tempat lain, biasanya mereka juga memanfaatkan kesempatan itu,” kata Marciano di istana kepresidenan, Jumat (9/1/2015).
Marciano mengatakan, kelompok radikal selalu muncul di saat mereka melihat pengamanan agak lengah. Maka dari itu, Marciano meminta agar semua pihak tak mengendurkan tensi pengawasan dan keamanan.
“Dalam arti mereka yang kami duga akan melakukan tindakan itu ditempel dengan ketat,” ujar Marciano.
Rabu (7/1/2015) lalu, dua orang menyerbu kantor majalah Charlie Hebdo di Paris, Perancis, dan menembaki seisi kantor majalah satire itu. Ketika peristiwa berlangsung, sedang ada rapat redaksi harian dan redakturnya, Stephane Charbonnier atau yang dipanggil Charb.
Sebanyak 12 orang tewas dalam peristiwa itu, yang terdiri dari 10 orang jurnalis dan 2 orang polisi yang mengawal Charb. Sebelum penembakan terjadi, Charb sudah beberapa kali mendapat ancaman pembunuhan.
Serangan atas kantor Charlie Hebdo itu merupakan serangan dengan korban yang terbesar di Perancis sejak tahun 1961. Majalah Charlie Hebdo pernah menerbitkan kartun Nabi Muhammad, yang memicu kemarahan umat Islam, tetapi juga menurunkan satire bertema agama lain.
BASMI dan BUBAR kan Kelompok Radikal Indonesia sebelum Menghancurkan NKRI, seperti yang terjadi di Perancis karena Radikal dibiarkan Bebas disana karena Pemerintah Perancis terlalu Soft kepada mereka
BIN kurang ah kinerjanya.Cuma densus 88 yg top.
Memang Kenyataan Densus 88 lebih Top dari BIN karena Densus sepenuhnya di Latih dan di Tempa Oleh TRG nya Australia, apalagi kalau di Latih oleh SWAT Amerika atau MOSSAD nya Israel yang Top di dunia