Si Barbie Masih Sendiri


INONG Malinda Dee bak selebritas. Sejak menghuni Rumah Tahanan Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian RI, Kamis tiga pekan lalu, ibu tiga anak itu selalu kebanjiran pengunjung. Selain keluarga dan teman, ada puluhan pengacara yang mengaku bersimpati atas perkara yang tengah melilitnya. Ketika Tempo berkunjung ke ruangannya pekan lalu, terlihat Malinda sedang serius berbincang dengan pengacara senior Mohammad Assegaf.

Malinda menjadi tahanan karena dituduh menggelapkan dan melakukan pencucian uang dana nasabah ketika menjadi Senior Relationship Manager Citibank. Ia diduga menggangsir nada nasabah Citigold-nasabah dengan simpanan Rp 500 juta-16,6 miliar. Duit itu diduga dipakai untuk membeli sejumlah properti dan mobil mewah. Sampai pekan lalu, polisi sudah menyita sejumlah barang bukti dugaan kejahatan Malinda, seperti blangko kosong yang sudah diteken nasabah, bukti transfer, dan sejumlah perangkat elektronik milik Malinda.

Empat mobil mewah Malinda-dua Ferrari, satu Mercedes-Benz E-350, dan satu Hummer H-3 Sport-yang diduga dibeli dari duit nasabah premiumnya itu sudah disita. Sedangkan 73 aset milik Malinda, termasuk sertifikat tanah dan perhiasan mewah, dikembalikan penyidik karena tidak berkaitan dengan perkara. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan juga tengah menelisik sekitar 30 rekening yang menjadi penampung dana nasabah Malinda. Rekening-rekening itu pekan lalu sudah diblokir penyidik.

Kendati sudah memeriksa 19 saksi, sampai kini polisi baru menetapkan Malinda dan teller Citibank, Dwi, sebagai tersangka. Dwi sempat ditahan dua hari, tapi kemudian dibebaskan karena dianggap hanya diperalat Malinda. “Perkara ini masih terus dikembangkan,” kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri Inspektur Jenderal Anton Bachrul Alam.

l l l

SAMPAI akhir pekan lalu, Malinda berkukuh tidak melakukan perbuatan yang dituduhkan polisi. Ia menyatakan semua transaksi penarikan atau pemindahbukuan dana itu setahu nasabahnya. Kepada penyidik, Malinda mengklaim Head Teller Citibank Cabang Landmark, Meliana, dan Kepala Citibank Cabang Landmark, Paulina Suryanti, mengetahui semua transaksinya. Transaksi penarikan di atas Rp 500 juta, kata Malinda, harus disetujui Meliana. Sedangkan untuk yang di atas Rp 1 miliar harus ada “restu” Paulina.

Karena hanya tiga orang nasabah yang tercatat melapor ke polisi, Malinda cuma membeberkan caranya menarik dana dari ketiganya kepada penyidik selama empat kali pemeriksaan (lihat “Malinda Oh Malinda”). Kepada seorang nasabah, misalnya, ia menawarkan investasi pembelian properti. Dengan izin nasabah itu, Malinda mengisi blangko kosong yang sebelumnya diteken si nasabah dengan sejumlah dana yang hendak diinvestasikan. Besarnya Rp 2 miliar. “Itu bisa diartikan pinjaman juga, sewaktu-waktu bisa dikembalikan,” katanya kepada penyidik.

Dari rekening nasabah tersebut, kata Malinda, duit Rp 2 miliar itu dialirkan ke rekening PT Sarwahita Global Management atas nama Reita Amelia Beta. Saat itu, Juni 2010, Reita adalah Komisaris PT Sarwahita. Malinda sendiri tercatat sebagai komisaris perusahaan itu. Sumber Tempo lain menyebutkan Malinda juga kerap mengalirkan dana nasabahnya ke rekening perusahaan yang bergerak, antara lain, dalam bidang konstruksi dan asuransi. Dana itu, misalnya, diinvestasikan untuk membangun townhouse di Cibabat, Cimahi, Jawa Barat, akhir 2010. Nilainya mencapai Rp 3 miliar.

Menggandeng seorang direktur Sarwahita, proyek itu belakangan macet. Direktur Sarwahita itu sendiri yang melarikan duit Malinda. Malinda lalu melaporkan direktur itu ke Kepolisian Daerah Jawa Barat. Medio 2010, Malinda juga tercatat melaporkan penipuan kerja sama investasi oleh rekanannya senilai Rp 2 miliar ke Kepolisian Resor Jakarta Selatan. Karena kasus itulah Malinda kesulitan mengembalikan dana nasabahnya. Pengacara Malinda yang menangani dua perkara itu, Sunan Kalijaga, membenarkan soal kasus penipuan itu. “Tapi yang di Polda Jawa Barat berakhir damai,” ujar Sunan.

Presiden Direktur PT Sarwahita Andrea Peresthu menjamin perusahaannya bukan tempat penampungan dana dari Malinda. Andrea mengatakan, sejak Februari lalu, Malinda sudah mengundurkan diri dari Sarwahita. Andrea juga membantah soal rekening Reita yang dipakai untuk menampung dana Malinda. “Tidak benar tuduhan itu,” katanya.

Aliran rekening nasabah Malinda juga terdeteksi ke PT Exclusive Jaya Perkasa, showroom mobil yang diduga milik keluarga Malinda, pada 13 Agustus 2010. Seorang penyidik menuturkan nilainya sekitar Rp 10 miliar. Dari rekening Exclusive itu, Rp 2,7 miliar dialirkan untuk membayar premi asuransi perusahaan asuransi internasional. Sisanya, lagi-lagi, dipakai Malinda buat mencicil pembelian sejumlah mobil mewah. “Ini yang membuat ia terjerat pasal pencucian uang,” ujar penyidik itu. Pengacara Malinda, Halapancas Simanjuntak, mengaku tidak tahu soal showroom itu.

l l l

SEBUAH ruang rapat di Hotel Ritz-Carlton, Pacific Place, kawasan Sudirman, Jakarta Selatan, dalam dua tahun terakhir ini khusus disewa Malinda untuk menjaring nasabah kakapnya. Di tempat itu, Senior Relationship Manager Citibank ini memperkenalkan produk private banking Citigold. Calon nasabah yang datang, menurut sumber Tempo yang dekat dengan Malinda, berasal dari berbagai kalangan, mulai pejabat tinggi hingga para nyonya sosialita. “Sebagian besar akhirnya tertarik dan jadi nasabah Malinda,” katanya.

Acap tampil mengenakan kerudung, sumber ini bercerita, Malinda selalu sukses meyakinkan orang untuk jadi nasabahnya. Simpanan nasabahnya rata-rata di atas Rp 2 miliar. Dari ruang rapat hotel bintang lima itu, pertemuan Malinda dengan nasabahnya biasanya berlanjut di sejumlah tempat: dari rumah nasabah, beberapa kafe di kawasan- Senayan, hingga di apartemen pribadi Malinda. Sesudah pertemuan ini, biasanya penampilan Malinda berbeda. Ia muncul tanpa kerudung dan memakai busana ketat. Tujuan utamanya agar nasabah takluk dan segera menginvestasikan dananya. Di sini pula biasanya ia meminta nasabah, dengan berbagai alasan, meneken blangko kosong. “Kalau perlu, tanda tangannya di atas punggung,” kata sumber itu.

Dengan segala kemudahan dan keramahan yang ditawarkan, menurut seorang anggota staf pengawasan Bank Indonesia, tak aneh jika sampai akhir 2010, dia bisa menggaet 500 nasabah premium. Sebagian besar tercatat di Citibank Cabang Landmark, Jakarta Selatan. Sejumlah sumber Tempo menyebutkan perwira tinggi polisi, beberapa pengacara kondang, seorang wakil gubernur, dan beberapa bekas menteri masuk daftar nasabah Malinda. Kepolisian buru-buru membantah adanya perwira tinggi polisi yang menjadi nasabah Malinda. “Tidak ada jenderal yang terlibat atau jadi korban,” kata Kepala Kepolisian RI Jenderal Timur Pradopo pekan lalu.

Jumlah nasabah yang terlalu banyak, ditambah kepercayaan nasabah yang berlebihan terhadap Malinda, memancing kecurigaan bank sentral. Dalam rapat kerja dengan Komisi Keuangan dan Perbankan Dewan Perwakilan Rakyat, Kamis pekan lalu, Deputi Gubernur BI Bidang Pengawasan Halim Alamsyah mengakui pihaknya sudah mengendus keganjilan praktek perbankan yang dilakukan Malinda

Citibank sendiri, menurut Halim, tidak melakukan pengawasan terhadap Malinda. Tak hanya itu, BI menemukan sejumlah kesalahan prosedur yang dilakukan Malinda. Misalnya, ada dugaan penyalahgunaan blangko kosong, yang seharusnya tidak diteken dulu oleh nasabah. Kedekatan Malinda dengan nasabah dinilai BI rawan kolusi. “Kami minta Citibank merotasi Malinda ke bagian lain,” ujar Halim.

Permintaan BI itu memicu konflik Malinda dan manajemen Citibank. Menurut sumber Tempo di bank swasta asing itu, Malinda mengancam pindah dan membawa nasabahnya ke bank lain jika manajemen menggeser posisinya. Karena tak mau kehilangan nasabah kakap, Citibank memilih tidak merotasi Malinda. Untuk mengurangi kadar pengawasan BI, kata sumber itu, jumlah klien Malinda dipangkas jadi 236. Saat rapat dengan Komisi Keuangan pekan lalu, Vice President Costumer Care Citibank Hotman Simbolon mengemukakan alasan mengapa Malinda tidak jadi dirotasi. “Beberapa nasabah hanya mau ditangani Malinda,” katanya.

Perseteruan Malinda dengan manajemen Citibank memuncak setelah seorang nasabah Malinda menghubungi salah satu pemimpin bank itu pertengahan Januari lalu. Nasabah itu, ujar sumber Tempo, perwira tinggi polisi yang mencak-mencak lantaran simpanan Citigold-nya telah dijebol. Jumlahnya mencapai miliaran rupiah. Manajemen langsung melakukan investigasi dan menghubungi semua nasabah Malinda. Hasilnya, ada ratusan nasabah yang mengklaim dananya hilang tak jelas. Total kerugiannya mencapai Rp 90 miliar.

Februari lalu, Malinda langsung dipecat. Tapi soal pemecatan ini dibantah pengacara Malinda, Halapancas Simanjuntak. “Ia masih Senior Relationship Manager Citibank,” ujarnya. Awal Maret lalu, investigasi internal Citibank rampung. Bagian Pengawasan Citibank melaporkan temuannya ke Bank Indonesia. Sepekan berselang, 14 Maret lalu, Malinda dilaporkan ke polisi.

Pihak Citibank punya versi sendiri perihal ini. Menurut Country Corporate Affairs Head Citibank Indonesia Ditta Amahorseya, terbongkarnya penyimpangan Malinda bermula dari laporan seorang nasabah lewat telepon, 11 Februari 2011. Nasabah itu mengeluh karena ada tiga transaksi transfer tak dikenal di rekeningnya sebesar Rp 800 juta. Dari laporan ini, manajemen Citibank memeriksa 236 nasabah Malinda. “Bukan karena ada konflik internal,” katanya.

Setelah ditemukan adanya kejanggalan transaksi oleh Malinda, kata Ditta, Malinda langsung mengajukan pengunduran diri. Ditta hanya berkomentar singkat soal tudingan Malinda yang menyebutkan semua transaksi diketahui atasannya. “Itu bagian penyidikan polisi.”

Malinda, untuk sementara ini, satu-satunya yang menghuni tahanan polisi. Di ruang sempit tahanan itu, perempuan yang dijuluki “Barbie” lantaran model rambutnya dan kegemarannya berdandan mirip boneka Barbie ini untuk sementara harus berpisah dengan kehidupan glamornya: bergaul di kalangan sosialita Ibu Kota dan menunggang mobil-mobil mewah keluaran Eropa.

Anton Aprianto, L.R. Baskoro, Mustafa Silalahi, Sandy Indra Pratama

Malinda Oh Malinda

ADA berbagai cara Inong Malinda Dee menggangsir dana nasabahnya. Dengan dalih diputar untuk investasi, dia menggelapkan sebagian duit ke rekening pribadinya. Tapi beberapa investasi di propertinya berantakan karena ditipu kliennya sendiri. Ini cara Senior Relationship Manager Citibank itu “memainkan” dana nasabah premiumnya.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *