Beberapa Point Syarat Masih Belum Diakomodir pada PKB SP  Morowali 


Beberapa Point Syarat Masih Belum Diakomodir pada PKB SP  Morowali 

dilaporkan: Setiawan Liu

Jakarta, 15 Desember 2024/Indonesia Media – Pasca pembuatan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara serikat pekerja (SP) dan perusahaan kawasan industri berbasis pengolahan Nikel di Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng) pada 10 September 2023 yang lalu, masih ada tahap selanjutnya untuk penciptaan hubungan industrial yang harmonis dan berkeadilan. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Federasi Pertambangan dan Energi (FPE) KSBSI melihat PKB sebagai penegasan dan memperjelas hak serta kewajiban mengenai syarat-syarat kerja yang belum diatur dalam peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan. “Sekarang (tahap) sosialisasi. Karena ada beberapa point, dan kami perlu (syarat-syarat) diakomodir di PKB. Masih ada tenants, 2-3 bulan ini, tidak semua punya PKB,” Sekjen DPP FPE KSBSI (Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia) Nikasi Ginting mengatakan kepada Redaksi.

Sejalan dengan sosialisasi, DPP juga optimis dengan penerapan COS (checks of system). Sistem manual nantinya tidak akan berlaku lagi terutama untuk pengaturan pembayaran iuran anggota serikat pekerja kepada organisasi.  Hal ini juga sudah disosialisasikan, bahkan ditekankan selama DPP gelar pelatihan (2 – 5 Desember 2023) dengan serikat pekerja. Dengan penerapan system tersebut, nantinya pembayaran iuran bisa efektif dan efisien. Iuran yang masuk ke organisasi dibagi tiga dengan prosentase yang berbeda. 30 persen untuk DPP, 30 persen lagi masuk ke DPC (dewan pimpinan cabang) Sulteng. Sisanya, 30 persen lagi masuk ke rekening PUK (pimpinan unit kerja) di perusahaan. “(staf) bagian accounting perusahaan juga otomatis memotong (gaji) untuk iuran anggota (serikat pekerja). Semua ada tingkatan, dan DPP FPE (federasi pertambangan dan energi) bayar iuran ke KSBSI tingkat internasional dan industri ALL global union di internasional. Industri ALL, mungkin akan datang/kunjungan ke Morowali dalam waktu dekat,” kata perempuan yang akrab disapa Niki.

Sebagaimana Morowali kedepannya juga bakal berdiri pabrik-pabrik baru yang memproduksi baterai mobil listrik (electric vehicle/EV). Beberapa produsen di Morowali dalam proses menuju “raja baterai” kendaraan listrik dunia. Pembangunan pabrik katoda baterai EV di Morowali, dua diantaranya telah beroperasi. Pabrik menghasilkan prekursor katoda untuk baterai mobil listrik ini dengan dasar nikel dengan komponen nikel kobalt mangan. “Baterai lithium, dengan mobil FORD. Tesla (mobil listrik) yang belum jadi (investasi pembangunan pabrik di Indonesia), tapi daerah lain. Itu (kegiatan penambangan) yang menjadi supply chain. Sehingga anggota industri ALL global union semakin perlu kerjasama. Mungkin, Juni 2024 mendatang, (delegasi ALL) datang, mereka sudah minta (FPE KSBSI) fasilitasi pertemuan dengan produsen (tambang) di Morowali,” kata alumni Fakultas Hukum Undana, Kupang NTT. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *