Pendidikan Seks Sebagai Upaya Pengurangan Masalah Seksual Di Indonesia


Pergaulan seks bebas di kalangan remaja Indonesia saat ini memang sangatlah memprihatinkan. Berdasarkan beberapa data, diantaranya dari Komisi Perlindungna Anak Indonesia (KPAI) menyatakan sebanyak 32 % remaja usia 14 hingga 18 tahun di kota-kota di Indonesia (Jakarta, Surabaya, dan Bandung) pernah berhubungan seks.

Hasil survei lain juga menyatakan, satu dari empat remaja Indonesia melakukan hubungan seksual pranikah dan membuktikan 62,7% remaja kehilangan keperawanan saat masih duduk di bangku SMP, dan bahkan 21,2 persen diantaranya berbuat ekstrim, yakni pernah melakukan aborsi. Aborsi dilakukan sebagai jalan keluar dari akibat perilaku seks bebas.
Masalah ini perlu diperhatikan dan diatasi. Pada dasarnya masalah seksual itu muncul karena masyarakat belum bisa memiliki sikap yang sehat terhadap masalah seks.
Dalam menanggulangi masalah seks, pemerintah memiliki cara tertentu dalam pengurangan kasus seks. Di ruang sekolah, kebijakan berkaitan dengan kesehatan reproduksi mulai masuk pada tahun 1980-an, dengan tujuan mendidik dan menyadari generasi muda tentang kesehatan reproduksi bertanggung jawab dalam rangka urusan jumlah penduduk.

Pada tahun 1997, demi keprihatinan HIV/AIDS di Indonesia, membangunkan program pendidikan mengenai HIV/AIDS di ruang sekolah. Tetap menjadi kenyataan, bahwa program-program ini tidak berhasil dimasukkan ke dalam kurikulum nasional.
Pendidikan seks juga pernah dilakukan di beberapa sekolah di tiap-tiap daerah melalui bidang studi biologi dan melalui bimbingan konseling oleh guru BK. Namun, pelaksanaan pendidikan seks belum begitu mampu memberikan makna yang cukup dikarenakan banyaknya guru BK yang kurang mampu memberikan konseling tentang masalah seks melainkan fokus terhadap memberi nasehat. Sehingga, siswa tidak dapat memiliki sikap yang bijak dalam menyelesaikan masalah seks.
Gagasan yang diberikan untuk perbaikan kondisi kekinian masalah seks di Indonesia, pertama, pendidikan seks dilakukan melalui pendidikan formal di sekolah. Adanya kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi siswa akan kebutuhan tentang pendidikan seks akan memberikan ruang bagi remaja atau siswa memperoleh informasi yang benar tentang seks.

Kedua, pendidikan seks mutlah harus dilakukan orang tua. Ruang yang sangat berpengaruh besar terhadap tercapainya tujuan pendidikan seks adalah kondisikeluarga yang peduli akan pendidikan seks anak.
Peranan orang tua, guru, pemerintah, sekolah dan masyarakat sangatlah besar demi tercapainya penerapan Pendidikan seks sebagai upaya pengurangan masalah seksual di Indonesia.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *