Penganiayaan terhadap Asia Amerika


Penganiayaan terhadap Asia Amerika

Los Angeles February 25, 2021 /Indonesia Media
Oleh: Dr. Irawan

 

 

 

 

 

Dengan merebaknya kasus penganiayaan terhadap kelompok orang yang ber-steriotype Asian Americans
akhir-akhir ini, sontak memicu protes dari kalangan yang tidak menerima tindak rasisme ini. Perlu
diketahui penganiayaan terhadap Asian Americans ini juga menimbulkan kemarahan dari orang yang
tidak berketurunan Asian juga. Oleh karena itu Presiden Joe Biden segera tanggap dengan
menandatangani Memorandum Condemning and Combating Racism, Xenophobia, and Intolerance Against
Asian Americans and Pacific Islanders in the United States tertanggal January 26, 2021 di Gedung Putih.

Memang banyak pendapat yang menyalahkan mantan presiden Trump yang sering berseloroh kata-kata
yang menghasut, seperti "virus China" dan "kung flu" yang disuarakan berkenaan dengan Pandemic
Covid19 yang diduga berasal dari Wuhan. Sehingga membangkitkan kebencian terhadap Asian
Americans.

Dalam beberapa minggu ini saya mencoba melemparkan permasalahan ini kedalam forum e-group dan
WAG untuk mendulang opini dan sekaligus idea dari solusi apa saja yang mereka cetuskan. Beragam
pendapat dan tawaran solusi yang dikemukakan oleh berbagai pihak, bahkan yang anonimpun saya
tampung. Dari kalangan ex Indonesians kebanyakan menyuarakan, perlunya kami bersosialisasi, bergaul
dengan berbagai ras, dan bangsa dengan baik, kalau kita saling hormat tentunya persoalan rasisme bisa
dihindari. Pepatah “Tidak kenal maka tidak sayang” agaknya sudah menempel dibenak kita.

Terus terang saya masih kurang puas dengan jawaban-jawaban dari mereka, karena menurut saya itu tidak
menyentuh pokok permasalahannya. Saya sendiri sudah berulang kali merasakan tindak “Hate Crime “
terhadap diri saya sendiri. Kita fokus saja pada keadaan di Amerika yang sudah saya tinggali selama 35
tahun.Terlalu banyak dan terlalu panjang untuk diceritakan disini.

Sejak 30 tahunan yang lalu saya sudah merasakan bahwa Asian Americans perlu meningkatkan kesadaran
dalam berorganisasi, meningkatkan advokasi, dan turut berpartisipasi dalam jajaran professional
dipemerintahan, dan masuk kedalam struktur Trias Politika. Dimana saja selalu sama, apabila suatu ketika
masyarakat berhadapan dengan kesulitan ekonomi, selalu saja akan mencari obyek penderita yang bisa,
dan mudah dijadikan sasarannya. Inilah yang menyebabkan kaum lansia dan keturunan Asia dijadikan
obyek sasaran.

Baru minggu lalu saya ikut dalam forum perbincangan mengenai Hate Crime yang membahas persekusi
terhadap kaum imigran. Acara ini diselenggarakan oleh koalisi Ethnic Media kami di California yang
dikoordinir oleh Sandy Close. Baru disana saya berhasil mendapatkan pokok permasalahan Hate Crime,
dan bagaimana cara mengikis Hate Crime tersebut dari seorang anak muda yang bernama Jose Roberto
Hernandez, selaku The Chief of Staff of Korean town Immigrant Workers Alliance (KIWA), sangat
simple saja, hanya dengan tiga kata yaitu: “Inequality of Power”, katanya. Apabila kurangnya
keragaman dari etnis atau suku bangsa yang hadir dalam kedinasan dipemerintahan baik lokal maupun
tingkat federal maka kepentingan dari etnis dan suku yang bersangkutan menjadi tidak terwakili.
Akibatnya dari petugas keamanan, sampai ke pengadilan tidak ada yang menganggap tindakan kriminal
yang berbasis kebencian itu menjadi terlalu penting. Sering sekali kita dengar petugas keamanan atau
polisi tidak mencatat insiden hate crime, melainkan digolongkan kepada tindakan kriminal ringan yang
tidak perlu membawa pelaku ke hukuman. Wajar saja dijajaran petugas keamanan baik itu di polisi atau
sheriff minim sekali orang Asian American, apalagi dengan adanya Defund the police.

Hate Crime selalu saja ada di kehidupan masyarakat AS, itu juga tidak luput dari kerja kepemimpinan
yang ada. Contohnya pada era kepemimpinan gubernur California Arnold Schwarzenegger sang
Exterminator , ketika itu LA Sheriff dijabat oleh Lee Baca, ada satgas untuk Hate Crime, dan ada juga
beragam etnis sipil yang turut dilatih untuk antisipasi tindakan Hate Crime oleh LASD. Kasus Hate Crime
bisa ditekan rendah. Itulah contoh kepemimpinan yang bertanggung jawab.

Pembicara yang lainnya dan tak kalah pentingnya :
John C. Yang, beliau adalah president and executive director of Asian Americans Advancing Justice
AAJC. Masih ada kerancuan antara hate crime dan aksi criminal biasa. Seharusnya perbuatan criminal
dihukum, tanpa peduli itu asalnya dari kebencian atau tidaknya, ujarnya

 

 

 

Marc Morial, selaku President and CEO of the National Urban League. Juga sebagai mantan walikota
New Orleans from 1994 – 2002, Marc Morial adalah penulis The Gumbo Coalition, a collection of
lessons on the power of unity in our Democracy and a leadership framework for America's changemakers,
beliau mengatakan: “Hate Anywhere is Hate Everywhere”, yang artinya sekali anda punya rasa
kebencian, maka anda akan mudah membenci siapa saja.

Manjusha Kulkarni seorang Executive Director of Asian Pacific

Policy and Planning Council (A3PCON). Manju juga memberi kuliah di UCLA dan karyanya telah di
tampilkan di New York Times, PBS Newshour, NBC, dan the Huffington Post. Manju membeberkan
jenis dari aksi kebencian dan sasaran korbannya. Kejadian tindakan kebencian 30% berlaku di tempat
public, 45% mengenai kepada keturunan Tionghoa, setelah itu Korean, Filipino, dan Japanese.

Cynthia Choi selaku Co-Executive Director of Chinese for Affirmative Action, serta co-creator of the
Stop AAPI Hate Center. Menyarankan bagaimana kita harus kerja bersama; antara lain 1) Memberikan
bantuan hukum, 2) Pelatihan anti Bias, termasuk pelaporan insiden, 3)Menyelenggarakan mediasi di
komunitas, 4) Advokasi perubahan untuk public, 5) Memelopori perundangan bagi kemanan public.

Tindakan dari anggota house of representative (D) Judy Chu adalah sangat tepat. Beliau menyerukan
diadakannya perundangan hate crime, dari pelatihan petugas dalam menangani kasus Hate Crime, lengkap
dengan penyidikan, dan bentuk penghukuman yang jelas terhadap para pelakunya. Karena perundangan
hate Crime 1990 yang ada sekarang, seperti pasal karet.
Sebagian besar dari imigran yang datang ke AS umumnya dengan tujuan yang sama, yaitu untuk mencari
kehidupan lebih baik, tapi peringkat kehidupan yang lebih tinggi tidak dengan serta merta pasti selalu
tersedia. Untuk itu perlu kesadaran dari para imigran untuk berpasrtisipasi dalam perimbangan layanan
publik, agar tidak ada lagi yang dinamakan "Inequality of Power".
Menurut data yang dirilis Stop AAPI Hate pada 9 Februari, terdapat lebih dari 2,8 ribu laporan langsung
dari kasus kekerasan anti-Asia di 47 negara bagian, termasuk serangan fisik, pelecehan verbal, dan
dengan sengaja dibatukkan atau diludahi antara pertengahan Maret hingga akhir 2020. Sejak akhir
Januari, sejumlah serangan yang mencolok terhadap orang Asia-Amerika, khususnya lansia
Di San Francisco, seorang imigran berusia 84 tahun dari Thailand meninggal setelah didorong dengan
kasar saat jalan pagi oleh seorang pria 19 tahun. Di dekat Pecinan Oakland.
Jangan terkecoh, dan terhanyut dengan kasus Hate Crime yang dikaitkan dengan Pandemi saat ini. Hate
Crime sudah ada sejak lama di AS, bacalah sejarahnya.

Kami meminta Anda, sesama manusia. berdiri bersama kami, sesama orang Amerika, orang Asia-
Amerika, untuk menghentikan kebencian ini
Mari kami tingkatkan kesadaran dengan menggunakan tagar #StopAsianHate.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *