Setiap tahunnya “May day” terjadi di seluruh negara di dunia. Hal ini bermula pada
tahun 1800 –an, jam kerja buruh mencapai 12 jam, namun upah yang diterima tidak
sepadan dengan waktu kerja mereka, serta perlakuan yang tidak layak dari majikan
atau pemilik modal. Dengan kondisi tersebut para buruh di berbagai negara mulai
memberontak dengan cara melakukan mogok kerja. Aksi pemogokan itu kemudian
mencapai puncaknya pada 1 Mei 1886 di AS. Permasalahan terpenting adalah
tuntutan dari buruh dari segi ekonomi yang berkaitan dengan kepentingan mereka.
Kepentingan tersebut yang kemudian dijadikan alternatif menuju kegiatan politik.
Pada 1 mei 2013 di Jakarta, sebanyak 200 ribu buruh berunjuk rasa, para buruh
yang tergabung dalam Majelis Pekerja Buruh Indonesia (MPBI) mengajukan tujuh
tuntutan, diantaranya, menolak kenaikan harga bahan bakar minyak, upah minimum,
hapus outsorcing, cabut RUU Ormas dan ganti dengan RUU Perkumpulan, sediakan
transportasi murah untuk buruh, angkat pegawai dan guru honorer menjadi pegawai
negeri sipil, jalankan jaminan kesehatan. Pemahaman yang sempit mengenai hari
buruh menjadikan mereka berpikir bahwa pekerjaan mereka lebih berat daripada
yang lain. Menurut teori kemakmuran umum, anggota pimpinan serikat buruh
beranggapan bahwa yang baik bagi serikat buruh maka baik juga bagi bangsanya.
Sebenarnya buruh bukanlah pekerjaan yang hina. Dibandingkan menjadi
penganggur yang dapat menumpulkan daya nalar dan mengaktifkan otak kriminal.
Terbukti adanya pernyataan Karl Marx bahwa sejarah umat manusia terdapat
dua kelas, yakni kaya dan miskin. Konflik tersebut yang menjadi sorotan utama.
Dimana ‘kaya’ berusaha mempertahankan statusnya sedangkan ‘miskin’ berupaya
meningkatkan statusnya. Kaum buruh berupaya menaikan kelasnya menjadi
golongan kaya, namun bukan dengan revolusi anarki melainkan revolusi cara
berpikir untuk tidak mau menjadi buruh seumur hidup. Sesungguhnya perubahan
terdapat dalam diri tiap individu yang akan menentukan nasib dan terlepas dari
tekanan. Semoga kaum buruh di Indonesia dapat semakin makmur dan sejahtera
seiring dengan kemajuan bangsa Indonesia yang lebih baik lagi.
Winda Rachelina