“Aliran Ekstrim” Jangan Ditakuti


YOGYAKARTA,.-Aliran ekstrim maupun radikal yang belakangan marak dan merekrut para mahasiswa sebagai kadernya seperti aliran Negara Islam Indonesia (NII), terorisme, dll, hendaknya jangan ditakuti oleh kalangan muda. Sikap yang benar menghadapi gerakan demikian dengan jalan waspada.

“Waspada terhadap aliran ekstrim tidak berarti takut. Dengan waspada, kita bisa menyikapi dengan bekal pengetahuan dan pengalamannya sebagai mahasiswa di kampus maupun sebagai warga di tengah masyarakat,” kata Panglima Kodam IV/Diponegoro Mayor Jenderal TNI Langgeng Sulistiyono di hadapan 571 wisudawan angkatan ke-5 periode 2011 di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Sambutan Pangdam tersebut selaku perwakilan orangtua yang anaknya diwisuda.

Menurut dia perkembangan gerakan ekstrim maupun radikal tidak bisa dilepaskan dari perkembangan kebudayaan dan teknologi di tingkat lokal maupun global. Setiap elemen dalam masyarakat berbeda-beda dalam merespon perkembangan tersebut.

Jika tidak bisa merespon secara positif perkembangan kebudayan dan teknologi, sikap yang dimunculkan biasanya makin eksklusif, menutup diri dengan lingkungan sekitar dan dunia luar. “Ketika tidak bisa menyikapi dan mengikuti perkembangan lokal maupun global, kita bisa tergilas oleh perubahan,” ujar dia, Minggu (26/6).

Menurut dia hidup ekslusif disertai sikap ekstrim maupun raikal berpengaruh negatif terhadap lingkungan ketika mereka berusaha untuk mengembangkan ideologi dan ajaran-ajarannya dengan mempengaruhi maupun merekrut anggotanya. Yang mengenaskan, mahasiswa atau remaja yang bisa direkrut , mereka isolasikan dengan keluarganya. Akibatanya orangtua bisa merasakan ditinggal tetapi tidak bisa meraba sosok anak-anaknya yang direkrut kelompok eksklusif.

Sasaran utama dari kelompok ekslusif biasanya kalangan muda yang labil secara psikologis atau belum matang pembawaan karakternya. “Menghadapi demiklian, mahasiswa maupun yang lulus harus waspada. Waspada tidak berarti takut menghadapi kelompok aliran ekstrim dan radikal,” ujar dia.

Rektor Universitas Islam Indonesia UII Prof. Dr. Edy Suandi Hamid menyatakan kualifikasi dosen di wilayah Kopertis V Yogyakarta masih memprihatinkan. Sebanyak 30 persen dari enam ribu dosen belum memiliki kualifikasi pendidikan strata dua (S2) sampai pada tahun akademik 2010.

Menurut dia masalah kualifikasi dosen menjadi perhatian khusus UII. Program kuliah untuk peningkatan derajat pendidikan dosen pun terus dilakukan. Saat ini terdapat 306 dosen kualifikasi S2 dan 79 berpendidikan S3, serta 110 dosen dalam proses pendidikan S2 dan S3 di dalam dan luar negeri.

Soal kualitas pendidikan, dia menyatakan UII masuk kualifikasi universitas sangat sehat. Status ini penting karena terdapat 115 PTS, sebanyak 40 persen atau 46 PTS dalam kondisi tidak sehat, baik administrasi, keuangan maupun SDM. Penyebab utamanya minat calon mahasiswa di 46 PTS tersebut terus turun. Padahal kampus yang sehat, idealnya memiliki minimum seribu mahasiswa. UII jumlah mahasiswanya melebihi ketentuan dari jumlah minimum mahasiswa tersebut

 

 

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *