Kedutaan besar Amerika Serikat di ibu kota Baghdad, Irak dihantam roket pada Selasa (17/11) malam. Seorang anak perempuan dilaporkan tewas dalam insiden tersebut.
Serangan roket kali ini melanggar gencatan senjata dengan faksi-faksi pro-Iran yang disepakati sejak bulan lalu.
Bukan hanya itu, serangan roket yang menghantam kedubes AS terjadi ketika Presiden Donald Trump mengumumkan untuk menarik pasukan dari Irak dan Afghanistan.
Militer Irak mengungkapkan, empat roket mendarat di Zona Hijau dengan keamanan tinggi, tempat kedutaan AS dan kantor perwakilan asing lainnya berada.
Tiga roket lainnya menghantam bagian lain Baghdad hingga menewaskan seorang perempuan dan melukai lima warga sipil.
Mengutip AFP, militer Irak dalam sebuah pernyataan mengatakan jika ketujuh roket itu diketahui diluncurkan dari lokasi yang sama di Baghdad timur.
Seorang juru bicara koalisi pimpin Washington mengatakan intelijen Irak telah mengonfirmasi terjadi serangan roket ke kedutaan AS. Namun mereka menolak berkomentar tentang penggunaan roket C-RAM dalam serangan tersebut.
AS secara eksplisit mengatakan jika Kataeb Hezbollah sebagai dalang di balik sejumlah serangan dan telah dua kali melancarkan serangan balasan ke markas kelompok militan itu.
Sejak Oktober 2019, hampir 90 serangan roket mematikan telah menyasar sejumlah kedutaan asing, markas pasukan asing, dan instalasi lain di seluruh Irak.
Serangan tersebut diklaim oleh kelompok militan yang oleh pejabat AS digambarkan sebagai “selubung asap” untuk faksi garis keras yang berpihak pada Iran di Irak.
Serangkaian seranganan ini telah memicu murka bagi Washington. AS menekan PM Irak Mustafa al-Kadhemi untuk mengambil tindakan lebih keras terhadap pada pelaku penyebar teror.
Bulan lalu, AS mengeluarkan ultimatum kepada pemerintah Kadhemi yang mengancam akan menutup komplek diplomatiknya di Baghdad jika terus dihujani serangan roket.( CNN / IM )