Cruise Asia Kedua Special Edition # 1


Cruise Asia Kedua Special Edition # 1

Selasa, 4 Pebruari 2020, Tokyo Yokohama

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Prens pencinta bepergian, berani taruhan ambil-ambilan mobil (rumah
jangan, saya cuma punya satu :-)), kalian belum pernah dan kemungkinan
tak akan pernah mengalami apa yang kami alami saat ini.

Kapal kami
dengan seluruh penumpangnya ditahan menjelang pelabuhan Yokohama,
masih di air atau lego jangkar dan tidak bersandara ke dermaga.
Seharusnya tadi pagi kami sudah berangkat ke Jakarta tapi sampai
kisah ini ditulis, tak jelas kapan jadinya.

Semuanya ini cuma gara-
gara satu penumpang penduduk Hong Kong yang tiba di Tokyo setelah
sebelumnya mengunjungi China dan naik Diamond Princess 20 Januari.
Beberapa hari kemudian ia demam dan tanggal 25 Januari pas kapal
mendarat di Hong Kong, ia turun, tak balik lagi.

Ketahuan kena
coronavirus dengan akibat kami seluruh penumpang dicurigai ada yang
ketularan meski belum jelas mekanisme menularnya sang virus. Mulai
jam 11 kemarin malam, inspektur kesehatan Jepang naik ke kapal dan
mengetuk pintu kabin satu persatu, memeriksa semua penumpang sekitar
3000 orang dimana sampai detik ini, jam 7 malam atau sudah 20 jam,
belum selesai juga.

Saya dan Cecile kebagian dibangunkan jam 1 pagi tadi, pintu diketok
halus dan karena saya sensi, langsung bangun. Kasih kuesioner khusus
yang di-design berisi pertanyaan yes no seperti: apa demam, apa batuk,
apa barusan ke China, dst.

Lalu kuping kami dimasukkan thermometer
digital, beberapa detik dapat angkanya, 35.9 kata si entong Jepang
yang satu ke koleganya :-). Kidding, saya mana ngerti angka Jepang
sampai puluhan dan ada komanya. Jam 5 pagi dah bangun, siap-siap
makan sebab rencana jam 7 tunggu di ruangan khusus untuk jam 7:30
berangkat ke Haneda, ketemuan ama Warti dan Toshi dulu. Kacauuuu.

Kasian mereka sudah berangkat ke bandara dan kami diinfokan mustahil
bisa selesai pemeriksaan itu sebab baru 2 deck yang selesai diperiksa,
14 dan 12. Masih ada 11, 10, 9 dan 8.

Begitu tahu mustahil untuk
ke Haneda, saya minta bantuan Warti cari info tuk rebook flight kami.
Mesti telepon Air Canada sebab tiket kami tiket AC. Susyah banget tapi
untung telepon kabin bisa dipakai gratis maupun Internet dapat gratis.
Satu jam telepon, satu jam ‘on hold’ dapat gantinya, flight ANA NH871,
yang mestinya berangkat nanti malam jam 22:55.

Cuma kena penalty
rebook 50 CAD per orang, cheapo dibandingkan dengan nasib ribuan
kolega kami.

Bila kita sedang kesusahan, pakailah ilmu psikologi budaya Jawi, masih
untung alias ‘downward social comparison’ kalau kalian kuliah Psiko.

Semua penumpang yang perlu rebook balik ke Canada, selama semingguan
berikutnya semua flight ‘fully booked’. Petrus Shirley rebook dan
dapatnya baru 11 Pebruari

Kebayang ongkos hidup extra 1 minggu di
Tokyo. Belum apa-apa. Satu temin main bridge, ia dan suaminya sudah
book, tetap di cruise ini semingguan lagi keliling Jepang -> DICANCEL
cruise mereka, gih pergi keluar elo sono (menurut teori saya, kapal
akan di-sanitize beberapa hari).

Mereka itu anak Fredericton, bulek,
sudah apes sebab habis dari cruise ini akan naik cruise Cunard Queen
Mary keliling Asia start dari Hong Kong. Queen Mary engga jadi start
dari Hong Kong tapi dari Singapur.

Dia sudah ganti flight Tokyo HKGnya
dengan Tokyo Singapur, 1500 $ per orang, book hotel Singapur katanya
beberapa ratus $ dan sekarang jadi “keleleran” semingguan di Jepang.

Kami masih dapat makan seperti biasanya, baik yang buffet maupun yang
‘fine dining’. Kamar dibersihkan rutin, diganti semua handuknya. Acara
hiburan tetap ada termasuk tadi saya dan Cecile partner main bridge,
sambil bidding dan bermain, sambil gossipan berita coronavirus.

Kapal
cruise terkadang ngalamin nasib lebih apes dari dikarantina begini,
amit-amit sih nabrak gunung es.Tapi sering mesinnya tewas dan terapung
di tengah laut untuk lalu diderek kapal lain, listrik generatornya
mati. Cerita distop barusan, kami duaan wae ke Vivaldi Restaurant dan
Cecile ‘enjoy’ bistik ‘prime-rib’nya, ‘carpe diem’, seize the day.

Habis bersantap malam, ke ‘atrium’ ruang tengah kapal dengerin musik
klasik dengan pemain biola, bass/cello dan piano jawara sebab lagu-
lagunya kami ngerti :-).

Ada eneng Pinoy yang melayani tadi, Priscilla namanya. “So you get a
one-week holiday starting tomorrow?,” tanya saya becandain dia. “No
sir, we still have to keep on working sanitizing the ship.” Itu yang
akan terjadi.

Kapal ini tak bisa ambil risiko berlayar lagi tanpa
melakukannya, selain pelabuhan-pelabuhan Jepang yang akan dikunjungi
tentu ogah kalau kapal engga dibersihkan dulu, semua cuma gara-gara si
encek Hong Kong nasib apes dan kami ketiban pulung.

Oh well, yang
penting ia selamat, ‘in recovery and stable condition’,padahal umurnya
sudah 80. Moral of the story, jangan tunggu-tunggu kesempatan jalan-
jalan prens, ayo kita ke Palembang Bangka dan Belitung mulai Senin 10
Pebruari yad. Monggo para penggemar serial dongengan hamba, mohon
komat-kamit versi istimewa hari/malam ini untuk kami semua para
penumpang Diamond Princess di pelayaran Lunar New Year.

Semoga esok
pagi kami bisa mendarat di Tokyo. Tengkiyu peri mats, sampai jumpa
dari Jakarta. ( Jusni / IM )

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *