Bulog Terus Atasi Masalah Pertanian


Bulog Terus Atasi Masalah Pertanian
Dilaporkan: Setiawan Liu
Pandeglang, 30 Juli 2020/Indonesia Media – Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso, yang akrab
disapa Buwas melihat salah satu permasalahan untuk mengembangkan sektor pertanian dan
meningkatkan kesejahteraan petani yakni irigasi atau pengairan. Irigasi untuk pengairan lahan tadah
hujan pada musim kemarau juga banyak yang berubah fungsi. “Saya sudah lihat (irigasi berubah
fungsi). Hampir di seluruh wilayah, irigasi menjadi masalah. Tapi pak Basuki (Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat) Basuki Hadimuljono selalu cepat (mengatasi) membangun irigasi. Saya yakin,”
kata Buwas pada acara Panen Raya di Cikeusik, Pandeglang Banten beberapa hari yang lalu.
Pernyataan Buwas merespons usulan petani kepada Bulog dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab)
Pandeglang, Banten mengenai bendungan Cibaliung. Mengingat kondisi cuaca sangat mempengaruhi
pengaturan masa tanam. Sehingga ketika mau siap menanam padi, petani mengalami kekurangan air.
Tetapi ketika musim hujan datang, siap panen, petani mengalami kesulitan penjualan gabah. “Kami
berharap bendungan Cibaliung bisa dinikmati masyarakat, khususnya petani Cikeusik. Sehingga kami
bisa atur masa tanam. Kalau pertanian maju, warga Pandeglang tidak lagi (mencari pekerjaan) ke
Jakarta. Kami yakin, kami bisa punya dua masa tanam kalau irigasi juga berfungsi dengan baik,” kata
Herman Salim, petani Cikeusik.
Buwas pun berjanji bahwa akan segera berkoordinasi dengan Bupati Pandeglang, Irna Narulita untuk
perbaikan irigasi. Ia juga meyakini bahwa Bulog akan tetap beli gabah petani. Selama ini Bulog selaku
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membuka ruang terbuka bagi petani. Penjualan gabah hasil panen
bisa langsung diajukan kepada Bulog, tanpa melalui perantara. “Memang ada tengkulak, seperti halangi
Bulog untuk tidak membeli (langsung) gabah petani. Kita tidak boleh menyerah dengan situasi tersebut.
Bulog tidak tutup, tapi kadang kami bingung. Karena pembelian gabah dengan kualitas rendah. Kadar
air tinggi. Bulog terikat dengan aturan. Tapi saya akan bangun sistem termasuk koordinasi dengan
kementerian pertanian untuk solusinya,” tegas Buwas.
Di tempat yang sama, petani Cikeusik Rasdi (45) melihat bahwa persoalan yang sering dihadapi, yakni
hama dan penyakit. Hal ini berlaku umum, dan tidak hanya terjadi pada lahan pertanian di Cikeusik.
“Untungnya, beberapa bulan belakangan ini, ada biostimulant yang dipasok ke desa kami. Biostimulant
AM-Power bisa _membantu daya tahan tanaman_ mengatasi hama dan penyakit. Kami optimis, karena
terbukti (biostimulant) juga meningkatkan produktivitas. Kami semprot sampai tanaman pulih dari
serangan hama,” kata Rasdi.
Hasil pertanian, yakni gabah cukup dikumpulkan di rumah. Selama ini, pengumpul
 biasanya mendatangi rumah-rumah petani untuk beli gabah. Rasdi dan beberapa petani kadang
menjemur gabah terlebih dahulu. “Kalau harganya sedang bagus, kami bisa jual Rp 500 ribu per kuintal.
Tapi kalah sedang panen, gabah melimpah, harganya sekitar Rp 450 ribu. (harga) jarang sampai Rp
550 ribu. Tapi yang paling penting, kami jangan sampai gagal panen terutama karena tanaman
terserang hama, penyakit. Hama wereng paling sulit diatasi,” kata Rasdi. (sl/IM)
Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *