Asputaben Pandeglang Berpikir Keras untuk Capai Target Produksi sampai 300 ton/bulan


Asputaben Pandeglang Berpikir Keras untuk Capai Target Produksi sampai 300 ton/bulan

dilaporkan: Setiawan Liu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pandeglang, 16 Oktober 2020/Indonesia Media – Rencana kerjasama pengembangan usaha berkelanjutan talas beneng Pandeglang, Asosiasi Pelaku Usaha Talas Beneng (Asputaben) mengaku harus kerja keras terutama pencapaian target kapasitas produksi sampai puluhan kali lipat. “Kondisi sekarang, kami hanya mampu produksi sekitar 37 ton per bulan dalam bentuk gaplek. Sementara Bogasari (perusahaan penggilingan tepung terigu terintegrasi dan terbesar) menargetkan 300 ton per bulan dalam bentuk tepung,” Ketua Asputaben Ardi Maulana mengatakan kepada Redaksi.

Perusahaan penggilingan tepung terigu tersebut meyakini talas beneng bisa meningkatkan komoditas alternative untuk ketahanan pangan di Indonesia. Terutama di tengah pandemic covid-19, Pemerintah dan swasta serta petani terus mencari alternative lain untuk ketahanan pangan sampai pada rumah tangga. “Yang penting sekarang ini, secara simultan gerakan budidaya di berbagai daerah. Sehingga target produksi yang diminta tercapai, kami bisa supply ke perusahaan. Kalau tidak ada gerakan budidaya secara massif, (pencapaian target) masih berat. Kami bisa kewalahan. Untuk (penanaman talas) di Bangka, sudah ada pak Winarno (Indonesia Cerdas Desa/ICD). Tapi daerah lain yang potensial seperti Lampung belum terkoordinasi,” tegas Ardi.

 

Di tempat berbeda, Kepala Dinas Pertanian kabupaten Pandeglang Budi Januardi sudah all out meningkatkan talas beneng sebagai alternative pangan dalam konteks ketahanan pangan nasional. Selain koordinasi dengan Asputaben, Dinas Pertanian juga beberapa kali gelar meeting online/webinar para pemangku kepentingan termasuk jajaran BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Provinsi Banten. “Berkat perjuangan teman-teman khususnya BPTP Banten, sertifikasi dari Kementerian Pertanian (Kementan) sudah diterima. Kami sangat optimis talas menjadi pangan alternative. Hasil penelitian Kementan, perbandingan talas beneng dengan beras dengan kandungan karbohidrat utama, talas beneng lebih feasible (penyedia sumber karbohidrat utama),” kata Budi Januardi.

Tanaman lain tergantung musim, tapi talas bisa dipanen setiap waktu. Lahan marginal bisa dimanfaat karena talas bisa tumbuh bersinergi dengan komoditas strategis lain. Mengingat land bank Pandeglang masih sangat luas, pemanfaatan lahan marginal juga bisa efektif untuk tanam talas. “Tingkat konsumsi di Indonesia untuk beras sangat tinggi. Sehingga talas beneng bisa menjadi jawaban, untuk mengurangi ketergantungan beras. Talas ini juga tidak mengenal masa kadaluarsa panen. Kalau tanaman lain sejenis talas, bisa kadaluarsa. Kalau talas beneng umur semakin lama, 2,5 – 3 tahun potensial mencapai 50 kilogram. Berbagai olahan dari talas ini tidak ada yang terbuang, zero waste,” tegas Budi Januardi. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *