Amnesty Sebut Ada Lima Diskusi Papua yang Diwarnai Ancaman


Amnesty International Indonesia (AII) mencatat setidaknya ada lima diskusi terkait diskriminasi Papua yang para pembicara dan panitianya mendapat ancaman melalui sambungan telepon dan juga gangguan dalam diskusi yang digelar secara virual melalui aplikasi.

Direktur Eksekutif AII Usman Hamid mengatakan bahwa ancaman itu telah dilakukan oleh pihaknya sejak awal Mei hingga hari ini, Jumat (12/6).

Hal itu dia ungkapkan merespons kabar intimidasi terhadap para fasilitator diskusi yang digelar oleh Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra Universitas Lampung beberapa hari belakangan ini.

“Intimidasi dan sejumlah ancaman itu benar nyata adanya, dan belakangan semakin intens menimpa para fasilitator yang terlibat dalam diskusi-diskusi publik dan ilmiah terkait diskriminasi dan rasisme terhadap Papua,” kata Usman melalui keterangan pers, Jumat (12/6).

Usman mengatakan bahwa kondisi seperti itu merupakan bentuk ancaman terhadap kebebasan berekspresi masyarakat yang mengadakan diskusi publik terkait isu Papua.

Lebih lanjut lagi, kata dia, ancaman tersebut berpotensi menjadi pembungkaman terhadap publik dan pelanggaran atas hak privasi karena melibatkan peretasan. Dia pun meminta agar pihak kepolisian menyelidiki rentetan kasus-kasus serupa yang terjadi belakangan ini.

“Jika tindakan intimidasi ini memang benar melibatkan aparat negara, maka ini adalah preseden buruk dan jelas pelanggaran HAM,” kata dia.

Dalam keterangannya pun, Usman pun mengaku sempat mendapat gangguan serupa saat menjadi pembicara dalam sebuah diskusi daring yang diselenggarakan AII pada Jumat (5/6) lalu, pukul 13.00 WIB.

Ancaman itu, kata dia, didapat saat diskusi sedang berlangsung sementara dirinya mendapat panggilan telepon secara terus menerus dari kode negara Amerika dan Kanada. Selain itu, pembicara lain pun disebutkan juga mendapat panggilan telepon yang sama.

Kasus lain, Usman juga menyebutkan soal gangguan saat diskusi soal Papua yang digelar oleh Kelompok Belajar Anak Muda (KBAM) Samarinda pada tanggal 8 Juni 2020. Dalam hal ini, Usman mengatakan bahwa akun YouTube kelompok ini diretas.

Sebagai informasi, Pegiat UKPM Teknokra Unila sebelumnya mengaku mendapat ancaman dari oknum tak dikenal ketika hendak mengadakan diskusi daring bertema “Diskriminasi Rasial Terhadap Papua” pada Kamis (11/6) malam. Ancaman dan teror telah diadukan ke kepolisian. Sementara diskusi online tetap digelar.

Teror itu dialami Pemimpin Redaksi Teknokra Unila yang menjadi moderator seminar Mitha Setiani Asih dan Pemimpin Umum Teknokra Chairul Rahman Arif yang menjadi narahubung dalam poster undangan diskusi tersebut.

Pantauan CNNIndonesia.com, diskusi tersebut tetap digelar tanpa ada gangguan. Hanya ada sesekali gangguan koneksi yang dialami narasumber. Hanya saja, beberapa kali moderator diskusi terlihat mencoba untuk menutup panggilan telepon yang masuk ke dirinya saat diskusi.

Diskusi dimulai sekitar pukul 19.00 WIB sesuai dengan jadwal dalam undangan. Para narasumber maupun moderator berdiskusi secara daring melalui aplikasi Zoom dari tempat masing-masing dan disiarkan secara langsung di akun Youtube UKPM Teknokra.

Salah satu ancaman yang diungkapkan oleh Chairul adalah dirinya mendapat pesan berupa hasil tangkapan layar identitas lengkap dalam bentuk e-KTP miliknya. Tangkapan layar itu, disertai pesan bernada ancaman agar pihaknya tidak menggelar kegiatan diskusi.

“Entah dapat dari mana. Mereka mengirim pesan, ‘Hati-hati di jalan bro, jangan buat diskusi yang provokasi banyak orang’,” kata Chairul ( CNN / IM )

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *