Selubung Misteri di Balik Pembunuhan Presiden Haiti


Waktu menunjukkan pagi dini hari ketika Rabu lalu sekelompok pria bersenjata menyerbu kediaman Presiden Haiti Jovenel Moise di Ibu Kota Port-au-Prince. Presiden berusia 53 tahun itu kemudian tewas diberondong 12 peluru dan istrinya, Martine, terluka dalam kejadian itu.

Beberapa jam setelah serangan mengejutkan itu, polisi Haiti mengumumkan sejumlah polisi sempat ditawan dan empat tersangka pelaku tewas dalam kontak senjata dan dua lagi ditangkap.

Namun hingga kini siapa sesungguhnya para pelaku pembunuhan dan apa motif mereka masih menjadi misteri.

Kepala polisi Haiti Leon Charles mengatakan para pelaku dalam pembunuhan Moise itu adalah tentara bayaran.

Polisi kemarin mengungkapkan sedikitnya ada 28 orang terlibat dalam pembunuhan Presiden Jovenel Moise. Sebanyak 26 di antara mereka adalah warga Kolombia dan dua lagi orang Amerika keturunan Haiti.

“Kami sudah menangkap 15 orang Kolombia dan dua orang Amerika keturunan Haiti. Tiga orang Kolombia tewas dan delapan lagi masih melarikan diri,” kata Charles dalam jumpa pers, seperti dilansir laman Channel News Asia, Kamis (9/7).

Duta besar Haiti untuk Amerika Serikat Bocchit Edmond mengatakan para pelaku menyamar sebagai petugas Badan Anti-Narkoba AS (DEA) dan tampaknya mereka bisa masuk ke kediaman Moise memakai identitas itu.

Dikutip dari laman NPR, Jumat (8/7), menurut Edmond, pembunuhan itu dilakukan “dengan cara yang amat terlatih, profesional, dan terencana” dan mereka berbicara dalam bahasa Spanyol. Sejumlah laporan juga menyebut para pelaku berbicara dalam bahasa Inggris. Sementara bahasa utama Haiti adalah Prancis dan Creole.

Perdana Menteri Claude Joseph mengatakan dirinya kini yang berkuasa di negara itu dan mengumumkan dua pekan masa darurat nasional. Dia juga mengerahkan tentara untuk mengamankan negara dan membatasi informasi serta warga dilarang berkumpul.

Pengamat mengatakan kepada the New York Times, hanya parlemen yang berhak mengumumkan keadaan darurat nasional dan Haiti saat ini tidak memiliki lembaga parlemen yang berfungsi sebagaimana mestinya.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengutuk kejadian ini dengan menyebutnya “pembunuhan keji”.

“Kami mengutuk pembunuhan ini,” kata Biden dalam pernyataan. “Kami siap membantu untuk melanjutkan kerja sama demi keamanan dan keselamatan Haiti.”

Dalam jumpa pers dengan wartawan, Biden menyebut situasi di Haiti kini “mengkhawatirkan” dan perlu informasi lebiih jauh tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Joseph menyerukan warga untuk tetap tenang setelah kejadian ini. Joseph kini masih menjadi pemimpin tertinggi negara meski semestinya dia diganti oleh Ariel Henry yang namanya disebut Moise Senin lalu untuk menjadi perdana menteri.

Dalam wawancara dengan the Associated Press, Henry mengatakan dirinyalah yang menjabat perdana menteri. Dalam wawancara di sebuah radio lain yang dikutip AP, Henry mengatakan dia tidak bertengkar dengan Joseph, “Saya hanya tidak sepakat dengan fakta bahwa orang sampai harus mengambil tindakan gegabah di saat seharusnya kita lebih tenang dan dewasa.”

Joseph mengatakan kepada AP dia mendukung penyelidikan internasional atas pembunuhan Moise dan dia yakin pemilu yang sudah dijadwalkan bisa berlangsung tahun ini.

Sejumlah pengamat mengatakan Haitu sudah mengalami krisis sebelum Moise dibunuh.

Siapa sesungguhnya Moise?

Gemuruh politik yang tidak stabil, dampak gempa bumi dan epidemi kolera, campur tangan asing, dan kekerasan antargang semua itu membuat Haiti menajadi negara yang tidak aman.

“Semua kondisi itu terjadi ketika institusi negara tidak berfungsi, ekonomi jalan di tempat dan politik yang rapuh. Pemerintahan saat ini tidak disukai rakyatnya. Ada banyak dugaan korupsi,” kata Robert Fatton, pengamat politik Haiti di Universitas Virginia kepada NPR.

Di tengah warga Haiti, pembunuhan Moise ini menimbulkan kebingungan dan kecemasan. Negara kini menutup bandara internasional. Negara tetangga, Republik Dominika mengumumkan mereka juga menutup perbatasan dan meningkatkan penjagaan untuk mencegah para pelaku kabur dari Haiti.

Siapa sesungguhnya Moise?

Sebelum dibunuh, kubu oposisi berusaha menggulingkan Moise dari posisinya dengan alasan dia berusaha memperpanjang masa jabatannya.

Moise tidak disukai banyak orang dan rakyat menilai dia banyak kekurangan, kata Garry Pierre-pierre, pendiri the Haitian Times yang berbicara kepada Morning Edition Kamis lalu.

Sebelum dia dipilih oleh presiden sebelumnya, Moise bekerja di sektor pertanian sebagai eksportir pisang.

Dia menjabat presiden pada 2017 setelah menang pemilu yang bermasalah. Ketika dia menjabat kepemimpinannya juga banyak masalah.

Moise membubarkan partai rival politiknya, menyingkirkan para pengusaha dan keluarga terpandang. Dia menciptakan banyak musuh, kata Francois Pierre-Louis, pengamat politik Haiti di Queens College, City University of New York.

“Serangan itu bisa dari mana saja. Dia terlalu banyak musuh,” kata Pierre-Louis kepada NPR.

Selama lebih dari setahun sebelum dia dibunuh, Moise menjalankan kekuasaannya lewat dekrit setelah dia gagal menggelar pemilu legislatif dan membubarkan parlemen. ( MDk / IM )

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *