Ratusan buruh perusahan perkebunan kelapa sawit PT Delima Makmur di Kabupaten Aceh Singkil, mengamuk, Senin (23/9/2013). Masa beringas memecahkan kaca kantor perusahan dan mengobrak-abrik isi di dalamnya. Kondisi ini membuat pimpinan dan karyawan perusahaan di dalamnya berhamburan ke luar menyelamatkan diri agar tidak terkena sasaran amukan.
Awalnya massa buruh akan melakukan aksi unjuk rasa ke perusahaan. Sejak pukul 07.00 WIB, massa sudah bergerak menuju kantor group Delima Makmur di kawasan Situban Makmur, Kecamatan Danau Paris. Sekitar pukul 08.00 WIB massa tiba-tiba mengamuk, melempari kaca kantor group hingga pecah. Setelah itu bergerak ke kantor pabrik kelapa sawit, yang berjarak sekitar 500 meter. Di sana kembali melakukan hal serupa menghancurkan kaca dan mengobrak-abrik isinya.
Berdasarkan informasi dihimpun ,kemarahan buruh yang awalnya melakukan unjuk rasa damai, disebut-sebut dipicu lantaran tidak diperkenankan bertemu pimpinan perusahaan untuk menyampaikan tuntutannya, ketika sampai di depan kantor group Delim Makmur.
Terjadi adu mulut antara sekuriti yang berjaga dengan buruh hingga nyaris terjadi bentrok fisik. Sekuriti yang kalah jumlah tak bisa mengadang massa hingga berhasil merubuhkan pintu pagar. Bahkan ada buruh yang nekat mengejar sekuriti dengan cangkul di tangan.
Setelah itu tanpa diketahui siapa memulai, massa langsung melempari kaca kantor. Puas mengobrak-abrik kantor group massa berbalik arah menuju pabrik. Kejadian serupa tak terelakkan. Buruh langsung mengamuk, memecahkan kaca kantor
pabrik dan mengacak-acak segala benda di dalamnya.
Belum puas di situ, buruh kembali bergerak menuju pabrik kelapa sawit sambil teriak bakar. Beruntung aparat keamanan telah tiba, hingga berhasil mengendalikan kemarahan buruh yang akhirnya memilih berkonsentrasi sekitar 50 meter dari pabrik.
Buruh yang mengamuk tidak hanya laki-laki. Kaum perempuan sambil menggendong anak juga ikut berbaur dengan buruh lainnya. Teriakan histeris bernada cacian kemarahan terdengar dari perempuan ketikaburuh melancarkan aksinya.
“Aku sudah kerja sejak dari gadis, sudah lima belas tahun. Tapi sampai sekarang tetap jadi BHL, tidak menikmati kesejahteraan, cuti hamil,” teriak seorang buruh perempuan yang diketahui bernama Siti.
Irfan Efendi dari Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (Yara) yang mendampingi buruh, mengatakan, buruh mengamuk karena tidak diperkenankan bertemu pimpinan perusahaan guna menyampaikan unek-uneknya.
“Buruh mengamuk karena tidak diberi masuk dan massa dengan spontan melempar kaca kantor isi di dalamnya setelah itu massa bergerak ke kantor pabrik lalu menghancurkan kaca beserta isinya juga,” kata Irfan.
Menurut Irfan, buruh melakukan unjuk rasa menuntut perusahaan memberikan tunjangan hari raya (THR) dan mengangkat buruh harian lepas (BHL) menjadi karyawan. Kemudian meminta perusahaan membayar upah buruh sesuai UMR, serta memberikan premi.
“Kejadian ini, bentuk ketidakbecusan dinas tenaga kerja memfasilitasi penyelesaian perselisihan buruh dengan perusahaan,” sesal Irfan.
General Manager (GM) PT Delima Makmur, Henri Siregar, yang coba dikonfirmasi Serambi terkait unjuk rasa yang berakhir dengan perusakan kantor, belum berhasil. Begitu juga ketika dihubungi ke nomor telpon genggamnya sore kemarin, sekira pukul 18.03 WIB dalam keadaan tidak aktif.
Informasi yang diperoleh, Henri saat peristiwa perusakan kantor group Delima Makmur di Desa Situban Makmur, Kecamatan Danau Paris, berlangsung, berhasil mengamankan diri, bersama karyawan lainnya. Sehingga ia lolos dari amukan buruh.
“Pak Henri, berhasil lari, sehingga tidak jadi sasaran amukan massa. Kalau tidak bisa saja terkena sasaran amukan,” kata seorang aparat keamanan