Warga Tak Percaya Pedagang Kecil Itu Teroris


Pondokkopi,

HINGGA Sabtu (23/4), warga di Kampung Rawa Wadas RT 01/03, Kelurahan Pondokkopi, Kecamatan Durensawit, Jakarta Timur masih belum percaya bahwa tetangga mereka adalah anggota teroris.

Sejak ditangkap polisi pada Kamis (21/4) lalu, para tetangga yang diklaim polisi sebagai anggota teroris ini sangat sederhana. “Saya tahu sendiri mas, dia itu kalau malam cuma bikin nasi goreng, makan saja susah, bajunya jelek, kadang saya kasih lauk sisa, saya masih nggak yakin mereka terlibat,” ujar Nuryono (46) tetangga sebelah rumah yang dihuni Darto, tersangka teroris asal Cirebon yang ditangkap petugas.

Di Kampung Rawa Wadas tersebut, ada dua lokasi penangkapan, yakni kontrakan pertama bernomor 72 milik Elisabeth dan kontrakan ke dua bernomor 81 milik Bambang, keduanya berada dalam Rt yang sama.

Kemarin sore, petugas RT mendata ulang warga yang tinggal di lingkungan tersebut, termasuk para pengontrak, Pengurus RT tidak mau lagi kecolongan dengan adanya teroris yang tinggal di lingkungan tersebut.

“Jadi disuruh fotokopi KTP nih, gara-gara kejadian ini,” ungkap Nuryono yang sudah 18 tahun tinggal di kontrakan milik Bambang tersebut.

Dijelaskannya, kesehariannya, Darto dan adiknya, Mugi, nampak sangat kekurangan. Bahkan untuk membeli beras saja harus menunggu kiriman dari kampung.

Menurutnya, kontrakan yang dihuni Darto selama empat bulan terakhir ini hanya seharga Rp 275.000 per bulan, tidak termasuk listrik.

“Tagihan listriknya satu sama saya, kadang kalau tagihan Rp 100.000 saya hanya minta ke dia Rp 25.000, habis nggak tega, dia cuma pedagang gambaran anak-anak, berapa sih paling untungnya,” tuturnya lagi.

Bahkan, lanjutnya, penampilan Darto dan adiknya itu lebih kumuh dari kuli bangunan. Dijelaskannya, ia sangat terkejut dengan penangkapan ini, tidak ada tanda-tanda petugas akan dating menggerebek lokasi.

“Hanya waktu itu ada beberapa kali tukang potong rumput di kuburan (TPU Tanah Merah yang ada di belakang kontrakan-Red), mungkin saja itu polisi yang menyamar,” tuturnya.

Setiap pagi, kata Nuryono, Darto pergi ke sekolah-sekolah terutama SD untuk berjualan mainan anak. Ia kemudian pulang pada siang hari untuk makan dan salat. “Tidak ada yang mencurigakan, kalau adiknya, subuh-subuh sudah berangkat, karena dia pelayan warung makan,” tuturnya

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *