VANDALISM


Seorang warga negara Swiss berusia 33 tahun dicurigai terlibat kasus menerobos masuk kedalam depot SMRT (Singapore Mass Rapid Transport),

May Swan - penulis

dan merusak dinding kereta dengan cat biru dan merah. Orang tersebut telah terlibat dalam dua kasus kejahatan; Satu -  menerobos masuk kedalam area terlarang. Dua -  melakukan vandalism atas harta benda kepunyaan umum.

Menurut laporan, kejadian berlaku antara larut malam tanggal 16 dan dini pagi tanggal 17 Mei 2010, dimana dua gerbong kereta api yang diparkir di Changi Depot telah disembur cat grafitti. Pada tanggal 25 Mei, polisi telah berhasil menangkap tersangka. Penyelidikan seterusnya mengungkap bahwa tersangka telah mencuri masuk kedalam depot dari Xilin Avenue yang dikelilingi dengan kawat berduri di atas tembok tinggi.

Kasus pidana yang berhubungan dengan vandalism, jika terbukti bersalah, hukumannya bisa seberat tiga tahun penjara, atau denda $  2,000, ditambah hukum cambuk antara tiga hingga delapan kali. Sebagai sebuah negara kecil tapi berhasil, Singapura berupa sebuah target yang mudah menjadi sasaran terrorism, dan memandang berat vandalism sebagai suatu pelajaran dalam menangani kejahatan yang mengakibatkan rusaknya harta benda.

Dalam sebuah kasus bersamaan yang terjadi sekitar delapan tahun yang lalu,

graffiti

tepatnya pada bulan Oktober 1992, seorang warga negara AS bernama Michael Fay telah ditangkap atas tuduhan vandalism mencoret graffiti dan merusak sejumlah delapan belas mobil dalam sepuluh hari. Michael Fay ketika itu 18 tahun didapati bersalah oleh pengadilan, menjatuhkan vonis hukum cambuk enam kali dan empat bulan penjara, ditambah denda uang $ 3,500.

Kasus tersebut telah banyak menarik perhatian dunia luar, terlebih pula media Barat yang mengutuk vonis itu terlalu berat, tidak demokratis, tidak berperikemanusiaan, melanggar HAM. Bahkan ada media yang melihat kasus Fay sebagai korban pelecehan terhadap HAM. Tidak kurang dari Presiden AS sendiri Bill Clinton minta pertimbangan Presiden Singapura Ong Teng Cheong sedapat mungkin agar Fay jangan dihukum cambuk.

graffiti

Berpegang pada pendirian legalitas hukum kenegaraan yang tegas, Singapura menolak permintaan pemerintah AS, namun bersedia mengurangi cambukan dari enam menjadi empat.

Beberapa waktu kemudian, ada serombongan turis dari AS datang melawat ke Singapura, ketika diwawancara, mereka rata rata mengutarakan setuju dengan pemerintah Singapura dalam menangani kasus Fay. Menurut mereka, kalau tidak diambil tindakan keras, situasi akan menjadi seperti di kota kota besar di AS, dimana mana terdapat graffiti, dan anak anak muda berlaku sewenang wenang tanpa adanya sanksi, baik dari orang tua maupun dari pihak keamanan. “Bahkan mobil patroli polisi di New York sering kali diserang vandalism.

Ya, kami setuju dengan tindakan kalian yang tegas. Itu bagus sekali, patut ditiru,” serunya tersenyum, setelah itu beramai naik bis yang sudah disediakan oleh STPB (Singapore Tourism Board) menuju ke Botanical Garden dan Orchid Garden di Mandai.(IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *