Umat Kristen Malaysia Tuntut Persamaan + Malaysia Larang Penggunaan kata ‘Allah’ untuk Majalah Kristen + Pejabat Malaysia Larang Alkitab Dalam Bahasa Setempat


Umat Kristen Malaysia menolak upaya pemerintah untuk menolak impor Alkitab. Alkitab tersebut dilarang beredar karena menggunakan kata Allah sebagai pengganti Tuhan.
Perdebatan penggunaan kata Allah ini memaksa pihak bea cukai menahan lima ribu Alkitab yang diproduksi Indonesia tersebut sejak 2009 lalu. 30 ribu Alkitab lainnya juga ditahan beredar pada awal tahun ini.
Menurut keputusan Pengadilan Malaysia yang dikaji pekan ini, kata Allah yang digunakan dalam publikasi non-Islam dapat menimbulkan kebingungan di Malaysia. Selain itu publikasi tersebut dapat juga digunakan untuk mendorong warga Muslim untuk pindah agama.
Pemerintah Malaysia menawarkan Alkitab itu dapat digunakan bila pada sampulnya dituliskan “Khusus untuk Umat Kristen”. Namun hal tersebut dinilai sebagai sebuah tindakan diskriminatif dan dianggap telah mencemarkan kitab suci umat Kristen.
Federasi Kristen Malaysia yang mewakili sebagain besar gereja di Negeri Jiran tersebut, menuduh adanya upaya sistematik untuk menekan hak umat Kristen Malaysia.
“Kami mendesak pemerintah untuk membatalkan semua aturan yang melarang publikasi, distribusi dan penggunaan Injil. Kami juga meminta pemerintah untuk membela dan mengamankan hak kami untuk menggunakan Alkitab,” pernyataan Federasi Kristen Malaysia seperti dikutip Associated Press, Kamis (31/3/2011).
Umat Kristen Malaysia mengatakan kata Allah berasal dari kata Arab yang mereferensi pada Tuhan. Kata ini sudah digunakan oleh umat Islam dan Kristen di Malaysia sejak berabad-abad lalu.
Malaysia Larang Penggunaan kata ‘Allah’ untuk Majalah Kristen
Kuala Lumpur, (Analisa)Suratkabat mingguan Katolik di Malaysia diperintahkan untuk menggantikan penggunaan kata ‘Allah’ di seksi bahasa Melayu media itu jika ingin memperbaharui izin terbit, demikian dikatakan seorang pejabat senior Malaysia, Jumat (21/12).

Suratkabar tersebut, Herald, yang diterbitkan Gereja Katolik Malaysia, menerjemahkan kata “God” menjadi “Allah”, ‘terjemahan yang salah karena kata itu umum diasosiakan dengan agama Islam,’ menurut Che Din Yousoff, seorang pejabat senior Unit Kontrol Publikasi Kementerian Keamanan Dalam Negeri Malaysia.

“Umat Kristen tak dapat menggunakan kata Allah karena kata ini hanya bisa diterapkan pada agama Islam. Allah hanya untuk Tuhan Muslim. Terjemahan yang salah ini bisa membingungkan umat Muslim,” kata Chen Din.

“Mingguan (Kristen) itu sebaliknya harus menggunakan kata ‘Tuhan’ sebagai terjemahan ‘God’,” tegasnya.

Isu-isu agama sangat sensitif di Malaysia, negara dengan 60 persen dari 26 juta rakyatnya adalah Melayu Muslim. Etnis China, yang umum beragama Budha dan Kristen, mencapai 25 persen dan etnis India, yang umum beragama Hindu dan sedikit Kristen, mencapai 10 persen.

Kelompok minoritas di Malaysia sering mengeluhkan bahwa mereka tidak mendapatkan kemerdekaan penuh dalam beribadah, Kelompok minoritas ini sering sulit mendapatkan izin membangan rumah ibadah dan warga Hindu akhir-akhir ini sering marah karena peruntuhan kuil oleh pihak berwenang.

Mingguan Herald, yang memiliki sirkulasi 12.000 eksemplar untuk anggotanya, diterbitkan dalam empat bahasa: Inggris, Malaysia, Mandarin dan Tamil.

Pendeta Lawrence Andrew, editor mingguan itu, mengatakan penggunaan kata ‘Allah’ pada media mereka tak dimaksudkan untuk menghina warga Muslim.

“Kami merujuk pada Injil. Injil dalam bahasa Malaysia menerjemahkan ‘God’ menjadi ‘Allah’ dan ‘Lord’ menjadi ‘Tuhan’. Dalam doa dan kegiatan gereja, kami menggunakan kata ‘Allah’,” tegasnya.

“Ini bukan hal yang baru. Kata ‘Allah’ telah digunakan di Malaysia sejak lama. Tak ada yang membingungkan di sini,” katanya.

Tapi Che Din mengatakan umat Kristen tak menggunakan kata ‘Allah’ dalam versi bahasa Inggris, ‘jadi sebaiknya juga tak menggunakan kata itu dalam versi Malaysia.

Tegas Din, ada empat kata yang hanya bisa digunakan umat Islam, dan tak bisa dipakai agama lain, yaitu: Allah untuk nama Tuhan, Sholat untuk sembahyang, ‘Ka’bah’ dan Baitullah.

 

Pejabat Malaysia Larang Alkitab Dalam Bahasa Setempat
Para pejabat di pemerintahan Malaysia berdebat mengenai larangan Alkitab dalam edisi bahasa setempat, dimana satu pejabat menyatakan bahwa menurut konstitusi Alkitab semacam itu ilegal, sementara yang lain menentang diskriminasi terhadap umat Kristiani.

Kontroversi itu dimulai pertengahan April lalu ketika seorang pejabat dalam Departemen Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Mohd Nazri Abdul Aziz Nazri, mengatakan bahwa Alkitab dalam Bahasa Malaysia dan Bahasa Indonesia dilarang konstitusi sejak kemerdekaan negara itu pada tahun 1957. Karena itu, ia beralasan, kebijakan menentang penyebaran agama selain Islam berakar pada piagam konstitusi.

Surat kabar nasional seperti The Star dan The Sun melaporkan bahwa Datuk itu ingin memperbarui larangan melarang Alkitab dalam bahasa Malaysia untuk “mencegah Alkitab digunakan untuk mengkonversi orang kedalam ke-Kristenan.”

The Sun menambahkan, Nazri menyatakan siapapun yang ditemukan dengan Alkitab dalam edisi bahasa lokal harus “dibawa ke pengadilan.”

Namun, pejabat lain dari Departemen Perdana Menteri, Tan Sri Bernard Dompok, berpendapat lain. Ia mengatakan bahwa “bahasa nasional dapat digunakan untuk tujuan apapun, termasuk beribadah.”

Malah faktanya, kata Dompok, saat ini Alkitab dalam bahasa lokal dapat masuk ke negeri itu jika terlebih dahulu mendapat otorisasi Kementrian Keamanan Dalam Negeri, sementara edisi bahasa Inggris dapat beredar tanpa halangan.

Isu ini ditanggapi umat Kristiani di sana dengan keresahan yang luar biasa. Wong Kim Kong, sekjen Persekutuan Kristiani Injili Nasional (National Evangelical Christian Fellowship/NECF) Malaysia mengatakan bahwa larangan itu “tidak konsisten dengan kebijakan Perdana Menteri Badawi untuk mempromosikan keharmonisan beragama di negeri ini.”

Wong mengatakan ini sama saja dengan memidanakan semua umat Kristiani Malaysia yang tidak berbicara bahasa Inggris, dimana setengahnya di tinggal di bagian timur dan menggunakan Alkitab yang diterjemahkan. “Pernyataan Nazri menyebabkan kebingungan dan kegelisahan di komunitas Kristiani,” katanya.

Malaysia memiliki 53 umat Muslim dari 25 juta warganya, sedangkan umat Kristiani terdiri dari 6,5 persen.

 

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *