Asosiasi, UMKM Makanan Olahan Talas Beneng Butuh Dukungan Riil Pemkab, Pemprov
dilaporkan: Setiawan Liu

Talas beneng bisa dimanfaatkan sebagai makanan olahan seperti kue jajanan, keripik dan lain sebagainya. Popularitas talas beneng sekarang ini sebetulnya kesempatan bagi Pemkab Pandeglang, Pemprov Banten meningkatkan produktivitas petani/pembudidaya. “Kalau bantuan terealisasi, terutama untuk dryer, kami sudah punya spek (spesifikasi teknis). Kalau yang murah, tapi tetap bisa efektif seharga Rp 27 juta. Dryer buatan lokal. Tapi untuk spek yang vertical seperti pengering untuk porang, harganya lebih mahal, yakni Rp 140 juta. Prosesnya, dari pengeringan bisa langsung keluar biji-biji seperti beras,” kata Ardi.
Di tempat berbeda, pelaku usaha agribisnis Lim Hung menyatakan ketertarikan dengan industry pengolahan talas, bahkan bisa dengan branding Tepung Nasional. Tetapi semua proses pengerjaannya harus dengan cermat, karena tepung dari talas harus memenuhi nutrisi dan teknologi pengolahan, produksi. “Bukan hanya dijadikan Tepung Nasional, tapi brand nya bisa sampai pasar internasional. Saya berharap talas beneng punya daya tarik bagi masyarakat, pebisnis, penggiat, pelaku UKM yang lain,” kata Lim Hung.
Selain itu, industry makanan olahan berbasis tepung juga harus mengacu pada food grade. Perusahaan besar juga harus mempertimbangkan kontinuitas pasokan. Misalkan, perusahaan besar seperti Bogasari harus membuat sample yang minimal butuh sekitar 300 ton tepung. “Itu baru sample, dibagi-bagikan kepada pabrik UMKM. Kalau bahan bakunya sorgum juga sama. Ada mix sorgum dengan tepung untuk roti. Untuk sample dibagi-bagikan juga harus dengan food grade. Pengolahan tepung harus dengan mesin yang stainless sehingga tidak ada karat besi, bakteri dan lain sebagainya,” kata Lim Hung. (sl/IM)















