Sikap Independensi, Skill, Pengetahuan Agribisnis untuk Petani Muda


Sikap Independensi, Skill, Pengetahuan Agribisnis untuk Petani Muda

dilaporkan: Setiawan Liu

Bangka, 28 Januari 2021/Indonesia Media – Untuk mencetak petani muda, aktivis Indonesia Cerdas Desa (ICD) Forum Bangka Belitung (Babel) Sarbini menilai perlunya kombinasi antara skill, pengetahuan agribisnis dan attitude atau sikap dalam berinteraksi dengan kondisi sekitarnya. Salah satu attitude yang selama ini menjadi pegangan salah satu pelaku agribisnis di Babel, CV Sinyo Sukses Perkasa yakni independensi. “Di balik usaha yang sukses, kita tanpa harus ketergantungan. Dalam hal ini, sering ada budaya minta bantuan dari pemerintah provinsi atau kabupaten. Kami membuka program pendidikan seperti magang untuk siswa sekolah, mahasiswa fakultas pertanian. Saya juga ingatkan kepada siswa mengenai lepas dari ketergantungan bantuan,” pelaku usaha kecil menengah (UKM) CV Sinyo Sukses Perkasa di kab. Bangka, Prov. Babel Sarbini mengatakan kepada Redaksi.

Selain membuka program magang, Sinyo juga mengordinasi beberapa pelaku UKM di Bangka. Beberapa hari yang lalu, siswa SMA Unggulan di kecamatan Pemali belajar menanam 19 produk terutama pinang di lahan milik CV Sinyo di kota Pangkalpinang, Bangka. Jiwa kewirausahaan juga ditanamkan kepada petani muda. Ia dan beberapa produsen menampung siswa dan mahasiswa untuk magang. “Idealnya, mereka bisa mengenal agribisnis terintegrasi hulu – hilir. Kami ajari pembuatan kompos dari limbah pinang. Pupuk organiknya menghasilkan pinang untuk juice, kopi, teh dan lain sebagainya,” yang akrab disapa Sinyo di Bangka.

Pinang atau maman adalah salah satu jenis tumbuhan monokotil yang tergolong palem-paleman. Pohon ini merupakan salah satu tanaman dengan nilai ekonomi dan potensi yang cukup tinggi. Tanaman yang memiliki batang lurus dan ramping ini memiliki banyak sekali manfaat dan umum dikenal sebagai tanaman obat. Pabrik Olahan Pinang di Desa Jurung yang didirikan Sarbini berdiri sejak Tahun 2013. Usaha pengolahan juga mendapat slot di gedung Smesco (Small & Medium Enterprises and Cooperatives) Indonesia Jl. Gatot Subroto Jakarta Selatan. Produk Sinyoe masih ada di Smesco Indonesia Jl. Gatot Subroto Jakarta Selatan.  “Saya tidak tergantung dengan bantuan dari manapun, dan saya memotivasi kawan-kawan untuk attitude tersebut. Karena kalau tergantung bantuan, dan bantuan habis, (UKM) bisa lemah,” tegasnya.

Attitude independen, tanpa bantuan mungkin refleksi sikap hidup petani. Karena ia juga bertani sejak kecil, tepatnya tahun 1970 an. Karena satu dan lain hal, ia tidak tamat sekolah formal di sebuah desa di Ambarawa Semarang. Pada saat itu, masyarakat di Ambarawa hidup di bawah garis kemiskinan. Keluarganya menanam tembakau, vanili di Ambarawa. “Saya pindah ke Bangka tahun 1990 an, tapi kerja di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Saya sempat kerja di kabupaten Kapuas, Kalimantan Selatan. Bahkan saya buka Yayasan Sekolah Harapan Bangsa untuk masyarakat petani. Saya pernah kerja di Lubuklinggau (Sumatera Selatan), Aceh dan lain sebagainya. Anak didik terutama yang ikut program magang sudah ratusan. Tapi yang berhasil, minimal buka usaha agribisnis mungkin sekitar 20 – 30 orang,” kata Sinyo. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *