Produsen Hortikultura, Bawang Putih Andalkan Tiga Bibit Lokal 


Produsen Hortikultura, Bawang Putih Andalkan Tiga Bibit Lokal

Dilaporkan: Setiawan Liu / IM

Jakarta, 31 Agustus 2020/Indonesia Media – Penanaman bawang putih di Indonesia, dalam kurun tiga tahun belakangan ini sudah mengandalkan bibit local, yakni Lumbu Kuning, Lumbu Hijau, Tawangmanggu Baru karena bibit asal Taiwan, Great Black Leaves (GBL) atau Daun Hitam Besar/taheye (Bahasa mandarin) juga sudah tidak tersedia. Kendatipun, GBL sempat diandalkan untuk peningkatan produksi bawang putih, tetapi produsen dan pembudidaya sudah beralih. “Bibit GBL diakui Kementan (Kementerian Pertanian) untuk penanaman bawang putih, sebaliknya bukan bibit asal Tiongkok (yang diandalkan untuk penanaman). Tapi kami sudah mengembangkan bibit Lumbu Kuning, Lumbu Hijau, Tawangmanggu Baru. Importir Jepang berencana beli bawang putih kita kalau bibitnya GBL. Tapi kami yakin, bibit local bisa sebagai penggantinya,” produsen bawang putih swasta nasional Indonesia, Stephen Lo mengatakan kepada Redaksi.

Sebelumnya, Kementan meyakini hasil panen yang melimpah dari penanaman bawang putih GBL yang luas dan masif. Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementerian Pertanian, Prihasto Setyanto sempat meninjau lahan budidaya bawang putih Kecamatan Parakan, Bansari dan Kledung Kabupaten Temanggung. Prihasto juga meninjau gudang penyimpanan calon benih yang diimpor dari Taiwan. Ia meyakini bahwa petani dan importir tak perlu cemas untuk menanam bawang putih. Sebab bibit tersebut sudah terbukti bisa beradaptasi dan menghasilkan di Indonesia. “Tapi ketentuan wajib tanam (bawang putih) bagi importir, sebanyak lima persen dari kuota RIPH (rekomendasi impor produk hortikultura), kondisi usaha masih sulit. SPI (surat persetujuan impor) belum terbit. Sehingga, sementara saya belum kesana (kelanjutan tanam bawang putih), tapi gencar jual wedang jahe madu untuk meningkatkan imun (kekebalan) tubuh. Wedang jahe mampu cegah atau meredakan infesksi coronavirus. Jepang juga sempat ajukan permintaan produk wedang jahe kami,” kata Stephen Lo.

Di sisi lain, Stephen sempat menggeluti usaha penanaman cabe, jagung, tomat di Cipajati (dekat Rancaekek), kabupaten Bandung, Jawa Barat. Penanaman tersebut dibuat dalam satu kesatuan lahan pertanian. Produk hortikultura diyakini masih sangat prospektif untuk pasar dalam dan luar negeri, terutama sejak wabah virus corona menyebar. Hortikultura termasuk wedang uwu, jahe merah, kunyit, temulawak berkhasiat untuk jaga kesehatan. “Saya tanam semuanya, (berupa) hortikultura. Tetapi setiap usaha kan pasti ada tingkat kesulitan. Selama belasan tahun, saya bergelut di sector pertanian, (tingkat kesulitan) kualitas dan mentalitas tenaga kerjanya, SDM (sumber daya manusia),” tegas Stephen Lo.

Usaha pertanian hortikultura di Cipajati, Bandung berskala corporate (perusahaan) tahun 2016 – 2017. Karena rencana usaha sedari awal dengan pemanfaatan lahan seluas 200 hektar. Selain, ia juga punya jaringan pemasaran/retail dengan Carrefour, Hypermart, Giant (toko swalayan). “Tetapi, kalau di lapangan, selalu ada insiden,” tegas Stephen. Ketika kegiatan sedang berjalan, truck dengan bobot enam ton milik perusahaan harus keluar masuk ke daerah pertanian, di Cipajati. Kondisi jalan akses ke lahan pertanian memang sangat sempit, dan tidak beraspal. Jalan akses tersebut lewati satu desa, di pegunungan sekitar 900 meter di atas permukaan laut (MDPL). “Akses jalan (ke lahan pertanian) hanya ada satu, kondisinya jalan kampung. Ketika kami mulai usaha, masyarakat sekitar menyambut dengan antusias. Karena mereka pikir, usaha kami memberi manfaat terutama lapangan pekerjaan. tapi setelah itu, jalan dikuasai dia (masyarakat setempat). Ada saja (insiden/permasalahan), salah satunya jalanan rusak. Sebulan sekali, kami harus perbaiki. Itu jalan (dengan konstruksi) batu. Ketika kami mau perbaiki, saya cari kepala desa, sebagai coordinator. Saya kasih uang. Itu kan (prosedur) sudah benar. Lalu, datang orang desa lainnya “pekerjaan saya mana?.” Dia tetap bersikeras, kalau saya sudah memberi pekerjaan kepada kepala desa. Perbaikan jalan tetap berlangsung, tapi mereka tetap minta ini-itu. Usaha kami ada untung, tapi sangat melelahkan dan pusing kepala. Saya tidak tahan lagi, dan menarik diri (dari usaha pertanian di Cipajati). Saya beralasan, (lahan pertanian) tidak ada air. Ada untung, tapi pusing. Bahkan kantor kami hampir dibakar. Saya juga harus jaga keselamatan karyawan saya, karena ada ancaman mau dibakar,” tegas Stephen Lo.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *